Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengantarkan Ke Hotel



Mengantarkan Ke Hotel

0"Apakah kamu bodoh? Apakah kamu tidak tahu siapa kami?" pada saat itu, Nico datang menghampiri dan memukul kepala pria tersebut.     

Pria yang dipukul oleh Nico itu butuh waktu cukup lama untuk bereaksi. Setelah itu, ia mengenali Nico.     

"Nico, mengapa kamu memukulku? Seharusnya kamu membantuku untuk memberi pelajaran pada orang ini. Orang ini tidak tahu diri …"     

"Aku rasa kamu yang tidak tahu diri. Apakah kamu tidak mengenalnya? Pria ini adalah Rudi Aditya, CEO dari Aditya Group. Apakah kamu tidak membaca berita hari ini? Ia adalah pahlawan di mata semua orang, tetapi kamu tidak mengenalinya," kata Nico dengan nada mencemooh.     

Tiara tiba-tiba saja tertawa. Ia setengah mabuk sehingga berdirinya sedikit tidak stabil. Ia menunjuk ke arah pria tersebut. "Lihat, tahu rasa kamu dipukul seperti itu!"     

"Kamu …" pria itu merasa kesal.     

Nico hanya tertawa saat melihatnya dan berkata dengan setengah bercanda. "Kamu yang menyiramnya dengan anggur dan membuatnya mabuk. Jangan salahkan dia kalau dia mabuk seperti ini."     

Pria itu tidak bisa berkata apa-apa. Ia tidak tahu bagaimana cara membantah Nico dan juga tidak berani untuk membantahnya.     

"Rudi, apakah kamu bisa memaafkan yang terjadi hari ini untuk aku? Aku mengenal pria ini," kata Nico sambil menepuk pundak Rudi.     

Rudi memandang pria itu dengan dingin. Ia tidak tertarik untuk meladeni anak orang kaya seperti ini, anak manja yang sama sekali tidak tahu apa pun, hanya bergantung pada orang tuanya.     

Tiara berusaha bersandar dan duduk di kursi tinggi di belakangnya. Tetapi kursi itu bisa berputar dan Tiara tidak bisa menahan tubuhnya yang oleng sehingga ia hampir terjatuh dari kursi.     

Rudi langsung mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang Tiara.     

Tiara merasa kepalanya pusing. Ia bisa merasakan ada seseorang yang menopangnya. Saat ia berusaha membuka mata untuk melihat siapa yang membantunya, ia tidak bisa melihat dengan jelas.     

Rudi memandang Tiara yang sedang mabuk dengan sedikit kilau jijik di matanya. "Nico, antar dia ke rumah Jenny."     

"Aku mau pulang. Kalau aku terlambat, istriku akan menghukumku dan tidak membiarkan aku masuk dari rumah. Sebaiknya kamu yang mengantarnya," Nico berlari lebih cepat dibandingkan macan tutul dan langsung mengajak pria yang ia kenal itu pergi bersama dengannya.     

"Dasar sialan!" kata Rudi dengan kesal. Kemudian, ia memandang wanita yang berada di pelukannya. "Tiara, di mana rumahmu?"     

"Aku tidak punya rumah. Pamanku mengusirku keluar dari rumah. Ayahku meninggal saat aku lahir. Semua orang di desa menyebutku sebagai kutukan. Setelah itu, ibuku meninggal. Sekarang paman dan bibiku bercerai karena aku. Mengapa aku hanya bisa menyulitkan orang lain? Aku benar-benar tidak berguna ..." Tiara merasa sangat sedih. Air mata menetes dari sudut matanya.     

Mata Rudi terlihat muram. Wanita yang berada di pelukannya ini sedang berada dalam kesulitan dan tidak punya tempat untuk pulang.     

Ia memikirkan mengenai saran ayahnya untuk menjauhi Tiara. Saat ini, ia benar-benar ingin meninggalkannya di pinggir jalan dan pergi.     

Tetapi saat mengingat kembali perintah Jenny dan memikirkan mengenai situasi Tiara saat ini, ia tidak tega untuk membiarkannya begitu saja. Akhirnya, ia membantu Tiara untuk masuk ke dalam mobil.     

Setelah membantu Tiara masuk ke dalam mobilnya, Rudi menelepon Jenny. "Jenny, Tiara sedang mabuk. Di mana kamu sekarang? Aku akan mengantarnya ke tempatmu."     

"Aku sedang berada di bandara, mau pergi ke Paris untuk memilih baju pengantin. Bawalah dia pulang ke rumahmu. Aku akan mengatur seseorang untuk mengurusnya," kata Jenny dari telepon.     

"Bagaimana kalau aku mengantarnya ke rumah Jonathan?" rumah Rudi tepat berada di belakang rumah Jonathan.     

"Tidak. Selain aku, tidak ada orang lain yang boleh menginap di rumah Jonathan," kata Jenny.     

"Dia adalah teman baikmu, bukan orang lain," kata Rudi dengan kepala pening.     

"Dan kamu pria lajang. Apakah kamu tidak berani membawa seorang wanita pulang ke rumah?" kata Jenny dari telepon.     

