Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bukan Siapa-Siapa



Bukan Siapa-Siapa

0Keesokan harinya, Jenny terbangun di pelukan Jonathan.     

Bisa bangun di pelukan pria yang dicintainya adalah sebuah kebahagiaan terbesar yang Jenny pernah rasakan di dunia ini.     

Wajahnya langsung merona dan ia tidak berani memandang ke arah kekasihnya, saat menyadari apa yang telah mereka lakukan kemarin malam. Meski biasanya ia sering bersikap tidak tahu malu, tetap saja Jenny adalah seorang wanita.     

Jonathan tertawa kecil saat melihat kekasihnya. Ia mengecup keningnya dan berkata, "Bangunlah dan ganti bajumu. Kita akan pergi ke tempat kakekmu."     

"Aku lelah, gendong aku!" Jenny benar-benar manja. Ia tidak mau bangun sendiri dan mau digendong oleh Jonathan.     

Jonathan hanya tersenyum, sudah terbiasa menghadapi sifat manja kekasihnya itu. Ia menggendong Jenny dan membawanya ke kamar mandi. Tetapi begitu masuk, mereka tidak kunjung keluar juga hingga cukup lama.     

Hanya mereka sendiri yang tahu apa yang mereka lakukan di dalam.     

...     

Semalaman, Bima tidak bisa tidur. Walaupun ia sudah menyetujui hubungan cucunya dan memperbolehkan Jenny untuk menginap di rumah sakit, entah mengapa hatinya tidak rela.     

Walaupun ia sudah menyetujui hubungan Jenny dengan Jonathan, ia tetap merasa tidak senang saat tahu bahwa cucu kecilnya sudah memiliki pasangan.     

Ditambah lagi, pasangan itu bukanlah pria pilihannya.     

Setelah sarapan, ia menelepon Jenny lagi dan menyuruhnya untuk segera pulang.     

Di perjalanan pulang, Jenny menceritakan banyak hal yang belum sempat ia ceritakan pada Jonathan. Ia menceritakan mengenai cinta segitiga di antara Bima, Tirta dan Marsha. Ia menceritakan mengenai kejadian lucu yang terjadi pada Arka dan Aksa selama menginap di rumah Keluarga Atmajaya beberapa hari terakhir ini.     

Jenny tidak berhenti berbicara dan terus mengobrol, tetapi Jonathan tidak merasa Jenny berisik. Malahan, suara itu membuat hati Jonathan terasa hangat dan tanpa sadar bibirnya tersenyum saat memandang Jenny.     

Saat tiba di rumah Keluarga Atmajaya, Jenny langsung disuruh untuk naik ke kamarnya, sementara Jonathan diminta untuk masuk ke ruang kerja Bima.     

Saat Indah datang bersama dengan Jonathan untuk melamar Jenny, Bima memang tidak menerima lamaran mereka. Tetapi ia juga tidak langsung menolak seperti biasanya.     

Kemarin malam, Bima memperbolehkan Jenny untuk menginap di rumah sakit dan Jonathan tahu bahwa Bima sudah menyetujui hubungan mereka.     

"Duduk lah. Kalau Jenny menikah denganmu, aku harap kamu menandantangani surat pernjajian pra nikah untuk memisahkan harta kalian. Kamu tahu sendiri bagaimana Jenny memperlakukanmu. Kalau kamu meminta hatinya, mungkin ia akan membelah dirinya dan mengeluarkan hatinya begitu saja, tanpa banyak bertanya," kata Bima, langsung berterus terang pada Jonathan.     

"Aku setuju. Semua saham yang aku berikan pada Jenny juga akan menjadi miliknya. Setelah menikah, semua yang aku miliki akan menjadi miliknya. Selama ia mau, selama ia meminta, aku akan memberikan semuanya untuknya," kata Jonathan dengan tatapan yang tulus.     

Matanya terlihat damai, sama sekali tidak menunjukkan keengganan sedikit pun.     

Melihat tatapan yang jernih dan tegas itu, Bima akhirnya merasa lega.     

"Aku menerima hadiah lamaran yang kamu berikan padaku. Mengenai saham, simpan saja dulu sampai kalian menikah. Aku harap kamu tidak menyalahkanku atas semua ini. Aku tidak membencimu. Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk cucuku," kata Bima.     

"Aku mengerti dan aku tidak menyalahkanmu. Aku bersyukur karena Jenny memiliki kakek yang sangat mencintainya."     

"Aku sudah tua sekarang dan tubuhku tidak cukup kuat untuk mengurus masalah seperti ini. Karena aku sudah setuju, kamu bisa membahas persiapannya dengan Aiden. Sebaiknya, Atmajaya Group dan Srijaya Group mengeluarkan berita pernikahan kalian secara bersamaan," kata Bima, tidak ingin ikut campur lagi dalam urusan cucunya.     

"Baiklah, kakek harus banyak beristirahat. Kamu tidak kehilangan cucumu. Anggap saja kamu mendapatkan tambahan cucu menantu yang akan mengurusmu bersama dengan keluargamu yang lainnya," kata Jonathan sambil tersenyum.     

Bima mengangguk dengan perasaan lega. Air mata membuat matanya terasa panas. Ia tidak tahu mengapa semakin tua, ia menjadi semakin mudah marah dan menangis.     

Di malam hari, Atmajaya Group dan Srijaya Group sama-sama mengumumkan mengenai hubungan Jenny dan Jonathan. Selain itu, mereka juga mengumumkan bahwa pernikahannya akan dilangsungkan di pertengahan bulan Juli.     

