Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Memiliki Anak



Tidak Memiliki Anak

0"Dulu, aku bercanda dengan ibumu, bilang bahwa saat kamu besar nanti, kamu akan menjadi menantuku. Tetapi aku tidak bisa menemukanmu. Dalam sekejap mata, kamu sudah dewasa dan Harris sudah memiliki wanita yang dicintainya. Tiara, kamu tidak bisa menjadi menantu bibi. Tetapi apakah kamu mau menjadi anak bibi?" Hana memandangnya dengan senyum yang hangat.     

Nadine keluar membawa dua mangkuk makanan, tepat saat ia mendengar kata-kata Hana.     

Ternyata Hana telah berjanji untuk menikahkan Harris dengan Tiara. Kalau saja Hana berhasil menemukan Tiara lebih awal, apakah Harris akan menikah dengan Tiara.     

Tatapan Nadine mendarat pada Tiara. Dengan wajah yang cantik, tubuh yang muda dan kuat, mungkin … Mungkin ia adalah wanita yang lebih tepat untuk Harris.     

Pada saat itu, berbagai macam pikiran muncul di benak Nadine.     

Harris memiliki banyak pilihan yang lebih baik. Keberadaannya hanyalah menghalangi Harris untuk mendapatkan kebahagiaan. Karena kondisi tubuhnya saat ini, mereka mungkin tidak akan bisa memiliki anak seumur hidupnya.     

Ini sangat tidak adil untuk Harris.     

Tetapi Nadine juga tidak mau kehilangan Harris.     

Jenny melihat Nadine menghampiri sambil membawa dua mangkuk. "Kak, apakah kamu yang membuatnya?"     

"Ibu dan aku yang membuatnya. Ini untukmu dan ini untuk Tiara," kata Nadine sambil tersenyum.     

"Aku tidak bisa memasak, hanya bisa makan," Jenny sama sekali tidak memahami mengenai pekerjaan rumah dan tidak punya keinginan untuk belajar.     

"Bisa makan banyak juga merupakan anugerah," kata Nadine sambil memandang mereka berdua makan. Saat melihat Nadine dan Tiara makan dengan lahap, Hana masuk ke dapur kembali dan mengambilkan satu mangkuk untuk Nadine. "Kalian mengobrol lah. Aku akan melihat kondisi dapur."     

"Bibi, jangan repot-repot. Masak yang biasa-biasa saja," kata Tiara dengan cepat.     

"Tidak repot kok. Aku tidak masak terlalu banyak," kata Hana sebelum menuju ke dapur, melihat semua persiapannya sudah hampir selesai.     

…     

Saat Anya keluar dari ruang parfumnya, hari sudah malam.     

Hari ini, Hana akan makan malam di rumah Harris. Aiden dan Nico juga sedang keluar untuk bertemu dengan klien. Anya memanggil Tara untuk makan malam bersama di taman.     

Setelah makan malam, Tara membawa anak-anaknya pulang terlebih dahulu.     

Anya memutuskan untuk mengunjungi Harris. Ia menitipkan kedua anaknya di rumah Diana selama ia pergi untuk mengunjungi Harris. Asalkan ada Indah dan Diana mengawasi Arka dan Aksa, semuanya akan baik-baik saja.     

Saat pulang nanti, ia akan menjemput mereka lagi.     

Harris pulang terlambat. Saat Anya tiba di rumah Harris, mereka baru saja selesai makan dan sedang mengobrol.     

"Bibi, kamu datang!" Jenny tersenyum dan menyambut Anya. "Apakah ini untukku?"     

Anya tertawa saat Jenny menginginkan parfum yang dibawanya. "Kalau kamu mau, kamu bisa pergi ke Iris dan mengambilnya sendiri. Ini untuk Tiara."     

Tiara merasa sangat terharu dan langsung berterima kasih. "Terima kasih, aku akan menjaganya baik-baik."     

"Parfum buatan bibiku sangat terkenal. Parfum yang diberikan kepadamu ini adalah parfum edisi terbatas yang sangat sulit untuk dibeli," kata Jenny dengan cepat.     

"Walaupun ini edisi terbatas, selama kamu mau, aku bisa membuatnya. Kalau di toko sedang habis, aku bisa membuatkannya untukmu," kata Anya sambil tersenyum.     

Tiara merasa sedikit iri dengan suasana di Keluarga Atmajaya. Baik Nadine, Anya, atau pun Jenny, mereka sama-sama ramah dan hangat sehingga berada di dekat mereka sangat nyaman.     

Hana dan Harris juga sangat baik. Tidak heran mereka bisa bersama dengan Keluarga Atmajaya selama berpuluh-puluh tahun.     

"Bibi, apakah akan ada produk baru yang keluar tahun ini? Bisakah aku memesannya terlebih dahulu?" kata Jenny sambil memeluk lengan Anya.     

