Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Orang yang Baik



Orang yang Baik

0Pesta pernikahan Jenny dan Jonathan berjalan dengan sangat lancar, terlepas dari sedikit kekacauan yang ditimbulkan oleh Galih yang membawa Jessica untuk menghadiri acara penting tersebut.     

Jenny dan Jonathan langsung pergi berbulan madu dan melupakan kejadian yang tidak mengenakkan itu.     

Tetapi Indah tidak bisa menerimanya.     

Di pernikahan keponakannya, Galih sengaja datang membawa wanita simpanannya.     

Mereka masih belum bercerai dan Anya adalah menantu dari Keluarga Atmajaya. Meski Galih sudah tidak menyukai Indah lagi, tidak seharusnya Galih mengabaikan perasaan putrinya seperti itu.     

Malam itu, Indah sengaja datang ke rumah Aiden untuk mengunjungi putrinya. Dan kebetulan, Aiden sedang berada di rumah.     

"Ibu, mengapa kamu datang malam-malam begini? Apakah ibu tidak lelah?" Anya menyambut kedatangan ibunya sambil tersenyum.     

"Apakah ayah mertuamu tidak menyalahkanmu karena Jessica datang ke pesta hari ini?" tanya Indah dengan cemas.     

Anya tertawa kecil mendengarnya. "Ibu, jangan khawatir. Ayah mertuaku tahu bahwa itu bukan kesalahanku."     

"Memang itu bukan salahmu. Galih yang tidak tahu diri," dengus Galih dengan marah. "Aiden, bolehkah ibu membawa beberapa pengawalmu untuk mengusir wanita ular itu."     

Aiden dan Anya saling berpandangan. Setelah itu, ia bertanya. "Ibu, apakah kamu berniat menemui Jessica?"     

"Galih dan Jessica tinggal di rumah Keluarga Pratama. Aku akan diam saja kalau mereka tidak tinggal di rumah itu. Tetapi mereka tinggal di rumah yang masih merupakan rumah sahku dan tidur di tempat tidurku. Aku tidak bisa terima," kata Indah dengan kesal.     

"Ibu kan akan bercerai dengan ayah. Mengapa memedulikan di mana mereka tidur?" Anya sama sekali tidak peduli dengan ayahnya. Dua puluh tahun yang ia lewatkan tanpa ayahnya membuat adanya jarak di antara mereka. Ditambah lagi, tidak seperti ibunya yang berusaha untuk menunjukkan rasa kasih sayang dua kali lipat untuk menebus itu, ayahnya sama sekali tidak berusaha.     

Ayahnya hanya mencintai Keara dan sama sekali tidak memedulikan Anya.     

Bagaimana mungkin Anya bisa mencintai ayah kandungnya itu?     

"Galih sengaja ingin mempermalukanku di depan semua orang dengan membawa Jessica ke pesta yang penting untukku. Aku tidak akan tinggal diam kalau ia sengaja mencari masalah. Biar aku mengusirnya keluar dari rumah," kata Indah dengan marah.     

"Biar aku menemani ibu," Aiden tidak bisa diam saja. Ia tidak mau kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Indah, kalau Indah pergi sendirian ke rumah itu. Sebelumnya, Galih sudah menggunakan kekerasan dan bahkan berniat mencekik Indah hingga mati.     

Kalau sampai ada sesuatu terjadi pada Indah, Anya juga pasti akan terpengaruh. Dan Aiden tidak akan membiarkan hal itu terjadi.     

"Aku juga ingin ikut. Aku tidak akan turun dari mobil, ya?" Anya meraih tangan Aiden dan memohon padanya. Ia khawatir terjadi sesuatu pada ibunya.     

Bagaimana bisa Aiden meninggalkan Anya sendirian dan menolaknya kalau Anya memandangnya seperti ini. "Baiklah, tetapi kamu harus mendengarkan aku. Kamu tidak boleh turun dari mobil."     

Anya mengangguk dengan patuh.     

Pada pukul 10 malam, Aiden membawa sekitar 10 pengawal dengan tiga mobil dan pergi menuju ke rumah Keluarga Pratama bersama dengan Indah dan Anya.     

Indah membunyikan bel pintu berulang kali, tetapi tidak ada satu orang pun yang membukakan pintu, meski ruangan di dalam terlihat sangat terang.     

"Ibu, sepertinya Jessica tahu bahwa kita akan datang dan sengaja tidak mau membukakan pintu. Apakah ibu tidak tahu kode rumahnya?" Anya memandang elektronik smart lock yang ada di pintu gerbang tersebut.     

"Aku akan mencobanya. Aku khawatir mereka sudah mengganti kata sandinya," Indah mencoba memasukkan kata sandi yang lama. Tidak disangka pintunya terbuka.     

Setelah itu, beberapa pengawal Aiden masuk terlebih dahulu, melewati air mancur dan menemukan pintu depan rumah tersebut terbuka lebar. Meski pintunya terbuka, ruangan itu sangat sunyi.     

"Mengapa tidak ada orang sama sekali?" Anya kebingungan.     

"Jangan bergerak," Aiden memandang ke arah pintu dengan waspada dan memberi isyarat pengawalnya untuk maju terlebih dahulu.     

Dua pengawal Aiden masuk ke dalam, diikuti oleh dua pengawal lainnya. Mereka berempat masuk ke dalam rumah dan menemukan Galih sedang tergeletak di lantai. Selain Galih, tidak ada orang lain di sana.     

"Tuan Galih! Apakah Anda baik-baik saja?" pengawal Aiden bergegas menghampiri Galih.     

