Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Bisa Memiliki Anak



Tidak Bisa Memiliki Anak

0"Kamu benar. Oleh karena itu aku juga harus memikirkan diriku sendiri. Aku tidak bisa membantu Keara. Kalau ia masih hidup, kamu akan melakukan segala cara untuk membantunya setelah kamu keluar dari penjara. Meski ia hanya bisa berbaring di tempat tidur saja, ia masih bisa memfitnahku. Aku yang membesarkannya sejak kecil, menganggapnya sebagai putriku sendiri, tetapi apa yang aku dapatkan sebagai balasannya? Jangan salahkan aku kalau semua ini terjadi padanya," kata Indah sambil tetap tersenyum ke arah Galih.     

"Kamu …" Galih memandang Indah dengan wajah terkejut, tanpa bisa mengatakan apa pun.     

"Galih, seharusnya kamu bersyukur kamu sakit sebelum kita bercerai. Kalau kamu jatuh dan pingsan seperti itu setelah kita bercerai, mungkin kamu akan mati. Kalau sampai itu terjadi, semua hartamu akan jatuh ke tangan Jessica. Apakah kamu menginginkannya?" Indah mencibir.     

"Apa maksudmu?" Galih memandang Indah dengan tatapan curiga, bertanya-tanya apakah ia tahu sesuatu.     

"Aku tahu bahwa anak di dalam kandungan Jessica bukan anakmu. Aku juga tahu alasan kamu sakit karena kamu mengetahui hubungannya dengan pria lain. Itu sebabnya tekanan darahmu naik dan kamu pingsan. Sejujurnya, aku juga tidak mau membantumu. Tetapi kamu adalah ayah Anya." Indah mengeluarkan ponselnya dan membuka rekaman CCTV rumahnya.     

"Rekaman CCTV di rumah Keluarga Pratama tersambung dengan ponselku. Kamu memergoki mereka sedang berselingkuh kan? Sebenarnya aku berniat datang untuk mengusir wanita itu, tetapi aku malah menyelamatkanmu."     

"Kamu … Kamu mengawasiku?" Galih benar-benar marah. Ia tidak menyangka selama ini, selama ia dan Jessica tinggal di rumah Keluarga Pratama, ternyata Indah mengawasi semua gerak-geriknya.     

Indah hanya menatap Galih dengan tatapan konyol. "Rumah itu juga rumahku. Aku yang mendekornya. Bahkan semua tanaman dan pohon di rumah itu berhubungan denganku. Apa salahnya kalau aku mengawasi rumahku dengan ponselku? Apa hak Jessica tinggal di rumah yang aku bangun?"     

"Jessica memang bukan wanita baik-baik. Tetapi aku memang tidak berencana menikah dengannya. Aku hanya ingin anak laki-laki untuk meneruskan usahaku," kata Galih dengan dingin.     

"Sebentar lagi kamu akan berusia 60 tahun. Apakah kamu bisa hidup sampai anakmu dewasa dan mengambil alih perusahaanmu? Apakah kamu yakin betul bahwa anak itu adalah anakmu?" Indah menggelengkan kepalanya berulang kali. "Apakah dokter tidak memberitahumu bahwa kamu tidak bisa memiliki anak?"     

"Apa maksudmu?" Galih berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi ia tidak punya kekuatan.     

"Jangan terlalu emosi. Kalau tekanan darahmu naik lagi, bahkan dokter terbaik pun tidak akan bisa membantumu. Kalau kamu koma dan tidak bisa bangun, mungkin aku akan meminta dokter untuk langsung melepaskan semua alat bantu agar tidak membuang-buang uang," Indah mengambil sebuah kursi dan duduk di samping tempat tidur.     

"Apakah kamu ingin aku mati? Kalau aku mati, semua perusahaan Pratama akan menjadi milikmu," Galih melotot ke arah Indah dengan marah.     

"Benar, jadi jangan terlalu emosi. Kamu harus berumur panjang," Indah memain-mainkan jari-jari tangannya. "Lihat kuku-ku yang baru aku cat. Bukankah mereka cantik?"     

"Kamu baru bilang aku tidak bisa memiliki anak. Apa maksudnya itu?" Galih sudah tidak berniat mendengarkan kata-kata Indah lagi. Ia tidak ingin melihat kuku Indah.     

"Dulu, kamu selalu meminum sup buatanku. Aku membuat sup itu dengan tanganku sendiri. Setelah meminumnya secara rutin selama bertahun-tahun, kamu tidak akan bisa punya anak lagi," kata Indah dengan suara lembut.     

Galih tiba-tiba menyadarinya, "Kamu … Kamu sengaja melakukannya? Kamu sengaja memberi aku obat agar aku tidak bisa punya anak lagi? Mengapa kamu melakukan semua ini?"     

