Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tanda-Tanda Keguguran



Tanda-Tanda Keguguran

0"Kalau aku membiarkanmu melanjutkan menari, bagaimana kamu akan membalasku?" Rudi bertanya pada Tiara sambil memegang dagu wanita itu.     

"Belajar menari sekarang sama dengan membakar uang. Dan aku sudah berusia 25 tahun. Aku sudah melewatkan masa keemasanku," Tiara tersenyum dengan pahit.     

"Selama kamu masih punya niat dan keinginan, tidak ada kata terlambat," Rudi tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.     

Menari mengingatkannya pada sosok Agnes. Agnes menari karena menyukainya. Tetapi pada akhirnya, cinta malah membuatnya hancur berantakan dan bahkan kehilangan hidupnya.     

Sekarang saat bertemu dengan Tiara, Rudi tidak menyangka kalau Tiara juga menari.     

Agnes sangat beruntung. Keluarganya kaya raya dan bisa mengirimnya ke luar negeri, ke sekolah terbaik, untuk mendapatkan didikan terbaik.     

Tetapi Tiara tidak bisa menikmati hal tersebut. Ia hanyalah sebuah alat untuk Surya Tanuharja.     

"Kalau kamu bisa mencegah perceraian paman dan bibiku, agar aku bisa hidup dengan bebas, tanpa bekerja di bar, tanpa harus mengurus dan menemani para tamu untuk minum, tanpa harus bekerja di malam hari dan tidur di siang hari … Kalau kamu bisa membantuku melanjutkan menari, aku akan menjadi milikmu. Kecuali kalau kamu tidak menginginkanku lagi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu terlebih dahulu," kata Tiara dengan tegas.     

Rudi tersenyum. Akhirnya ia menyadari mengapa ia mau memberi jabatan dan posisi untuk Tiara di perusahaannya. Harris juga bersedia, sama halnya dengan Jonathan. Itu karena wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketenangan atau kebahagiaan.     

Ternyata apa yang ia inginkan bukanlah bekerja di bar, atau menjadi pegawai kantoran di perusahaan mana pun. Ia ingin menari. Ia ingin menari tanpa perlu memedulikan hal lainnya. Ia ingin menari seperti angsa putih yang mencapai mimpinya.     

"Baiklah, aku berjanji padamu," Rudi mengangguk dan setuju.     

Setelah ia mengatakannya, tiba-tiba saja bibirnya terasa panas. Tiara menciumnya dengan sangat berani.     

Dengan nakalnya, ia menggoyangkan tubuhnya, mengusap-usapkannya pada tubuh Rudi. Ciuman itu terasa sangat manis seperti permen.     

Tiara memejamkan matanya dengan erat. Ia merasa gugup tetapi berusaha sekuat tenaga untuk memanfaatkan kesempatan ini.     

Ia tahu bahwa Rudi memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah ini.     

Pandangan mata Rudi terlihat semakin muram. Tenggorokannya naik turun dan ia berbisik. "Tiara, berhentilah!"     

Namun, Tiara sama sekali tidak mau mundur. Ia memeluk Rudi semakin erat. "Aku tahu apa yang aku lakukan."     

Malam itu, Rudi mendapatkan kepuasan yang tidak terbatas. Dan yang mengejutkan lagi, ini adalah yang pertama untuk Tiara.     

Tiara adalah wanita muda yang bekerja di sebuah bar besar dan menghadapi begitu banyak tamu setiap harinya. Mengejutkan sekali bahwa ia masih bisa melindungi kesuciannya.     

Rudi benar-benar mengagumi tubuh Tiara. Sama halnya dengannya, Tiara juga tidak berniat untuk menikah dengannya. Oleh karena itu, Rudi bisa merasa tenang karena mereka bisa bersama dan pergi tanpa khawatir sama sekali.     

Rudi masih muda dan penuh dengan stamina. Semalam penuh, ia berubah menjadi macan.     

Tiara begitu kelelahan dan bahkan tidak punya tenaga untuk bicara lagi.     

Rudi membawanya ke kamar mandi. Sambil memandikan Tiara, Rudi berkata, "Aku akan menepati janjiku. Tinggal lah di sini dulu dan aku akan menjemputmu tiga hari lagi."     

"Bibiku …" Tiara ingin mengatakan sesuatu tetapi menghentikan mulutnya.     

"Aku akan membawanya ke sini untuk menemuimu siang nanti," kata Rudi dengan suara lembut.     

"Terima kasih," bisik Tiara.     

Rudi tidak banyak bicara. Ia hanya membawa Tiara kembali ke tempat tidur dan menyelimutinya. Setelah itu, Rudi mengganti pakaiannya dan pergi.     

…     

Pernikahan Jonathan dan Jenny hanya kurang satu bulan lagi, tetapi mereka masih belum selesai menyiapkan semuanya. Ada beberapa hal yang tidak memuaskan bagi mereka di Indonesia sehingga mereka harus pergi ke luar negeri untuk membelinya.     

Karena Anya sedang hamil, ia tidak bisa membantu Jenny. Maria juga sedang beristirahat dan membiarkan Raisa dan Nadine yang membantu Jenny mengurus masalah pernikahan.     

