Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Jangan Salahkan Aku



Jangan Salahkan Aku

0"Jadi, sebenarnya hubungan mereka baik-baik saja. Sampai aku kembali hadir di kehidupan mereka dan mengacaukan semuanya," kata Anya dengan marah.     

"Ayahmu hanya sedang tersesat dan tidak mau menemukan jalan kembali. Ia memutuskan untuk melakukan hal yang ekstrem sehingga semua ini terjadi. Memang benar ia melakukan hal yang salah, tetapi ibumu masih mempertimbangkan perasaannya terhadap ayahmu, perasaan yang dulu pernah ada dan masih tersisa. Tidak perlu memahami mereka. Biarkan saja mereka menyelesaikan urusannya sendiri. Kita tidak usah ikut campur," kata Aiden.     

"Tidak apa-apa kalau ia kembali pulih. Bagaimana kalau kondisinya buruk atau lumpuh, dan meminta ibuku untuk mengurusnya? Enak saja …" Anya mendengus dengan dingin. "Kalau ia baik-baik saja, ia akan hidup bahagia bersama dengan Jessica. Tetapi ia mencari ibuku saat ia sedang sakit. Mengapa ibu harus diperlakukan seperti ini?"     

"Kalau memang nanti ia lumpuh, biarkan orang lain yang mengurusnya. Kamu tidak akan membiarkan ibumu mengurusnya kan. Jangan terlalu dipikirkan," Aiden tersenyum dan mengelus kepalanya.     

"Ibuku masih mempertimbangkan hubungan mereka sebagai suami istri selama 20 tahun. Sementara itu, aku tidak punya hubungan ayah dan anak yang mendalam dengannya," Anya mengerutkan bibirnya.     

Aiden memeluk Anya dan mengusap-ngusap lengannya, berusaha untuk menenangkannya. "Aku tahu. Tetapi masalah ini adalah masalah orang tua. Kita tidak usah ikut campur."     

"Aku tahu. Aku akan mempercayai semua keputusan yang ibu buat," walaupun Anya tidak suka melihat perhatian ibunya pada ayahnya, kata-kata Aiden itu sangat masuk akal.     

Kalau ayah dan ibunya tidak memiliki hubungan yang baik, ayahnya pasti sudah akan mencari wanita lain dan memiliki anak lain di luar sana sejak dulu. Apa lagi, kesehatan ibunya tidak cukup baik selama bertahun-tahun.     

Tetapi selama ini hubungan mereka berdua sangat baik. Setidaknya sebelum kemunculan Anya, hubungan ayah dan ibunya baik-baik saja.     

"Kalau aku tidak menikah denganmu, dan orang yang kamu nikahi adalah Keara. Bukankah semua ini tidak akan terjadi?" tanya Anya dengan tiba-tiba.     

"Tanpa kamu pun, aku tidak akan pernah menikahi wanita yang mengkhianatiku. Keara sudah ditakdirkan untuk seperti ini, mencintai dengan ambisi yang gila. Dengan siapa pun aku menikah, ia tetap akan membenci wanita yang mendampingiku. Itu adalah masalahnya. Semuanya tidak ada hubungannya dengan kamu. Jangan terlalu dipikirkan," hibur Aiden.     

"Ayah selalu berpikir bahwa kemunculanku lah yang telah menghancurkan kedamaian dan kebahagiaan Keluarga Pratama. Ia menyalahkan aku. Dan ibuku berusaha untuk melindungiku, sehingga ayah juga menyalahkan ibu," Anya menghela napas panjang. "Aku tidak percaya kalau ayah adalah pria yang tidak baik. Tetapi bagaimana menjelaskan mengenai hubungannya dengan Jessica."     

Aiden tersenyum dengan mengerti. "Menggodanya dengan kecantikannya."     

"Di mana cantiknya Jessica?" kata Anya dengan jijik.     

"Mungkin tidak hanya kecantikannya saja. Selama ia adalah wanita dan bisa menggoda pria, terutama saat ayahmu dalam keadaan seperti ini, rencananya pasti akan berhasil. Kebetulan hubungan ayah dan ibumu sedang renggang. Sekarang ia memanfaatkan kehamilannya ini," kata Aiden.     

"Ya sudah lah. Kita juga sudah memberikan kesempatan untuknya agar tidak mengganggu keluarga kita," cibir Anya. "Ayah juga bukan orang bodoh. Kalau memang ia melakukan ini, bukan berarti ia khilaf. Memang ia yang sengaja melakukannya."     

"Anya tenanglah. Kamu sedang hamil sekarang dan hormon-mu sedang tidak stabil. Pertama-tama, semua orang tahu bahwa apa yang Jessica lakukan itu menjijikkan. Semua orang juga tahu bahwa ayahmu melakukan kesalahan dengan memutuskan untuk berhubungan dengan Jessica. Semua ini adalah keputusannya sendiri dan tidak ada yang memaksanya. Mereka berdua salah. Sekarang, kita hanya bisa berharap ayahmu selamat dan baik-baik saja," kata Aiden dengan tenang.     

Anya mengangguk dengan patuh. "Aku juga tidak mau semua ini terjadi, tetapi aku tidak bisa mengendalikan diriku. Aku … Aku mungkin bukan wanita hamil, tetapi wanita yang pemarah."     

Aiden tertawa dan mengecup puncak kepala Anya. "Jangan pikirkan apa pun. Semuanya akan baik-baik saja."     

