Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hari yang Terindah



Hari yang Terindah

0"Kalau aku meninggalkan dia, siapa yang bisa melindungiku? Karena Rudi, pamanku tidak berani melakukan apa pun padaku. Dan karena Rudi, bibiku bisa tetap menjadi Nyonya Tanuharja. Aku tidak akan meninggalkan Rudi dan aku tidak bisa meninggalkannya," Tiara adalah orang yang sangat rasional dan tahu apa yang ia butuhkan.     

Di pesta ulang tahun bibinya, Tiara tahu bahwa Harris tidak bisa melindunginya.     

Selama ada sesuatu yang terjadi pada Nadine, Harris akan selalu mengutamakan Nadine menjadi prioritas nomor satunya.     

Tiara juga tidak bisa bergantung pada Jenny. Walaupun Jenny adalah sahabat terbaiknya, tetapi Jenny memiliki kehidupannya sendiri.     

Dalam beberapa masalah, ia harus bisa bergantung pada dirinya sendiri.     

Suatu keberuntungan ia bisa bersama dengan Rudi dan ia tidak akan melepaskan keberuntungan ini.     

Tiara bukanlah wanita yang tamak. Ia tidak berharap Rudi akan menikahinya. Selama Rudi bisa melindunginya dan membuat Keluarga Tanuharja tetap tenang, ia sudah cukup puas.     

Berita mengenai hubungan Rudi dan Tiara sudah tersebar cukup lama. Berita tersebut membuat Triawan merasa sedikit cemas. Ia khawatir tidak bisa mendapatkan keuntungan besar karena latar belakang keluarga Tiara yang sederhana.     

Sebelumnya, banyak orang yang ingin mendekati Rudi dengan cara menanamkan investasi pada perusahaannya.     

Surya tidak sebodoh itu. Kalau Tiara berhubungan dengan Rudi, ia tidak akan pernah menceraikan Rosa. Tanpa adanya Rosa dan Tiara, perusahaannya tidak akan bisa berjalan.     

"Akhirnya kamu mengakui. Hubunganmu benar-benar karena Keluarga Tanuharja," kata Harris.     

"Kak, aku tahu kamu punya kesulitan sendiri. Kak Nadine sedang hamil dan butuh kamu. Tidak perlu mengkhawatirkan tentang aku. Aku baik-baik saja. Ngomong-ngomong, aku mau memberitahu berita baik untukmu. Aku kembali belajar menari. Setiap hari aku berusaha untuk menurunkan berat badanku. Aku tidak mau menjadi angsa putih yang paling gemuk," kata Tiara dengan setengah bercanda.     

Jenny memandangnya dengan heran. "Aku yakin tidak begitu. Kamu pasti yang tercantik di antara semuanya."     

"Tiara, apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?" tanya Harris.     

"Aku sudah memikirkannya baik-baik. Tidak peduli bagaimana pun hasilnya di masa depan, aku sudah memutuskan. Yang penting sekarang karena Rudi, Keluarga Tanuharja sudah kembali tenang. Hanya ini yang aku inginkan. Sekarang, bibiku yang akan mengurus bar sehingga aku tidak perlu begadang," Tiara berpura-pura tenang dan berkata, "Sebelum Jenny menikah nanti, aku pasti sudah kurus."     

"Baiklah, aku akan memesankan baju bridesmaid yang paling kecil. Kamu harus menurunkan berat badanmu untuk bisa memakainya," kata Jenny sambil tersenyum.     

"Tiara, kamu sudah sangat cantik dan kurus. Kamu ingin turun berapa kilo lagi?" tanya Nadine.     

Tiara memegang lemak yang masih tertimbun di pinggangnya. "Sekarang beratku 62 kilogram dan tinggiku 168 centimeter. Aku harus menurunkan berat badanku hingga 54 kilogram. Itu artinya, aku harus turun 8 kilogram."     

"Aku akan membelikanmu banyak makanan sampai kamu tidak bisa turun," goda Jenny.     

"Jangan seperti itu! Sebelum aku bekerja di bar, beratku hanya 55 kilogram. Aku begadang setiap hari dan banyak minum sehingga aku semakin gemuk," Tiara berkata dengan penuh percaya diri. "Aku pasti bisa mendapatkan berat badanku kembali."     

"Aku yakin kamu pasti bisa," kata Nadine.     

Tiara melihat Harris masih terlihat sedih. Ia tahu bahwa Harris benar-benar tulus memedulikan dan mengkhawatirkannya. Ia tersenyum dan berkata, "Kak, mana yang lebih ingin kamu lihat? Tiara sang penari atau Tiara si wanita pelayan bar? Aku berharap kamu juga mendukungku. Meski suatu hari nanti aku akan berpisah dengan Rudi, aku akan baik-baik saja. Percayalah padaku."     

"Aku percaya padamu," Harris mengangguk berulang kali.     

Kepala komunitas balet itu mengundang Tiara untuk bergabung kembali pada kelompok mereka. Ia tahu bahwa Tiara rajin berlatih, sehingga ia mau memberikan kesempatan untuknya.     

Kalau ia bisa mempelajari tarian yang sedang dipelajari oleh kelompok tersebut dalam satu bulan dan bisa mengurangi berat badannya menjadi kurang dari 54 kilogram, ia akan dijadikan penari cadangan.     

Walaupun ia tidak menandatangani kontrak, Tiara sudah mulai menjalani diet dan berlatih setiap hari agar bisa menjadi penari cadangan.     

Meski hanya cadangan, Tiara mau berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan tempat tersebut.     

…     

Satu bulan kemudian, pernikahan Jonathan dan Jenny akhirnya tiba.     

