Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Bisa Memaksa



Tidak Bisa Memaksa

0"Lain kali, perhatikan sikapmu. Jangan terlalu dekat dengan Tiara. Aku dan ibumu akan kembali ke Indonesia sebelum Jenny menikah. Selama itu, jangan membuat masalah."     

"Aku tidak akan membuat masalah. Jangan khawatir," jawab Rudi dengan sembarangan.     

Setelah mengakhiri video call tersebut, ia langsung menghubungi bagian PR perusahaannya dan menyuruh mereka untuk menggunakan berita ini sebagai promosi dari shopping mall online-nya.     

Ia tidak perlu mengeluarkan uang, tidak perlu melakukan apa pun. Ia diberitakan sebagai seorang pahlawan yang menyelamatkan putri yang sedang kesulitan. Mengapa ia tidak memanfaatkan kesempatan ini saja?     

…     

Pada saat ini, di Keluarga Tanuharja, pagi-pagi sekali, Surya sudah mendapatkan telepon dari Leo.     

Leo terus menerus memarahinya dan mengutuknya dari telepon. Surya berulang kali meminta maaf dan meminta maaf. Ia berusaha untuk menenangkan Leo, tetapi apa pun yang ia katakan tidak ada gunanya.     

Berita utama hari ini adalah mengenai Rudi yang menjadi pahlawan, menyelamatkan seorang putri dari penjahat, yang merupakan Leo.     

Surya membanting ponselnya dengan penuh kemarahan dan berteriak. "Pelayan, cepat suruh Tiara datang ke rumah!"     

Tiara menerima panggilan dari pelayan rumah Keluarga Tanuharja saat ia sedang menyiapkan sarapan di dapur.     

Kemarin malam, Surya benar-benar dipermalukan di acara yang ia adakan sendiri. Dan Tiara lah yang menyebabkan keributan.     

Tetapi selama Surya dan Rosa bisa berbaikan dan tidak jadi bercerai, Tiara mau melakukan apa pun, bahkan meminta maaf pada Leo.     

Ia menarik napas dalam-dalam dan menjawab panggilan tersebut.     

"Paman, bibi sedang bersama denganku. Jangan khawatir," kata Tiara dengan tenang.     

"Cepat datang lah ke sini," Surya mematikan telepon tersebut setelah mengatakannya.     

Tiara membawa sarapan yang ia buat ke meja makan. Saat ia mencari bibinya, ia menemukan bahwa Rosa sudah selesai mandi.     

"Bibi, paman meminta kita kembali ke rumah. Kita bisa pergi setelah sarapan," kata Tiara sambil memandang Rosa dengan hati-hati.     

Rosa mengangguk. "Jangan takut. Bibi tidak akan membiarkan pamanmu menyakitimu."     

"Baiklah," Tiara menjawab dengan hati yang terasa hangat karena perhatian bibinya.     

Setelah sarapan, Rosa dan Tiara memanggil taksi untuk kembali ke rumah Keluarga Tanuharja.     

Begitu mereka memasuki pintu, Surya langsung meneriakinya. "Kamu masih tahu jalan pulang? Lihat apa yang kamu perbuat! Leo meneleponku dan memaki-makiku. Apa hubungan antara Tiara dan Rudi? Mengapa ia mau membantumu?'     

"Paman, kamu menyalahkanku karena menolak Leo, atau kamu merasa tidak seharusnya Rudi membantuku?" tanya Tiara.     

"Ada apa dengan sikapmu? Mengapa kamu malah menantangku? Aku sudah dipermalukan kemarin dan semuanya karena kamu. Apakah kamu tidak tahu?" Surya menghentakkan kakinya dengan marah.     

Mata Tiara juga penuh dengan kemarahan. Tetapi demi bibinya, ia menekan kemarahannya dan berkata, "Rudi membantuku karena Jenny. Istri Leo baru saja meninggal tetapi kamu sudah siap untuk menjualku kepadamu. Kamu menjual seorang gadis untuk mendapatkan kesuksesan, tentu saja kamu akan dipermalukan."     

PLAK!     

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Tiara.     

"Katakan sekali lagi!" teriak Surya.     

"Tiara!" seru Rosa.     

Tiara merasa tubuhnya oleng dan terjatuh ke lantai. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang sobek. Ia mengangkat kepalanya dan berkata dengan sdih. "Paman, aku berterima kasih karena kamu telah membesarkan aku hingga saat ini. Tetapi bukan berarti kamu bisa melakukan ini kepadaku."     

"Kalau kamu benar-benar berterima kasih padaku, seharusnya kamu tidak menyinggung perasaan Leo. Bangun lah dan pergi lah ke tempat Leo. Akui kesalahanmu dan minta maaf padanya!" Surya melangkah maju dan mencengkeram tangan Tiara, menyeretnya ke depan pintu.     

"Lepaskan Tiara. Lepaskan!" Rosa langsung menghampirinya dan memeluk pinggang Tiara untuk menahannya.     

Surya menendang Rosa berkali-kali dan Rosa hanya bisa menangis. "Tiara bukan anakmu. Kamu tidak berhak melakukan ini padanya. Ia tidak bersalah. Kalau ia tidak mau, kamu tidak boleh memaksanya."     

