Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kita Bertiga



Kita Bertiga

0"Aku sarankan ibu menggugat cerai dan membekukan semua properti Keluarga Pratama. Kalau masalah ini terus berlangsung, ia akan punya banyak waktu untuk memindahkan semua properti di bawah namanya dan mungkin ibu tidak akan mendapatkan apa pun saat waktunya tiba nanti," kata Aiden memperingatkan.     

"Galih tidak akan melakukan itu, kan?" Diana berkata dengan tidak percaya.     

"Sekarang ia membenci kita semua. Ia pikir, aku dan ibu yang membunuh Keara. Ia bahkan tidak mau memberikan sepeser pun untuk ibu. Ada kemungkinan ia akan benar-benar melakukannya," kata Anya dengan tenang.     

"Anya, apakah kamu benar-benar tidak apa-apa? Mungkin nanti, para wartawan dan media akan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai kita. Aku khawatir kamu akan terpengaruh. Kalau hanya tentang ibu saja, ibu tidak peduli. Lagi pula, Keara sudah menghancurkan nama baik dan reputasiku. Tidak peduli bagaimana pun kata orang, hukum tetap adil. Aku berhak mendapatkan setengah dari harta kekayaannya setelah bercerai. Kalau aku benar-benar menggugat cerai dan membawa masalah ini ke pengadilan, aku bisa mendapatkan setengah hartanya," kata Indah dengan tenang. "Aku bukan orang yang tamak. Tetapi kalau aku bisa mendapatkannya, aku ingin mendapatkannya untuk kamu dan Jonathan. Aku tidak mau semuanya jatuh ke tangan Jessica."     

Anya merasa kecewa dan marah saat memikirkan bahwa Galih akan menikahi Jessica dan memiliki anak dengan wanita itu.     

"Ibu benar. Meski ibu bercerai dengan ayah, kita tidak bisa tinggal diam dan membiarkan Jessica hidup dengan nyaman. Aiden, bantu ibu mengatur semuanya. Suruh pengacaramu untuk mempersiapkan semuanya dan menggugat cerai besok. Lalu mengenai pembekuan properti, apakah kamu punya cara untuk melakukannya agar ayah tidak memindahkan semua properti Keluarga Pratama atas namanya?" tanya Anya.     

"Ibu, apakah ibu benar-benar yakin ingin bercerai? Kalau iya, aku bisa mengatur semuanya sekarang," tatapan Aiden yang tenang tertuju pada wajah Indah.     

"Suruh seseorang untuk mengaturnya. Sebelum jam delapan pagi besok, kalau ia setuju dengan permintaanku, aku tidak akan melanjutkan perkaranya. Tetapi kalau ia tidak menghubungiku, kita akan melaksanakannya besok pagi," kata Indah.     

"Baiklah," Aiden mengeluarkan ponselnya dan berjalan menuju ke arah taman, sedikit menjauh dari para wanita.     

Diana masuk ke dalam rumah, mengambilkan jus jeruk untuk Anya. "Duduklah dan minum ini. Rasanya tidak terlalu asam. Kamu pasti suka."     

"Terima kasih, Ibu," Anya mengambilnya dan sedikit mencicipinya, takut akan mual setelah meminumnya. Tetapi ia tidak merasakan apa pun.     

Indah tertawa saat melihatnya. "Saat aku sedang hamil kamu, aku juga suka makan jeruk, yang sedikit asam."     

"Tidak heran aku suka yang asam-asam," Anya tertawa. "Kehamilanku yang kali ini memang sedikit tidak nyaman. Tetapi ini tidak terlalu mengganggu dan aku masih bisa bertahan."'     

"Kamu masih muda. Setelah melahirkan, kamu akan pulih dengan cepat," kata Diana sambil tersenyum.     

"Saat kamu sudah melahirkan, kamu pasti akan kerepotan mengurus tiga anak. Aku dan Diana yang akan membantumu nanti," kata Indah.     

Anya mengangguk dan tersenyum.     

Saat Aiden selesai menelepon dan kembali ke sisi Anya, Anya sudah menghabiskan segelas jeruknya.     

"Ibu, aku sudah mengatur semuanya. Pratama Group sudah mulai bertindak, jadi aku rasa ayah tidak berniat menyetujui permintaanmu," jawab Aiden.     

"Kalau begitu, aku akan menggugatnya. Aiden, bantu ibu untuk memenangkan semua ini. Aku tidak menginginkan hartanya, tetapi itu adalah sesuatu yang pantas aku dapatkan. Lebih baik aku memberikan semuanya untuk Anya dan Jonathan, dibandingkan meninggalkannya untuk wanita seperti Jessica," kata Indah dengan tatapan tegas.     

"Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan ibu mengalami kerugian sedikit pun," kata Aiden dengan tenang.     

"Ibu, Aiden sangat kuat. Ia bilang ia tidak akan membiarkanmu menderita, itu artinya, ayah tidak akan bisa melakukan apa pun padamu," Anya menatap suaminya dengan penuh kepercayaan.     

Aiden tertawa melihatnya. "Sudah malam. Sebaiknya kita pulang dan beristirahat."     

"Ibu, aku pulang dulu. Kalau ada sesuatu yang kalian butuhkan, katakan saja pada Aiden," Anya bangkit berdiri dan menepuk lengan Aiden.     