"Aku akan meluncurkan produk baru, tetapi produk ini adalah versi perbaikan dari parfum yang sebelumnya. Saat kamu menikah dengan kakakku nanti, aku akan memberikan parfum itu sebagai hadiah untukmu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Benarkah, bibi? Apakah kamu serius sudah mempersiapkan hadiah untukku?" Jenny terkejut.     

"Meski kamu tidak menikah dengan kakakku dan tidak mau menikah selamanya, aku tetap akan memberikan hadiah itu kepadamu," kata Anya dengan santai.     

"Siapa yang bilang aku tidak mau menikah? Aku mau menikah"! kata Jenny.     

Hana tertawa, Nadine juga tertawa. Setelah itu, Jenny baru menyadari bahwa Anya sedang menggodanya.     

"Karena kamu benar-benar ingin menikah dengan kakakku, aku akan menyiapkan hadiahmu dengan sangat indah," Anya terlihat sedikit kesal setelah itu. "Bu Hana, kalau Jenny menikah dengan kakakku, apakah aku juga harus memanggilnya kakak?"     

"Tergantung di mana. Kalau di Keluarga Srijaya, ia adalah kakak iparmu. Tetapi di Keluarga Atmajaya, kamu adalah bibi mereka," kata Hana.     

"Aku tidak akan kembali ke rumah Keluarga Srijaya agar tidak kalah pangkat dengan Jenny," goda Anya pada Jenny.     

Nadine menghampiri mereka sambil membawa sepiring buah-buahan. "Bibi, jangan khawatir. Jenny tidak akan membiarkan paman memanggilnya dengan sebutan kakak ipar. Apakah kamu bisa membayangkan hal itu?"     

Jenny membayangkan wajah Aiden. Ia sama sekali tidak berani memikirkan kalau Aiden akan memanggilnya dengan sebutan kakak ipar. Mungkin itu akan membuatnya ketakutan setengah mati hingga pingsan.     

"Bibi, sebutan itu tidak penting. Yang penting aku dan Jonathan saling mencintai. Meski aku menikah dengan Jonathan, kamu akan tetap menjadi bibiku," Jenny menggandeng Anya dan mengajaknya duduk di sofa.     

"Saat kamu menikah nanti, minta Tiara untuk menjadi bridesmaid-mu," saran Anya.     

"Tentu saja. Tiara adalah teman baikku!" jawab Jenny.     

"Tiara, terima kasih sudah membantu Bu Hana dan Harris dulu. Aku tidak terlalu pandai berbicara. Tetapi aku hanya ingin bilang bahwa kami semua sangat berterima kasih padamu. Kalau kamu membutuhkan apa pun, katakan saja pada kami. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu," kata Anya.     

"Kalian semua tidak perlu seperti itu. Di situasi seperti itu, aku akan membantu siapa pun," jawab Tiara.     

"Kalau Tiara tidak menyelamatkan kakak iparku pada saat itu, Keluarga Atmajaya tidak akan memiliki menantu sehebat Kak Harris. Pamanku tidak akan memiliki asisten sehebat Kak Harris dan Keluarga Mawardi tidak akan bisa menemukan anak mereka. Terkadang, bantuan kecil yang kita berikan bisa sangat berarti," kata Jenny.     

Tiara memandang ke arah Harris dengan terkejut. "Aku tidak menyangka ternyata Kak Harris sehebat itu. Sepertinya aku harus mendekatimu agar kamu bisa membantuku."     

Ekspresi Nadine berubah saat mendengarnya. Ia memperhatikan reaksi di wajah Harris dan melihat Harris tersenyum tipis. Entah mengapa, Nadine merasa jantungnya berdegup dengan gugup.     

Walaupun Harris tidak kembali bekerja di perusahaan milik Keluarga Mawardi, sekarang ia adalah salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut.     

Wakil CEO Atmajaya Group, pemegang saham terbesar di Mawardi Group. Bukankah suaminya itu sangat luar biasa?     

Namun, kata-kata Tiara yang tidak berarti apa-apa itu membuat Nadine memikirkan hal yang lain. Walaupun ia tidak menunjukkannya, Anya menyadarinya.     

Nadine tidak memiliki anak. Walaupun Hana dan Harris tidak keberatan dengan kondisinya, Nadine sendiri lah yang merasa keberatan.     

Sekarang tiba-tiba muncul Tiara yang masih muda. Dan kata-katanya itu seperti mengisyaratkan sesuatu walaupun sebenarnya itu hanyalah kata-kata kosong, tanpa maksud apa pun.     

Orang yang mengatakannya tidak memiliki niat apa pun, tetapi yang mendengarkannya berpikiran lain. Nadine menganggap kata-kata itu sebagai sesuatu yang serius.     

Anya adalah bibi dari keponakan-keponakannya. Sebagai orang yang lebih tua, ia memiliki tanggung jawab untuk mengurus keluarganya.     

"Harris adalah budak istrinya. Ia mendengarkan semua kata-kata istrinya. Mungkin lebih baik kamu mendekati Nadine untuk mendapatkan bantuannya," kata Anya dengan setengah bercanda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.