Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengundang Makan Malam



Mengundang Makan Malam

0"Nona, semuanya sudah siap. Apakah Anda sudah sampai?"     

Jenny dan Tiara sedang minum di kafe, tepat saat pegawai di butik tersebut meneleponnya dan mengatakan bahwa ia sudah menyiapkan semua yang diminta oleh Jenny.     

"Baiklah, aku akan ke atas sekarang," Jenny memandang ke arah Tiara. "Ayo kita naik dan berbelanja baju."     

Tiara mengangguk.     

Mereka berdua menaiki lift untuk pergi ke lantai atas. Begitu mereka tiba di lantai dua, mereka melihat manajer dari butik tersebut sudah menunggu mereka di depan pintu lift.     

"Nona Jenny, selamat datang. silahkan ke sini," manajer tersebut langsung mengajak mereka menuju ke sebuah ruang VIP.     

Tiara bertanya dengan suara pelan, "Bukankah kita akan berbelanja baju?"     

"Iya. Aku meminta mereka untuk memilihkan semua baju model terbaru yang cocok untukmu. Nanti kita bisa memilihnya dan kamu bisa langsung mencobanya. Ini akan lebih menghemat waktu dari pada berkeliling," jawab Jenny.     

"Apakah kamu terbiasa berbelanja seperti ini?" mata Tiara terbelalak.     

"Aku akan menunggumu kalau kamu mau mencoba semuanya," Jenny tersenyum.     

"Tidak usah. Biar aku memilihnya dulu dan mencoba yang aku sukai saja. Benar katamu ini akan lebih menghemat banyak waktu," jawab Tiara.     

Jenny tersenyum dan mengangguk, "Aku akan meminta kartu VIP pada pamanku besok. Hari ini, aku menggunakan kartu milik kakakku sehingga aku bisa mendapatkan pelayanan seperti ini. Aku juga baru tahu kalau kita bisa berbelanja seperti ini."     

"Kamu akan berbelanja dengan menggunakan kartu kakakmu?" Tiara tertegun sejenak.     

"Terakhir kali kita bertemu, bukankah kita bertemu dengan kakak ipar dan kakakku? Kakakku memberikan kartunya padaku pada saat itu dan setelah itu kita belum sempat menggunakannya untuk berbelanja. Aku bahkan tidak sempat untuk membelikan hadiah untukmu. Jadi, hari ini, aku membawamu ke sini lagi agar kamu bisa berbelanja. Pilihlah baju yang kamu suka. Jangan buat kakakku kecewa," kata Jenny.     

Ekspresi di wajah Tiara langsung berubah, "Pelayanan VIP ini untuk kakakmu. Aku ingin membayar bajuku sendiri."     

"Tiara, kakakku punya banyak uang, tetapi ia tidak tahu harus membelikan hadiah apa untukmu untuk menunjukkan rasa terima kasihnya. Tidak perlu sungkan padanya," kata Jenny dengan jujur.     

Tentu saja sebagai Keluarga Atmajaya, mereka tidak kekurangan uang. Tetapi Tiara juga punya harga diri.     

Ditambah lagi, saat ia dan ibunya menyelamatkan Hana dan Harris, mereka tidak meminta apa pun sebagai balasannya.     

"Jenny, kalau begini caranya. Aku tidak mau membeli baju," kata Tiara dengan ekspresi serius.     

"Kamu … Baiklah, aku akan meminta mereka untuk memberikan diskon," akhirnya Jenny menyerah.     

"Terima kasih," Jenny dan Tiara duduk di sofa bersama-sama, melihat semua baju yang dibawakan oleh para petugas. Para petugas itu menunjukan satu per satu baju yang dibawanya dan menjelaskan materialnya.     

Ada begitu banyak baju yang ditunjukkan pada mereka. Akhirnya, Tiara memilih tiga baju dan Jenny memilih dua baju. Setelah itu, mereka mencobanya.     

Setelah mencobanya, Jenny membeli kedua baju yang ia suka. Sementara itu, Tiara hanya memilih salah satu yang paling cocok untuknya.     

Saat membayar baju tersebut, Jenny langsung menggunakan kartu milik kakaknya dan Tiara memilih untuk membayar sendiri.     

Manajer toko itu langsung memberikan diskon sebesar 20 persen untuk Tiara, membuatnya terkejut. "Ini kan model baru. Apakah benar diskonnya 20 persen?"     

"Benar. Bibi Nona Tiara juga pelanggan VIP di sini. Kalau Nona puas dengan pelayanan dari kami, kami harap Anda mau memperkenalkan toko kami kepada teman-teman Anda. Kami akan memberikan pelayanan yang terbaik," kata manajer itu sambil tersenyum.     

"Pelayanan kalian sangat memuaskan. Aku pasti akan mengajak teman-temanku ke sini," Tiara merasa sangat puas dan langsung mengenakan pakaian barunya.     

Saat mereka meninggalkan tempat tersebut, Jenny mengedipkan matanya pada manajer toko itu dan memberikan tatapan terima kasih padanya.     

Mustahil bisa mendapatkan diskon sebesar 20 persen pada model baju baru. Meski Aiden datang sekali pun, ia tidak akan mendapatkan diskon sebesar itu.     