Siapa tahu, Nadine merasa tidak enak badan saat berada di pesta ulang tahun Rosa Tanuharja. Setelah hari itu, ia beristirahat selama beberapa hari di rumah sehingga hanya Raisa seorang yang membantu Jenny.     

"Anya, Nadine tidak bisa membantuku. Jenny sedang berada di luar negeri. Aku tidak bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Apa yang harus aku lakukan?" Raisa menelepon Anya dan meminta bantuan darinya.     

"Mengapa kamu meneleponku? Tanyakan pada Kak Maria. Aku sedang hamil dan tidak bisa membantumu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Mengapa kamu harus hamil di saat-saat seperti ini," keluh Raisa.     

"Siapa yang suruh kamu tidak hamil. Kalau kamu sedang hamil, kamu tidak perlu membantu Jenny," Anya sengaja menggoda Raisa.     

"Kamu … Setelah pernikahan Jenny berakhir, aku akan segera punya anak!" kata Raisa, tidak terima dengan tantangan Anya.     

Anya tertawa dengan keras. "Murid-muridku di sekolah sedang libur. Kalau kamu butuh bantuan, aku bisa mengirimkan seseorang untuk membantumu."     

"Apakah ada seseorang yang bisa membantuku seperti Nadine? Tanpa Nadine, semuanya kacau berantakan," Raisa menghela napas panjang.     

"Ada apa dengan Nadine?" tanya Anya dengan cemas.     

"Aku tidak tahu. Ia sakit setelah pulang dari pesta ulang tahun Rosa Tanuharja. Aku bertanya padanya, tetapi ia tidak memberitahuku," kata Raisa.     

"Biar aku yang mengunjungi Nadine. Aku akan mengirimkan seseorang untuk membantumu. Kalau masih ada yang membuatmu bingung, tanyakan saja pada Kak Maria," setelah itu, Anya mengakhiri panggilan.     

Melihat Anya selesai telepon, Hana menghampirinya. "Anya, apakah ada masalah?"     

"Nadine sepertinya tidak enak badan. Di mana dia sekarang?" tanya Anya.     

"Ia sedang di rumah sakit dan Harris tidak mengatakan apa pun mengenai penyakitnya. Aku ingin mengunjunginya, tetapi ia menyuruhku untuk menunggu Nadine pulang," Hana juga merasa cemas.     

"Aku akan menelepon Aiden dan menyuruhnya untuk bertanya pada Harris," Anya langsung menelepon suaminya. Kalau Aiden yang bertanya, Harris pasti akan menjawabnya.     

"Kamu merindukanku? Harris tidak masuk kantor hari ini. Sepertinya aku tidak bisa pulang siang ini. Tetapi aku akan cepat pulang malam nanti," kata Aiden dari telepon.     

"Aiden, tanyakan pada Harris, ada apa dengan Nadine? Kami semua sangat khawatir padanya tetapi Harris dan Nadine tidak menceritakan apa yang terjadi. Kalau ia tidak mau mengatakannya, aku akan pergi ke rumah sakit," kata Anya dengan cemas.     

"Jangan terlalu gegabah. Biar aku tanyakan pada Harris dulu," Aiden mengakhiri panggilan dan langsung menelepon Harris.     

Sepuluh menit kemudian, Aiden menelepon Anya kembali. "Anya, aku akan memberitahumu mengenai situasi Nadine saat ini. Tetapi kamu harus menenangkan dirimu dan jangan terlalu emosi."     

"Apakah Nadine sakit parah? Sakit apa?" kata Anya dengan jantung yang berdegup dengan kencang.     

Hana yang berada di sampingnya juga sedang memandang Anya dengan gugup.     

"Tidak. Nadine sedang hamil dan ada tanda-tanda keguguran. Karena mereka masih belum tahu apakah mereka bisa mempertahankan bayi ini atau tidak, mereka memutuskan untuk menyembunyikannya dari kita," kata Aiden, mengatakan yang sejujurnya pada Anya.     

"Hamil?" tanpa sadar air mata mengalir di wajah Anya. "Itu berita yang sangat bagus. Mengapa menyembunyikannya dari kita? Suruh dia banyak beristirahat dan menjaga kehamilannya. Ia pasti akan baik-baik saja."     

"Tubuh Nadine sangat lemah sehingga anak ini …" Aiden berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan. "Dokter menyarankan untuk mengamati kondisi Nadine selama tiga hari ke depan. Kalau tidak, mereka harus menjalankan operasi untuk anak ini agar tidak membahayakan Nadine."     

"Ini terlalu kejam untuk Nadine. Apakah tidak ada jalan lain? Apa yang Dokter Tirta katakan? Pasti ada cara untuk menemukan dokter terbaik kan? Aiden, kamu harus membantu Nadine untuk mempertahankan anaknya ini," setelah mendengar berita semacam ini, mana bisa Anya merasa tenang?     

Ia dan Nadine sangat dekat, seperti saudara sendiri. Dan ia tahu betul apa saja kesulitan yang Nadine alami selama ini.     

Ia mengharapkan yang terbaik untuk Nadine.     

Bagaimana mungkin ia tidak merasa cemas saat mendengar kondisi Nadine?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.