"Setelah melahirkan Anya, aku sudah tidak bisa memiliki anak lagi. Aku tidak bisa memberimu anak laki-laki dan aku tidak mau kalau sampai kamu memiliki anak di luar pernikahan kita. Aku harus kehilangan anakku, bagaimana aku membiarkan kamu mengkhianatiku dan memiliki anak dengan wanita lain? Coba lihat apa yang laki-laki di luar sana lakukan? Ardan, suami Maria, juga memiliki anak dari wanita lain. Aku tidak mau kalau hal itu terjadi padaku," kata Indah dengan tenang.     

"Kamu wanita jahat. Kamu bahkan sudah merencanakan semua ini sejak awal. Sia-sia aku mencintaimu selama ini. Selama bertahun-tahun, meski kesehatanmu tidak baik dan kamu tidak bisa memberiku anak lagi, aku selalu peduli padamu. Tetapi apa balasanmu padaku? Kamu sama sekali tidak percaya padaku," Galih merasa sangat marah pada Indah. Ia benar-benar membencinya dan ingin mencekiknya.     

Indah menatap Galih yang frustasi dan marah dengan senyum di wajahnya dan berkata, "Galih, seharusnya kamu berterima kasih padaku. Seharusnya kamu bersyukur kamu tidak mengecewakanku saat itu. Aku kehilangan putriku. Kalau saat itu kamu juga mengkhianatiku, mungkin aku tidak hanya membuatmu mandul. Mungkin aku sudah membunuhmu …"     

"Mengapa kamu memberitahuku sekarang? Mengapa harus sekarang?" Galih benar-benar merasa murka, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun.     

"Aku ingin kamu tahu betapa sakitnya hatiku saat aku kehilangan putriku. Sebelum aku menikah denganmu, ada orang yang aku cintai. Setelah kakakku meninggal, Keluarga Srijaya memaksaku untuk menikah denganmu, hanya untuk mengurus Keara. Tinggal bersama dengan pria yang tidak aku cintai dan harus menjaga bayi yang bukan milikku, siapa yang mengerti perasaanku saat itu? Rasanya hatiku benar-benar mati," Indah mengingat kembali masa-masa itu dan hingga saat ini, ia masih membenci ayahnya.     

"Aku tidak memaksamu untuk menikah denganku. Setelah menikah denganku, aku tidak pernah memperlakukanmu dengan buruk," kata Galih dengan marah.     

"Kamu memang tidak memperlakukanku dengan buruk. Tetapi aku masih muda saat itu. Mengapa aku harus menikah denganmu dan menjadi ibu tiri dari anakmu? Setelah itu, saat aku hamil anakku sendiri, aku seperti mendapatkan harapan baru lagi. Tetapi apa yang terjadi? Aku harus kehilangan anakku," Indah mengangkat kepalanya dan menghapus air mata dari sudut matanya. "Galih, setelah memiliki Anya, aku jatuh cinta padamu karena kamu benar-benar baik padaku."     

"Kamu mencintaiku, tetapi kamu memberi obat padaku?" Galih tidak mengerti.     

"Benar. Karena aku begitu mencintaimu, aku takut akan kehilangan kamu. Aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, aku kehilangan Anya dan aku tidak bisa memberimu keturunan lagi. Aku takut kamu tidak menginginkanku lagi. Aku takut akan ada orang yang merebutmu dari aku. Aku melakukannya karena aku tidak ingin kehilanganmu. Aku hanya ingin membesarkan Keara dengan baik dan mencari Anya. Hanya itu tujuan hidupku," Indah berhenti berbicara dan bergumam dengan pelan. "Aku tidak menyangka, setelah 20 tahun lebih menikah, akhirnya kamu mengkhianatiku."     

"Apakah kamu masih mencintaiku?" tanya Galih.     

"Aku sudah tidak mencintaimu. Sejak kamu tahu bahwa Anya adalah anak kandung kita dan kamu masih melindungi Keara yang berusaha untuk membunuhnya, aku sudah tidak mencintaimu lagi," Indah tiba-tiba saja bangkit berdiri. "Galih, tetaplah hidup karena aku tidak menginginkan Pratama Group."     

"Indah, apakah aku benar-benar mandul? Anak di dalam kandungan Jessica …"     

"Bukan anakmu …" Indah membuka pintu kamar rumah sakit dan pergi keluar.     

"AHHH!" teriakan histeris Galih terdengar dari dalam kamar. Tidak ada satu orang pun yang berani masuk ke dalam ruangan itu, baik suster mau pun dokter. Sampai suara alarm dari dalam ruangan terdengar …     

Di siang hari, Anya mendapatkan panggilan dari Indah lagi. "Anya, cepat datanglah ke rumah sakit. Rumah sakit menelepon dan mengatakan ayahmu dalam kondisi kritis."     

"Bukankah ibu bilang ayah sudah melewati masa kritis?" tanya Anya.     

"Anak di dalam kandungan Jessica bukan anaknya. Kemarin malam, ia memergoki Jessica sedang berada di rumah dengan pria lain sehingga tekanan darahnya melonjak dan pingsan. Ada kemungkinan ia mengalami gagal jantung atau penyakit lainnya," kata Indah dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.