Setelah berita tersebut tersebar, Rudi adalah orang pertama yang memberikan ucapan selamat pada Jenny dan Jonathan. Memang benar Jenny adalah wanita yang ia sukai, tetapi Jonathan adalah sahabat terbaiknya.     

Menurut Rudi, mereka berdua akan menjadi pasangan yang sangat serasi.     

Setelah melihat berita di internet, Tiara langsung menelepon Jenny untuk memastikan. "Jenny, apakah itu benar? Apakah kamu akan menikah?"     

"Benar! Tiara, kamu harus menjadi bridesmaid-ku," kata Jenny dengan bersemangat.     

"Kalau kamu sibuk mengurus persiapan pernikahan, jangan lupa kabari aku. Aku bisa membantumu!" kata Tiara.     

"Jangan khawatir. Ibu dan kakakku akan mengurusnya, ibu dan ayah angkatku juga. Ada banyak orang yang membantuku. Aku hanya perlu menunggu untuk menjadi seorang pengantin!" kata Jenny dengan sangat gembira.     

"Kamu terlalu bahagia!" kata Tiara dengan iri.     

"Tentu saja aku sangat bahagia!" Jenny tertawa.     

"Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong, aku sedang bekerja sekarang. Aku akan kembali bekerja," Tiara menutup telepon dan berjalan ke arah Harris.     

Siang ini, Nico telah menyinggung seorang klien Atmajaya Group.     

Itu sebabnya, Harris harus pergi dan menemani klien tersebut di malam hari.     

Tidak mungkin menyuruh Aiden untuk melakukan hal seperti ini. Itu sebabnya, hanya Harris yang bisa melakukannya.     

"Harris, apa maksudnya Nico menghinaku seperti itu? Statusnya saja bahkan tidak setinggi statusmu di Atmajaya Group."     

Harris tersenyum dengan sabar. "Nico memang masih kekanakan. Ia tidak bermaksud untuk menyinggungmu. Kerja sama kita sudah berjalan dengan sangat lancar. Lain kali, kamu bisa langsung menemuiku saja."     

"Kalau kamu bilang begitu, aku akan menemuimu lain kali. Ayo, minum. Kita tidak akan pulang sebelum mabuk malam ini!" Leo mengajak Harris untuk minum.     

"Kak Harris! Aku pikir aku salah lihat orang!" setelah Tiara yakin bahwa benar Harris yang datang ke barnya, ia langsung menghampirinya untuk menyapa.     

"Oh, bukankah ini Tiara?" Leo terus memandang ke arah Tiara, lekat-lekat.     

Tiara merasa tidak nyaman dengan tatapan itu, tetapi ia berusaha untuk mengabaikannya dan tersenyum. "Ah ternyata Tuan Leo. Sudah lama saya tidak melihat Anda. Apakah Anda sedang membahas mengenai masalah bisnis?"'     

"Aku sedang bekerja sama dengan Atmajaya Group. Apakah kalian saling mengenal?" Leo memandang ke arah Harris dan kemudian ke arah Tiara seolah ia memahami sesuatu. "Oh, jadi kalian berdua …"     

"Kamu salah paham. Tiara adalah adikku," jawab Harris.     

"Aku paham," Leo mengangkat alisnya dengan tatapan seolah ia mengerti.     

"Tuan Leo, kakakku tidak bisa minum. Kalau Anda ingin minum, biar saya yang menemani," kata Tiara.     

"Aku alergi terhadap alkohol. Kalau kamu tidak keberatan, biar Tiara yang menemanimu minum beberapa gelas saja, untuk bersenang-senang," Harris ingin Tiara menemani Leo minum sehingga ia menunjukkan ketidaksukaannya.     

Leo tertawa. "Tidak mau? Jangan khawatir, aku bukan orang yang pemaksa. Tiara, apakah kamu bisa mencarikan beberapa wanita untuk menemaniku?" Tiara memahaminya dan langsung mencari beberapa wanita.     

Setelah beberapa saat, dua wanita muda dan cantik datang untuk menemani mereka. Leo memeluk mereka, satu di tangan kiri dan satunya di tangan kanan. Sementara itu, Harris tetap sendirian, tanpa ada siapa pun yang menemaninya.     

"Kak, aku sibuk. Kalau kamu butuh sesuatu, panggil aku saja," setelah mengaturnya, Tiara pergi dan kembali bekerja.     

Begitu Tiara pergi, Leo memelankan suaranya dan berkata, "Kamu memiliki selera yang sangat bagus. Tiara memiliki tubuh yang indah tetapi ia tidak mudah didapatkan. Tidak kusangka kamu berhasil mendapatkannya."     

"Dia benar-benar adikku. Istriku juga mengenalnya dan mereka cukup dekat," kata Harris dengan serius.     

"Benarkah? Kalian tidak ada hubungan apa-apa?" Leo masih merasa curiga.     

"Tidak ada," keta Harris.     

"Kalau ia bukan siapa-siapamu, bolehkan aku mengejarnya?" Leo tersenyum dengan angkuh. "Istriku baru saja meninggal bulan lalu."     

Wajah Harris sedikit berubah saat mendengarnya. "Istrimu baru saja meninggal. Aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk mengejar seseorang. Bukankah begitu?"     

"Ia bukan siapa-siapamu, jadi hak ku untuk mengejarnya. Kalau ia tidak mau, aku tidak akan memaksa," mata Leo terus terpaku ke arah Tiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.