Nadine juga sudah keluar dari rumah sakit dengan aman dan memutuskan untuk tidak menghadiri pesta pernikahan itu agar tidak terjadi sesuatu padanya.     

Anya menemani Nadine dan mereka hanya bisa melihat pesta pernikahan itu dari siaran langsung, sementara Keluarga Atmajaya yang lainnya pergi ke hotel tempat pesta diadakan.     

Tetapi yang tidak disangka-sangka, Galih membawa Jessica datang ke pesta Keluarga Atmajaya itu.     

Galih dan Indah sedang dalam proses perceraian, tetapi mereka masih suami istri yang sah sampai sidang tersebut selesai.     

Indah pasti akan menghadiri pesta pernikahan Jenny dan Jonathan sebagai wali dari Jonathan dan satu-satunya orang tua di Keluarga Srijaya.     

Saat ia datang ke pesta tersebut, ia tidak berniat untuk menghadirinya bersama dengan Galih. Tetapi Galih sengaja datang bersama dengan Jessica untuk mempermalukannya. Itu benar-benar membuatnya kesal.     

"Ibu, biar aku yang pergi," Aiden melindungi Indah dan menghampiri Galih secara pribadi.     

Saat Galih mengetahui bahwa Anya dan Nadine yang sedang hamil tidak menghadiri acara tersebut, ia membawa Jessica untuk pulang bersama dengannya karena Jessica juga sedang hamil. Ia tidak mau sesuatu terjadi pada Jessica.     

Bima mendengus dengan marah. Tetapi saat mengingat kembali mengenai Anya dan mempertimbangkan bahwa hari ini adalah hari yang besar dan membahagiakan untuknya, ia memutuskan untuk mengabaikan masalah Galih ini.     

Setelah kejadian itu, mobil pengantin akhirnya tiba di hotel.     

Jonathan membuka pintu dan keluar dari mobil, kemudian membantu Jenny untuk keluar.     

Kelopak-kelopak bunga yang tidak terhitung jumlahnya terjatuh dan menari-nari di atas langit, menghiasi ruangan. Jenny terpana melihat keindahan dan suasana romantis di pernikahannya sendiri.     

Hari ini, Jonathan mengenakan jas berwarna putih yang dibuat khusus untuknya. Jas itu terlihat sangat pas di tubuhnya. Postur tubuhnya terlihat sangat tegap dan menawan, membuatnya jauh lebih menonjol dibandingkan semua orang di sana.     

Jenny yang berada di sampingnya mengenakan gaun pengantin pilihannya. Gaun itu tidak terlalu berlebihan, tetapi tetap menonjolkan semua postur tubuhnya yang indah. Bagian belakangnya panjang hingga menyentuh tanah, terlihat seperti kelopak bunga putih yang mekar. Wajahnya yang memancarkan kebahagiaan membuatnya terlihat lebih bersinar.     

Senyum tidak pernah meninggalkan wajah Jenny. Hari ini adalah hari terbahagia untuknya.     

"Para tamu yang terhormat, bapak, ibu sekalian, hari ini adalah hari yangs angat istimewa. Jonathan dan Jenny telah menemukan pasangan hidup mereka masing-masing untuk seumur hidup. Di hari yang sangat membahagiakan ini, kita semua sangat beruntung bisa menyaksikan momen yang sakral ini. Mungkin suatu hari nanti, kita akan melupakan tanggal dan tempat kejadian ini berlangsung. Tetapi kita tidak akan pernah melupakan janji suci yang sangat indah di antara pasangan baru ini, dan juga kebahagiaan mereka yang abadi. Mari kita saksikan bersama-sama dan ikut berbahagia atas bersatunya kedua orang ini."     

Tatapan pembawa acara pesta pernikahan itu tertuju pada Jonathan. "Jonathan, apakah kamu bersedia menerima Jenny sebagai istrimu, di saat miskin atau pun kaya, sehat mau pun, sakit? Apakah kamu bersedia menjaganya dan melindunginya hingga maut memisahkan kalian?"     

"Saya bersedia," Jonathan memandang Jenny dan menjawabnya tanpa keraguan sedikit pun.     

"Jenny, apakah kamu bersedia menerima Jenny sebagai istrimu, di saat miskin atau pun kaya, sehat mau pun, sakit? Apakah kamu bersedia menjaganya dan melindunginya hingga maut memisahkan kalian?" tanya pembawa acara itu pada Jenny.     

"Saya bersedia," Jenny memandang Jonathan dengan senyuman manis di wajahnya.     

"Mulai hari ini, kalian adalah suami istri yang sah," kata pembawa acara tersebut dengan suara yang keras. Para penonton yang menyaksikannya langsung bertepuk tangan.     

Setelah pesta pernikahan itu, Jenny dan Jonathan langsung pergi ke bandara untuk berbulan madu ke maldives.     

Di dalam pesawat, Jenny bersandar di pundak Jonathan sambil memejamkan matanya. Senyum tidak pernah satu kali pun meninggalkan wajah cantiknya. "Katakan padaku kalau ini bukan mimpi."     

Jonathan tersenyum dan menggenggam tangan Jenny. "Kenapa? Apakah kamu menyesal menikah denganku? Sudah terlambat …"     

"Aku tidak akan pernah menyesal, sekarang mau pun suatu hari nanti. Menikahimu adalah impian terbesar dalam hidupku," Jenny memeluk lengan Jonathan dengan erat dan tersenyum seperti orang idiot. "Kalau kamu berani menyesal, aku akan menghajarmu habis-habisan."     

"Aku tidak akan pernah menyesalinya," setelah mengatakannya, Jonathan memberikan ciuman yang manis di bibir Jenny.     

Dan ciuman itu membuat mereka tidak bisa berpisah satu sama lain untuk waktu yang cukup lama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.