"Aiden, kamu pasti sibuk bekerja. Aku tidak bisa merepotkanmu dengan semuanya. Biar pengacaramu saja yang menghubungi ibu," setelah dipikir-pikir lagi, Indah merasa tidak enak kalau sampai mengganggu pekerjaan Aiden.     

"Setengah jam lagi, pengacaraku akan tiba di sini. Kalau pengacaraku tidak bisa menyelesaikan masalahnya, katakan saja padaku," kata Aiden.     

"Baiklah kalau begitu. Sekarang kalian cepat pulang dan beristirahat," kata Indah.     

Anya akhirnya merasa lega. Selama ada Aiden, ia tidak perlu khawatir ibunya menderita.     

Di perjalanan pulang, Anya dan Aiden duduk di kursi belakang sementara pengawal Aiden yang menyetir mobilnya.     

"Aiden, terima kasih!" Anya memeluk leher Aiden dan memberikan kecupan hangat untuk pipi Aiden.     

"Tidak cukup!" Aiden memegang wajah Anya dan tidak membiarkannya mundur. Ia mengulum bibir Anya.     

Mereka berdua masih berciuman hingga mobil mereka tiba di depan rumah. Melihat sekat yang tertutup dan tidak ada niatan dari atasannya untuk keluar dari mobil, pengawal Aiden keluar terlebih dahulu dari mobil dan berdiri di depan pintu sambil menanti mereka.     

Hana keluar dari rumah untuk menyambut mereka, tetapi pengawal itu langsung menghentikannya.     

"Bagaimana keadaannya? Saat berangkat tadi Anya terlihat khawatir," kata Hana.     

"Sepertinya semua masalahnya sudah selesai," jawab pengawal tersebut.     

Galih bukanlah pria yang dermawan. Ia berusaha agar ia tidak perlu mengeluarkan banyak uang saat mengakhiri pernikahannya dengan Indah.     

Tetapi sayangnya, pergerakan Aiden sangat cepat. Sebelum Galih bisa melakukan apa pun, semua properti miliknya telah dibekukan.     

Alasan pembekuan semua properti ini adalah adanya kecurigaan bahwa Galih memanipulasi harga saham secara ilegal dan merugikan para pemegang saham. Selama penyelidikan berlangsung, semua properti tersebut dibekukan.     

Setelah itu, ia mendapatkan surat dari pengadilan bahwa Indah telah menggugat cerai secara resmi, mengatakan bahwa Galih telah berselingkuh darinya. Indha juga sudah mendapatkan bukti bahwa Galih berhubungan dengan Jessica dan juga hasil pemeriksaan kehamilan dari rumah sakit.     

Indah menerima panggilan dari Galih pada hari ketiga, di pagi hari.     

"Indah, kita sudah memiliki hubungan selama lebih dari 20 tahun. Apakah kamu harus melakukan semua ini?" kata Galih dengan muram.     

"Aku terpaksa melakukan semua ini karena kamu tidak bersedia mengabulkan satu permintaan terakhirku. Aku hanya meminta tanah dan tiga bangunan yang aku sebutkan, tetapi kamu tidak bersedia. Sekarang, kalau kamu ingin bicara, bicara saja pada pengacaraku. Aku sudah menyerahkan semuanya pada pengadilan dan aku menerima semua keputusan dari pengadilan," setelah mengatakannya, Indah langsung mengakhiri panggilan.     

Saat Galih meneleponnya lagi, Indah langsung memblokir nomor Galih.     

Galih tidak bisa menghubungi Indah lagi, sehingga ia beralih dan menghubungi Anya.     

"Anya, apakah ini idemu, menyuruh ibumu untuk menggugat cerai aku?" itulah kalimat pertama yang Galih katakan pada Anya begitu panggilan tersebut terhubung.     

"Ini adalah masalah pribadi di antara kamu dan ibu. Aku tidak mau terlibat dan tidak mau ikut campur. Kalau ada sesuatu, sebaiknya kamu bicarakan dengan ibuku. Aku tidak tahu apa pun," Anya tidak mau banyak berbicara pada Galih.     

Sekarang, masalah ini sudah diserahkan pada pengadilan. Anya dan Indah sudah memutuskan untuk menyerahkan semuanya pada pengacara Aiden untuk menyelesaikan masalah ini.     

"Ibumu memblokir nomorku. Aku tidak bisa menghubunginya," kata Galih dengan marah.     

"Kalau begitu, kamu bisa menghubungi pengacaranya. Pengacara ibu akan mengatur pertemuan kalian. Percuma menghubungiku," kata Anya dengan dingin.     

Galih menghela napas panjang saat mendengarnya. "Anya, bagaimana kalau kita bertiga bertemu malam ini agar kita bisa memperjelas semuanya secara langsung?"     

"Kita bertiga? Sudah tidak ada lagi kata-kata kita bertiga. Mungkin kita bertiga yang kamu maksud adalah kamu, Jessica dan anak di dalam kandungannya," dengus Anya. "Selain itu, aku tidak mau bertemu denganmu. Kamu dan ibu yang akan bercerai, lebih baik kamu mencari ibu, jangan mencariku. Kalau kamu tidak bisa menghubunginya, cari pengacaranya. Aku sudah menikah dengan Aiden dan menjadi anggota Keluarga Atmajaya. Aku sudah bukan Pratama lagi dan aku tidak ingin berhubungan apa pun dengan Keluarga Pratama. Kalau tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, aku tutup teleponnya," kata Anya, berniat untuk mengakhiri panggilan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.