Jenny lah yang membayar sisa harga dari baju Tiara dengan menggunakan kartu kakaknya. Tetapi ia meminta bantuan dari manajer toko tersebut untuk membohongi Tiara.     

Tiara sama sekali tidak tahu bahwa baju yang ia kenakan sebagian merupakan hadiah dari Nadine.     

Pada pukul lima sore, Jenny dan Tiara meninggalkan mall Atmajaya Group.     

Supir keluarga Atmajaya datang untuk menjemput Jenny dan Tiara, mengantarkan mereka menuju ke rumah Harris.     

Di perjalanan, Jenny berkata pada Tiara. "Tiara, hari ini aku menggunakan kartu kakakku untuk bisa mendapatkan diskon. Jangan bilang padanya, ya!"     

"Aku mengerti. Aku dengar VIP juga memiliki tingkatan yang berbeda," kata Tiara sambil mengangguk.     

"Benar. Kartu VIP bibimu adalah kartu yang paling dasar. Dan ia hanya bisa menggunakan 200 juta dalam satu tahun. Kartu kakakku bisa digunakan hingga 1 milyar," kata Jenny.     

"Apakah kakakmu menghabiskan uang sebanyak itu setiap tahunnya?" tanya Tiara dengan terkejut.     

"Kakakku menghabiskan banyak uang, tetapi bukan hanya untuk berbelanja. Ia juga harus mengeluarkan uang untuk bisnisnya di sekolah parfum dan juga Iris," kata Jenny.     

"Ohh. Kakakmu benar-benar hebat dan serba bisa ya," kata Tiara dengan iri.     

Jenny tersenyum mendengarnya. "Tetapi tidak ada yang sempurna. Di keluargaku, ada satu topik yang tidak boleh dibicarakan, yaitu kapan kakak dan kakak iparku punya anak. Jangan tanya pada mereka."     

"Mengapa tidak boleh menanyakannya?" tanya Tiara.     

"Aku juga tidak tahu. Tidak ada satu orang pun yang mau memberitahuku. Mereka pikir aku tidak bisa melihatnya. Menurut pendapatku, mungkin memang kakak dan kakak iparku tidak mau memiliki anak, atau ada salah satu dari mereka yang tidak bisa memilikinya. Pokoknya, jangan membicarakan masalah anak di hadapan mereka," kata Jenny.     

"Aku mengerti. Mereka masih muda. Tidak perlu terburu-buru untuk memiliki anak," jawab Tiara.     

Pada saat itu, di rumah Harris, Hana dan Nadine sedang sibuk menyiapkan makan malam.     

Saat Harris pulang hari itu, ia langsung memberitahu Hana mengenai Tiara. Hana merasa sangat bahagia dan meminta Harris untuk mengajak Tiara makan di rumahnya karena ia ingin mengucapkan rasa terima kasihnya.     

Selama bertahun-tahun, Hana tidak pernah berhenti bersyukur. Kalau saja Tiara dan ibunya tidak menyelamatkan mereka, mungkin Hana dan Harris tidak akan bisa bertahan.     

Setelah bertahun-tahun berlalu, Hana meminta seseorang untuk mencari Tiara dan ibunya, tetapi ia tidak berhasil menemukannya.     

Sekarang, ia baru tahu bahwa ternyata penyelamatnya adalah teman sekelas Jenny. Takdir seperti ini sungguh luar biasa.     

Hari ini, Tiara akan datang untuk makan malam di rumah mereka. Hana memilih sayuran dan buah-buahan terbaik. Ia juga membeli daging dan ikan-ikan yang tersegar. Nadine juga membantu ibu mertuanya itu untuk menyiapkan makanan.     

Nadine tumbuh besar di rumah Keluarga Atmajaya. Sejak kecil, ia mendapatkan pendidikan baik mengenai pengetahuan mau pun kepribadian. Walaupun ia adalah nona muda di keluarga kaya, ia juga memiliki kemampuan memasak yang cukup baik. Sayangnya, ia tidak punya kesempatan untuk menunjukkannya.     

"Nadine, kamu istirahat saja. Ibu yang mengurusnya," Hana merasa kasihan pada menantunya. Ia tidak mau Nadine kelelahan.     

"Tidak apa-apa, Bu. Aku senang bisa memasak denganmu," Nadine tahu bahwa malam ini adalah acara yang penting. Berterima kasih pada penyelamat adalah hal yang sangat penting.     

Hari ini, Hana membuat sup ayam untuk makan malam.     

Ia memasukkan ayam ke dalam air mendidih dan kemudian menunggu hingga ayahmua hampir matang untuk memasukkan sayur-sayuran lainnya.     

Sayuran yang akan mereka masukkan sebagian berasal dari taman. Para pelayan Keluarga Atmajaya lah yang memetik dan mencuci mereka. Sayur-sayuran itu sudah siap untuk dimasak, tetapi Nadine memandangnya dengan khawatir dan mencucinya lagi.     

Melihat Nadine memasak dengan sangat hati-hati, Hana tertawa, "Nadine, tidak perlu terlalu berhati-hati seperti itu. Tadi para pelayan sudah mencucinya berkali-kali. Masakan rumahan akan terasa lebih hangat. Kalau makanannya terlalu mewah, itu akan membuat Tiara merasa tertekan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.