Aiden bergegas masuk dan melihat pemandangan yang sama dengan para pengawalnya. Galih tergeletak di lantai dengan bibir yang bengkok dengan aneh. Aiden langsung menghentikan pengawalnya agar tidak melakukan apa pun pada Galih, tidak memindahkan tubuhnya.     

"Jangan sentuh dia! Panggil ambulans!" kata Aiden. setelah itu, Indah dan Anya juga masuk ke dalam rumah.     

Melihat Galih yang terkapar di lantai sendirian, Indah langsung berlari menuju ke ruang kerja suaminya itu.     

Ia segera mencari obat antihipertensi dan mengambil segelas air. Kemudian ia memberikannya pada Galih.     

Anya duduk di sofa sambil memandang ke arah Galih, tanpa melakukan apa pun. "Aku tidak akan bertanya apa yang terjadi, mengapa pelayanmu menghilang dan mengapa Jessica tidak ada di sini. Tetapi sepertinya tekanan darahmu naik."     

Bibir Galih berkedut, tetapi ia tidak bisa mengatakan apa pun.     

"Mau memarahiku? Lebih baik kamu menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirimu. Semakin kamu marah, kondisimu akan semakin parah. Mungkin kamu akan koma saat tiba di rumah sakit sehingga semua hartamu akan jatuh ke tangan ibu dan aku. Semua harta kekayaanmu …" kata Anya dengan suara rendah.     

"Anya, apa yang kamu katakan! Lihat kondisi ayahmu sudah seperti ini," tegur Indah.     

"Ia pantas mendapatkannya," Anya mencibir. "Kamu harus bertahan. Tidak ada yang tahu apa yang Jessica lakukan sebelum kita datang. Kalau kamu bertahan, setidaknya masalahnya akan berkurang."     

Sementara itu, Aiden sedang sibuk menelepon dokter untuk menangani Galih     

Bima juga seseorang yang mudah marah. Ia beberapa kali masuk rumah sakit karena tekanan darahnya yang melonjak dengan cepat. Tetapi karena dokter terbaik yang dimiliki oleh keluarganya, ia bisa selamat.     

Sekarang, Bima lebih bisa menjaga emosinya. Semakin tua, ia semakin khawatir akan mati.     

Aiden segera menghubungi dokter ayahnya itu, yang sudah sangat berpengalaman untuk mengurus ayahnya.     

Sepuluh menit kemudian, ambulans datang dan membawa Galih untuk pergi ke rumah sakit yang sudah ia hubungi sebelumnya.     

"Aiden, kamu antarkan Anya pulang saja. Biar ibu yang pergi ke rumah sakit," kata Indah dengan cemas.     

"Ibu bukan dokter dan tidak bisa melakukan apa pun. Selain itu, apakah ibu sudah lupa apa yang ia lakukan padamu?" Anya tidak mau membiarkan Indah pergi ke rumah sakit sendirian.     

"Ayahmu dan aku belum melewati prosedur perceraian. Sampai saat ini, ia masih suamiku. Meski ia bersikap kasar padaku, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Kami sudah menikah lebih dari 20 tahun dan sekarang ia membutuhkanku. Kamu pulanglah. Nanti aku akan memberitahu kabar selanjutnya padamu," kata Indah sebelum masuk ke dalam ambulans.     

Walaupun Galih tidak mengatakan apa pun, ia bisa mendengar kata-kata Indah. Tanpa sadar, air mata terjatuh dari sudut matanya.     

"Galih, jangan khawatir. Aiden sudah menghubungi dokter. Kamu harus menjaga emosimu dan jangan terlalu marah," kata Indah dengan suara lembut.     

Galih tidak berbicara, tetapi diam-diam ia menangis. Indah tidak tahu apa yang Galih pikirkan saat ini dan tidak ingin tahu juga.     

Ia bersedia menemani Galih ke rumah sakit karena mengingat hubungan mereka yang masih merupakan suami istri. Ia masih mempertimbangkan kebaikan Galih selama bertahun-tahun dan memutuskan untuk membantunya kali ini.     

Tetapi bukan berarti Indah akan melupakan semua kejahatan yang telah Galih lakukan padanya.     

Aiden membawa Anya pulang ke rumah. Sebelum pulang, ia menyuruh pengawalnya untuk berjaga-jaga di rumah Keluarga Paratama.     

Di perjalanan pulang, Anya berkata dengan sedih. "Aku tidak mengerti. Kamu tahu sendiri bagaimana ayah memperlakukan ibu. Ibu berniat datang untuk mengusir Jessica keluar dari rumah. Tetapi saat melihat ayah tergeletak di tanah, ibu langsung mengkhawatirkannya."     

"Tidak peduli apa pun yang sudah terjadi, mereka sudah bersama selama lebih dari 20 tahun. Sebagai anak, kita tidak bisa menghakimi mereka. Kalau ayah memang menginginkan anak laki-laki, ia pasti sudah mencari simpanan sejak lama. Mengapa ia harus menunggu hingga sekarang? Kematian Keara yang telah membuatnya seperti ini, membuatnya tersesat di jalan yang salah. Tetapi sebelumnya, tidak pernah terbersit di pikirannya untuk mengkhianati ibumu. Sebenarnya ayah adalah orang yang baik," kata Aiden dengan tenang.     

"Jadi, sebenarnya hubungan mereka baik-baik saja. Sampai aku kembali hadir di kehidupan mereka dan mengacaukan semuanya," kata Anya dengan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.