"Mengapa aku tidak boleh memaksanya? Tidak ada yang mau dengannya, tetapi Leo mau menjadikannya sebagai istri. Ini adalah keberuntungan untuknya. Aku juga melakukan semua ini untuk Tiara," kata Surya dengan tidak tahu diri, sambil mendengus.     

Kata-kata Surya seperti pisau yang tajam, menusuk tepat di jantung Tiara.     

Di mata pamannya, ia hanyalah wanita yang tidak ada artinya dan bisa dijual kepada pria tua seperti Leo.     

"Tiara, cepat pergilah! Pergilah ke tempat Jenny, Harris atau Rudi. Bibi tidak bisa melindungimu. Cepat pergi!" Rosa berusaha untuk menahan Surya dan menyuruh Tiara untuk segera pergi.     

"Kamu melakukan semua ini dengan sengaja, kan? Tiara, kamu harus meminta maaf pada Leo hari ini. Kalau kamu berani pergi, aku akan menceraikan bibimu!" teriak Surya.     

"Paman, aku akan pergi dan minta maaf pada Leo, tetapi aku tidak mau menikah dengannya. Terserah saja apakah kamu mau menceraikan bibi atau tidak," kata Tiara dengan tenang.     

Surya benar-benar merasa jengkel dengannya. Ia melangkah maju dan berniat untuk memukul Tiara lagi, tetapi Rosa menahannya.     

Surya menunjuk ke arah pintu dan berteriak, "Tiara, pergilah dari sini dan jangan kembali lagi. Aku menyesal telah membesarkan kamu sampai saat ini, dasar anak tidak tahu diuntung!"     

Tiara memandang Surya dalam-dalam. Ia bangkit berdiri dari lantai dan mengambil tasnya sebelum pergi.     

Hari ini cuaca sangat panas, tetapi entah mengapa Tiara merasa sekujur tubuhnya kedinginan.     

Ia berjalan sambil menangis, seperti seorang anak kecil yang kesepian. Tidak punya rumah untuk pulang, tidak punya tempat untuk dituju.     

Ia tidak bisa pergi ke tempat Jenny. Saat ini, Jenny sedang mempersiapkan pernikahannya dan sedang dalam suasana bahagia. Bagaimana mungkin ia menghancurkan kebahagiaan sahabatnya dengan masalahnya?     

Ia juga tidak bisa pergi ke tempat Harris. Sebodoh-bodohnya Tiara, ia tahu bahwa Harris ingin menyelamatkannya saat di pesta ulang tahun bibinya. Tetapi Nadine menghentikannya.     

Tiara berjalan seharian dan menyadari bahwa ia tidak punya tempat untuk pergi dan seseorang yang bisa diminta tolong.     

Matahari mulai terbenam, ia merasa sangat kesepian, berjalan sendirian di saat senja.     

Para pejalan kaki bergegas untuk pulang. Kendaraan-kendaraan juga memenuhi jalan saat semua orang ingin segera pulang ke rumah mereka masing-masing. Hanya ia satu-satunya yang tidak tahu ke mana harus pergi.     

Tiara merasa ia telah diabaikan dan dibuang oleh semua orang. Tidak ada yang memedulikannya.     

Pada saat itu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Salah satu karyawannya di bar bertanya mengapa ia tidak datang hari ini.     

Tiara berusaha untuk kembali ceria. Meski hubungannya dengan pamannya memburuk karena masalah ini, bar itu adalah miliknya dan bibinya. Ia dan bibinya hanya bisa bergantung pada bar itu untuk bertahan hidup.     

Ia langsung bergegas pergi menuju ke bar tersebut.     

Lampu jalanan menerangi area yang sudah mulai gelap. Suara musik yang keras dari bar terdengar sampai ke jalanan.     

Saat masuk ke dalam bar, Tiara bisa mendengar suara musik yang memekakkan telinga. Namun, Tiara sudah terbiasa.     

Sebelum bekerja, ia mengisi perutnya terlebih dahulu dengan mie instan. Setelah itu, ia mengganti pakaiannya, menggunakan riasan ringan di wajahnya dan keluar untuk menemui tamu.     

Rudi sedang minum bersama dengan Nico di bar Tiara.     

Saat ia hendak pergi, Rudi melihat seorang tamu sedang menumpahkan anggur pada Tiara. Tiara berusaha untuk melawan, tetapi orang tersebut malah mengangkat tangannya, berniat untuk menampar wajah Tiara.     

Rudi datang tepat waktu. Ia menangkap pergelangan tangan pria itu dan sedikit menggunakan kekuatannya sehingga pria itu berteriak kesakitan. "Le-Lepaskan aku …"     

"Minta maaf!" mata Rudi terlihat dalam saat memandang pria yang berniat untuk menampar Tiara.     

"Apakah kamu tidak tahu siapa aku? Mengapa kamu menyuruhku meminta maaf padanya!" pria itu balas memandang Rudi dengan penuh tantangan.     

"Apakah kamu bodoh? Apakah kamu tidak tahu siapa kami?" pada saat itu, Nico datang menghampiri dan memukul kepala pria tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.