"Aku percaya padamu. Kalau kamu bilang semuanya akan baik-baik saja, semuanya akan aman," Anya mempercayai Aiden. Di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa Aiden lakukan.     

Bagi Anya, Aiden bisa melakukan apa pun.     

Nadine sudah keluar dari rumah sakit, pulang ke rumah untuk beristirahat dan menjaga bayinya. Pernikahan Jenny juga sudah selesai.     

Selama masalah Galih dan Indah selesai, Anya bisa tenang. Ia hanya perlu menunggu bayinya untuk lahir dengan keadaan yang damai.     

…     

Keesokan paginya, Anya mendapatkan telepon dari Indah.     

"Anya, ayahmu sudah melewati masa kritis. Tetapi ia tidak mau memberitahu mengapa ia pingsan," Indah menghela napas panjang. "Aku rasa, ada sesuatu yang terjadi pada dia dan Jessica. Ia tidak mau memberitahuku karena malu."     

"Ibu, mengapa kamu harus memedulikannya? Kalau ia baik-baik saja, kamu cepatlah pulang dan beristirahat," kata Anya.     

"Kamu ini … Bagaimana pun juga, ia adalah ayahmu. Mengapa kamu sama sekali tidak peduli padanya?" tegur Indah.     

"Apakah dengan membantu mendekor sekolahku sudah cukup untuk membuktikan bahwa ia adalah ayahku? Bagaimana mungkin cinta seorang ayah semurah itu? Aku bisa meminta bantuan dari Aiden. Aku memberinya kesempatan untuk dekat denganku setelah 20 tahun berpisah. Aku juga ingin dicintai oleh kedua orang tuaku. Tetapi apa yang ia lakukan? Ia menyalahkanku karena muncul dan menghancurkan Keluarga Pratama yang bahagia. Keara sudah melakukan banyak hal jahat, tetapi semua kesalahannya itu dilimpahkan padaku. Hanya karena aku adalah bencana di matanya!" Anya bukan lah orang yang pendendam. Tetapi ia tidak bisa membiarkan Galih melakukan semua ini padanya.     

Sejak kecil, Anya kekurangan cinta kasih dari ayahnya. Dulu, Deny, yang ia anggap sebagai ayah, lebih mencintai Natali dibandingkan dirinya.     

Sulit sekali untuk menemukan ayah kandungnya. Tetapi nyatanya, setelah bertemu dengan ayah kandungnya, anak perempuan favorit di hati Galih adalah Keara, bukan Anya.     

"Anya, ayahmu hanya tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Apa yang ia katakan itu hanya karena emosinya. Setelah aku menceraikannya, kamu adalah satu-satunya keluarganya di dunia ini. Jangan membencinya. Ia sudah semakin tua," kata Indah dengan lembut.     

Mata Anya memerah mendengar kata-kata ibunya. Ia juga mendambakan keluarga yang bahagia. Ia ingin menjadi anak yang bahagia, dicintai oleh ayah dan ibunya.     

Tetapi keinginannya itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Bukannya ia tidak ingin menjadi anak yang berbakti pada ayahnya. Namun, ayahnya lah yang tidak mau mengakui Anya sebagai anaknya.     

"Ibu, saat anak di dalam kandungan Jessica lahir, ayah akan semakin mengabaikanku. Sudah lah. Ibu pasti sudah lelah. Cepatlah pulang," bisik Anya.     

"Anya, ibu hanya berharap kamu tidak akan terpengaruh dengan perceraian ayah dan ibu. Meski ayah dan ibu sudah bukan suami istri lagi, kamu masih tetap anak kami. Apakah kamu mengerti? Di dunia ini, tidak ada orang tua yang tidak mencintai anaknya," setelah mengakhiri panggilan, Indah berbalik dan melihat Galih yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit sudah terbangun.     

Ia memaksakan senyuman di wajahnya. "Kamu sudah bangun. Asistenmu ada di depan pintu dan rumah sakit sudah mengatur suster khusus untukmu. Kamu akan baik-baik saja. Walaupun Anya marah padamu, ia dan Aiden sudah mengatur perawatan yang terbaik untukmu. Kalian adalah ayah dan anak. Meski kita sudah bukan suami istri lagi, aku tidak mau hubunganmu dengan anakmu juga ikut hancur."     

Galih hanya memandangnya dengan dingin. "Aku memperlakukanmu dengan kejam. Mengapa kamu masih mau mengurusku seperti ini?"     

"Meski kita akan berpisah, kita sempat menjalin hubungan selama lebih dari 20 tahun. Aku juga tahu bahwa sikapmu padaku sangat kejam. Tetapi kalau aku berbuat yang sama padamu, itu artinya aku tidak jauh berbeda darimu. Galih, setelah bersama denganku selama ini, apakah kamu masih tidak memahamiku dan tidak mempercayaiku?" Indah tersenyum dengan tipis.     

"Di dunia ini, kita hanya bisa bergantung pada diri kita masing-masing," jawab Galih.     

Indah tetap tersenyum ke arahnya. "Kamu benar. Oleh karena itu aku juga harus memikirkan diriku sendiri. Aku tidak bisa membantu Keara. Kalau ia masih hidup, kamu akan melakukan segala cara untuk membantunya setelah kamu keluar dari penjara. Meski ia hanya bisa berbaring di tempat tidur saja, ia masih bisa memfitnahku. Aku yang membesarkannya sejak kecil, menganggapnya sebagai putriku sendiri, tetapi apa yang aku dapatkan sebagai balasannya? Jangan salahkan aku kalau semua ini terjadi padanya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.