Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berlutut dan Memohon



Berlutut dan Memohon

0"Bukan aku yang membeli hadiah ini. Semua ini adalah pemberian Jonathan. Bima, aku dan kamu sama-sama menentang hubungan mereka. Tetapi kamu juga tahu kan kalau Jenny dan Jonathan saling mencintai. Ibu Jonathan sudah meninggal sejak ia masih kecil dan kakakku masih berada di dalam penjara. Hanya aku yang bisa datang untuk menemaninya hari ini," Indah berkata dengan terang-terangan bahwa ia datang berniat untuk meminang Jenny.     

Bima merasa tidak senang melihat semua ini. Kalau Jonathan yang datang sendiri untuk memberikan hadiah kepada keluarga mereka, ia bisa langsung menyuruh seseorang untuk mengusirnya.     

Tetapi hari ini, Indah yang datang. Tidak peduli apa pun yang terjadi, Indah adalah ibu Anya. Dan Bima tidak bisa mengusirnya begitu saja.     

"Aku pikir sikapku sudah sangat tegas. Tetapi mengapa kamu membuat suasananya menjadi canggung seperti ini," kata Bima.     

"Di pesta ulang tahun Jenny, Jonathan memang benar-benar gegabah. Tanpa bilang pada orang tua Jenny, ia tiba-tiba saja melamar Jenny di tempat. Aku membawanya ke sini hari ini untuk menebus kesalahannya. Bisakah kita mengobrol sambil duduk?" setelah mengatakannya, Indah membuka sebuah kotak perhiasan yang berisi berlian.     

Bima melihat ke arah berlian tersebut. Ia pernah mendengar berlian ini, berlian yang cukup kuno, merupakan harta milik kerajaan Inggris. Baru pertama kali ini Bima melihat berlian itu dengan mata kepalanya. "Aku tidak bisa menerima sesuatu yang berharga seperti ini."     

Jonathan terdiam. Ia bangkit berdiri dengan menggunakan kruknya dan berkata dengan sangat sopan. "Perasaanku pada Jenny benar-benar tulus. Sebelumnya, aku tahu kakek ingin Jenny semakin dewasa dengan mengirimnya sekolah ke luar negeri. Aku ingin ia mengejar impiannya dan juga mendukung keputusanmu itu. Akhirnya aku selalu menolak dan menghindarinya. Tetapi sekarang, aku sudah tidak mau kehilangan Jenny lagi. Tidak peduli berapa kali pun kamu menolak, aku akan terus kembali. Aku ingin bersama dengannya."     

"Di sini hanya ada keluarga, jadi aku akan mengatakan yang sejujurnya kepadamu. Aku tidak pernah membenci asal usulmu. Aku bisa melihat kemampuanmu setelah bekerja keras selama bertahun-tahun. Tetapi aku tidak bisa menerimamu karena kamu sudah memiliki anak. Itu yang sebenarnya. Aku tidak ingin Jenny menjadi seorang ibu tiri. Bibimu membesarkan Keara selama bertahun-tahun, tetapi apa yang ia dapatkan? Sebelum Keara meninggal pun, ia masih berusaha untuk menghancurkan reputasi bibimu. Aku tidak mau Jenny mengalami hal seperti itu," Bima mengatakan apa yang ada di hatinya.     

"Bima, kalau kau berpikir bahwa Alisa akan menjadi masalah di antara hubungan Jenny dan Jonathan, aku bisa membesarkan Alisa. Setelah bercerai, aku berniat untuk tinggal bersama dengan Diana di taman. Alisa juga menyukai kami dan ia juga memiliki bakat dalam dunia parfum. Ia memiliki ketertarikan yang tinggi sehingga Anya akan melatihnya untuk menjadi penerusnya di kemudian hari. Alisa tidak membutuhkan Jenny untuk membesarkannya karena akan ada kami semua."     

Melihat Bima diam saja, Indah melanjutkan. "Alisa adalah anak yang pengertian. Ia lahir dan tinggal di luar negeri sehingga ia lebih mandiri dari pada anak seusianya. Ia sudah SD sekarang. Biasanya ia tinggal di asrama sekolahnya atau di rumah Diana saat liburan. Meski Jenny dan Jonathan menikah nantinya, Alisa akan ikut bahagia dengan hubungan mereka. Ia tidak akan cemburu, malah akan merasa sangat bahagia kalau Jenny memberikan adik untuknya."     

"Itu …" memang benar yang Bima khawatirkan adalah Alisa. Tetapi kalau Indah berkata demikian, ia bisa berbuat apa. Bima tidak tahu harus menjawab apa sehingga ia menoleh untuk memandang ke arah Maria, sebagai ibu Jenny.     

"Ayah, aku akan selalu mendukung Jenny dalam masalah ini," kata Maria.     

"Kamu sudah melihat betapa keras Jonathan bekerja. Tidak mudah baginya untuk menemukan wanita yang benar-benar mencintainya. Ia tidak mau kehilangan Jenny dan ia tidak akan pernah mengecewakannya. Ia ingin memberikan kebahagiaan untuk Jenny sehingga ia berani melakukan semua ini. Di hadapan banyak orang, ia melamarnya tanpa memberitahu orang tuanya terlebih dahulu. Itu memang salah Jonathan. Tetapi ia melakukan itu karena cinta," hari ini, Indah datang bukan sebagai ibu Anya. Hari ini, ia mewakili keponakannya, untuk meminta ijin kepada Keluarga Atmajaya untuk menikahi Jenny.     