"Kalau aku membawanya pulang dan tiba-tiba ada wartawan yang mengambil foto kami, aku tidak akan bisa menjelaskannya," jawab Rudi.     

"Kalau kamu mengantarnya ke hotel, kamu malah tidak akan bisa menjelaskannya," kata Jenny. "Bukankah kamu adalah pahlawan yang menyelamatkannya kemarin?"     

"Aku tidak tertarik padanya. Pamannya adalah vampir penghisap darah. Aku tidak mau berhubungan dengan Keluarga Tanuharja sekarang," Rudi mengatakan perasaannya dengan sangat terus terang.     

"Tetapi kalau kamu tidak membantunya, ia akan dipaksa untuk menikah dengan Leo. Apakah kamu bisa diam saja saat melihatnya? Pertama-tama, bantulah dia dulu. Ia akan berterima kasih padamu dan setelah itu kalian tidak akan pernah terlibat lagi," janji Jenny.     

Rudi mengerutkan keningnya. "Bagaimana kamu bisa tahu bahwa ia tidak akan mau terlibat lagi denganku? Bagaimana kalau ia jatuh cinta padaku? Bagaimana pun juga, aku tampan, berasal dari keluarga yang hebat, dan …"     

"Narsisme-mu terlalu tinggi, hampir saja mencapai kakakku. Ia selalu membanggakan dirinya di hadapan semua orang," sela Jenny dengan kesal.     

Ngomong-ngomong soal Nico, Rudi sebenarnya tidak marah. "Tadi aku minum-minum bersama dengan Nico. Ia menyuruhku untuk menyelamatkan Tiara, tetapi ia melarikan diri."     

"Kalau ia tidak pulang cepat, kakak iparku akan mengusirnya dari rumah. Memang harus kamu lah yang menyelamatkan Tiara. Jaga Tiara baik-baik, bawa dia pulang. Aku akan langsung menelepon pelayan dari rumah Jonathan untuk membantumu. Kalau kamu khawatir ada salah paham, menginap lah di hotel malam ini," kata Jenny.     

"Aku membawa Tiara ke rumahku dan kemudian aku harus menginap di hotel. Mengapa?" Rudi tiba-tiba mendapatkan sebuah ide. "Aku akan mengantarkannya ke hotel dan kirimkan seseorang untuk mengurusnya di hotel."     

"Baiklah kalau begitu. Antarkan Tiara ke hotel milik Keluarga Atmajaya. Aku akan memesankan kamar di sana. Kamu hanya perlu meminta kartu kamar di resepsionis. Aku akan menghubungi mereka," kata Jenny.     

Rudi mengakhiri panggilan dan langsung menuju ke hotel yang diberi tahu oleh Jenny.     

Setelah Jenny mengakhiri panggilan, ia menghubungi hotel tersebut dan kemudian menghubungi pelayan di rumah Jonathan untuk pergi menuju ke hotel tersebut. Setelah itu, ia berpikir sejenak dan memutuskan untuk kembali menelepon hotel dan meminta hotel untuk menjaga privasi Tiara dan Rudi baik-baik, jangan sampai ada wartawan atau siapa pun yang memfoto mereka.     

Saat tiba di hotel, Rudi membuka pintu dan melihat Tiara sedang tertidur di kursi belakang mobilnya.     

"Tiara, bangun!" Rudi mengguncang pundaknya. Tiara membuka matanya dengan tatapan menerawang. Melihat wajah tegas Rudi, ia menggelengkan kepalanya. Ia merasa wajah itu familier, tetapi tidak bisa mengingat siapa itu.     

Melihat Tiara dalam keadaan tidak sadar, Rudi akhirnya harus menggendongnya keluar dari mobil.     

Tiara terlihat kurus dan langsung, tetapi saat digendong, Rudi masih bisa merasakan bebannya.     

Ia menundukkan kepalanya dan melihat kancing baju di kemeja putih Tiara terbuka. Rudi terbatuk pelan dan memperingatkan dirinya untuk tidak melihat lagi.     

Tiara memiliki tubuh yang indah dan semua orang pun sudah tahu. Tetapi Rudi tidak menyangka akan bisa melihatnya secara langsung dari kancingnya yang terbuka.     

Saat ini, Tiara sedang mengenakan pakaian kerja. Ia mengenakan jaket berwarna hitam dan kemeja putih di bawahnya, serta rok hitam sepanjang lutut.     

Baju itu awalnya terlihat sangat resmi. Tetapi karena kancingnya yang terbuka, Rudi tidak berani memandangnya secara langsung.     

Selain itu, untuk menghindari agar ada orang lain yang melihatnya, Rudi memeluk Tiara dengan lebih erat.     

Saat memasuki lobby hotel, Tiara membuka matanya dan melihat cahaya yang begitu terang. Saat ia menyadari bahwa ia sedang digendong oleh seorang pria, ia langsung berteriak dan memberontak, berniat untuk turun dan berdiri sendiri.     

Rudi tidak bisa menahannya. Kalau Tiara ingin turun, ia akan membiarkannya turun dan berjalan sendiri. Tetapi siapa sangka Tiara merasa kakinya lemah begitu Rudi menurunkannya dari gendongannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.