"Ayah, aku juga memohon padamu untuk menyetujui hubungan Jenny dan Jonathan," tanya Maria, membantu Indah untuk memohon pada Bima.     

"Kakek, aku akan membahagiakan Jenny seumur hidupku. Alisa adalah putriku dan itu kenyataannya. Aku tidak bisa berpura-pura Alisa tidak pernah ada dan aku tidak bisa mengusirnya dari hidupku. Yang bisa aku janjikan padamu adalah aku tidak akan pernah membuat Jenny mau pun Alisa sedih. Aku akan mengurus dan menjaga mereka berdua. Aku akan membahagiakan mereka berdua," kata Jonathan dengan tulus.     

Jenny yang dari tadi bersembunyi di luar pintu dan hanya bisa mengintip, tiba-tiba saja berlari ke dalam dan berlutut di hadapan Bima. "Kakek, aku mohon setujui hubugnan kami! Jonathan telah melamarku di hadapan semua orang dan aku sudah menerimanya. Aku benar-benar mencintainya dan aku tidak pernah melupakannya. Dua tahun aku pergi ke luar negeri, tetapi aku masih tetap mencintai Jonathan. Kalau bukan Jonathan, aku tidak akan pernah menikah seumur hidupku."     

"Jenny, berdirilah!" melihat Jenny memaksa Bima dengan cara seperti ini, Jonathan langsung menariknya dari lantai.     

Tetapi Jenny tidak mau bangkit berdiri. "Kakek, aku mohon. Kabulkan permintaanku!"     

Akhirnya, Jonathan ikut memohon kepada Bima. "Aku bersumpah aku akan membahagiakan dan mencintai Jenny selamanya. Aku mohon, ijinkan aku meminangnya!"     

"Jenny, bangunlah. Jangan menyulitkan kakekmu seperti ini," Maria khawatir Jenny akan membuat Bima marah sehingga ia langsung bergegas untuk menariknya.     

Bima memandang dua anak muda di hadapannya dan menunjuk ke arah Jenny. "Kalian semua datang untuk memaksaku? Kalian semua …"     

Tiba-tiba saja, mata Bima terasa gelap dan tubuhnya lemas, oleng ke belakang. Untung saja, Jonathan bereaksi tepat waktu dan langsung menangkapnya.     

Saat Bima terbangun, ia sudah berada di rumah sakit dengan selang oksigen di hidungnya. Ia melihat Jenny duduk di pinggir tempat tidurnya sambil menangis.     

"Mengapa kamu menangis? Cepat cabut saja oksigennya. Kalau aku mati, tidak ada yang bisa menghentikan hubungan kalian lagi. Kalian bisa langsung menikah," kata Bima.     

"Kakek, aku minta maaf. Aku bersalah. Selama kamu baik-baik saja, aku akan menemanimu seumur hidupmu. Aku akan berada di sampingmu," Jenny benar-benar ketakutan. Ia menangis dengan keras sambil menggenggam tangan Bima.     

Bima merasa tidak tega saat melihat cucunya menangis seperti ini. Keluarganya harus kehilangan Jenny di usia yang sangat muda. Saat ia kembali pun, Jenny sudah kehilangan ayahnya.     

Ia tidak memiliki ayah yang mendidiknya. Kakaknya pun tidak bisa diandalkan.     

Bukankah sebagai kakek, ia yang harus menggantikan posisi mereka?     

"Kamu sangat berisik. Kalau aku mati sekali pun, mungkin aku akan kembali bangun karena kamu berisik. Setiap hari kamu akan menangisi di depan makamku," Bima memejamkan matanya dengan kesal.     

"Kakek, aku tidak akan mengganggumu. Aku tidak akan menangis dan tidak akan membuat masalah, selama kamu sehat kembali. Nenek Marsha akhirnya menerimamu. Kamu bahkan belum merasakan kebahagiaanmu. Aku tidak akan bertengkar denganmu lagi," kata Jenny sambil terus menangis.     

Akhirnya, Bima melembutkan suaranya. "Aku ingat saat aku pingsan, Jonathan yang membantuku. Apakah ia baik-baik saja?"     

"Ia … Ia terjatuh dan juga pingsan karena cederanya belum sembuh," kata Jenny.     

"Aku baik-baik saja. Tidak usah khawatir. Pergilah dan lihatlah keadaannya," kata Bima.     

"Kakek, kamu tidak melarangku untuk bertemu dengannya?" tanya Jenny dengan bingung.     

"Bukankah ia terjatuh karena membantuku? Cepat lihat dia. Kalau dia sudah bangun, katakan padaku," kata Bima.     

Maria berjalan ke dalam ruangan sambil membawa sebuah termos dan berkata dengan senyuman. "Dokter akan memeriksa kakekmu sebentar lagi. Ia baik-baik saja. sekarang pergilah ke tempat Jonathan. kalau ia bangun, jangan lupa bilang pada kami."     

"Baiklah kalau begitu. Aku akan pergi," Jenny langsung bangkit berdiri dan mengambil tasnya.     

Saat ia hendak pergi, Bima berkata dengan sengaja. "Lari begitu cepat. Siapa yang tadi bilang ingin aku sehat? Siapa yang bilang tidak akan menikah dan ingin menemainku selamanya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.