Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Lebih Baik Berteman



Lebih Baik Berteman

0"Bima, apakah kamu tahu mengapa aku menghormati permintaan putriku untuk tidak bersama denganmu?" Marsha tersenyum tipis.     

"Mengapa?" tanya Bima.     

"Kamu terlalu keras kepala. Kamu mau semuanya berjalan sesuai dengan keputusanmu sehingga aku akan terkekang olehmu. Kamu memutuskan pernikahan putramu dan kamu juga memutuskan pernikahan cucu-cucumu. Kamu menentuk apa yang terbaik untuk mereka. Bukankah nanti kamu juga akan mengaturku," Marsha memandang ke arah Bima dengan hati-hati setelah mengatakannya.     

Bima benar-benar terkejut saat mendengarnya. Dan setelah ia berhasil menguasai keterkejutannya, ia menundukkan kepalanya. Ia benar-benar diam dan tidak mengatakan satu patah kata pun.     

Dulu, ia meminta asistennya untuk menghubungi putri Marsha. Selama putri Marsha setuju dengan hubungan mereka, ia akan memberikan sejumlah uang.     

Tetapi setelah ia menawarkan uang pada putri Marsha, ia malah semakin menentang hubungan mereka. Ia bahkan mengancam Marsha, akan memutuskan hubungan ibu dan anak, kalau Marsha tetap bersikeras mau berhubungan dengan Bima.     

Marsha tidak mau kehilangan putrinya sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Bima dan menjadi teman biasa.     

Selama ini Bima mengira bahwa Marsha menolak untuk berhubungan dengannya karena putrinya selalu menentang hubungan mereka.     

Ia pikir Marsha menolaknya karena putrinya, tetapi ternyata karena alasan pribadi lainnya.     

"Kalau aku tidak mengatur pernikahan Jenny, apakah masih mungkin kita bisa bersama?" tanya Bima secara tiba-tiba.     

"Mustahil. Sekarang aku mengejarnya," bukan Marsha yang menjawabnya, melainkan Tirta.     

"Tirta, jangan begitu pada temanmu sendiri," keluh Bima dengan kesal.     

Tirta menjawab, "Marsha tidak mau denganmu dan putrinya tidak setuju dengan hubungan kalian berdua. Tetapi putri Marsha tidak menentang hubunganku dengannya."     

"Marsha, apakah benar begitu? Aku ingin mendengarnya langsung darimu," Bima tidak mempercayainya.     

"Aku rasa lebih baik kita bertiga berteman seperti ini," jawab Marsha dengan anggun.     

Bima terlihat sangat kesal mendengar tantangan dari Tirta, tetapi Marsha terlalu tenang dan kalem. Tirta menjadi sedikit kecewa saat melihatnya.     

Cinta segitiga ini adalah rencana hebat dari Jenny. Jenny lah yang mengatur semua ini. Ia merasa, ia harus mencari seseorang yang bisa membuat kakeknya sadar.     

Pada saat itu, tiba-tiba telepon rumah berbunyi. Kepala pelayan mengangkat telepon itu dan memberikannya pada Bima.     

Setelah menjawab panggilan tersebut, ekspresi di wajah Bima berubah total.     

"Bima, apa yang terjadi?" dari ekspresinya, Marsha tahu ada sesuatu yang salah dengannya.     

Bima memandang ke arah Marsha dan menjawab. "Sepertinya Sherry memang tidak ada hubungan apa pun dengan Jonathan."     

"Bagaimana bisa?" tanya Marsha dengan sabar.     

"Aku mencari tahu mengenai bukti hubungan Jonathan dan Sherry, berharap Jenny akan menyerah. Asistenku pergi ke stasiun televisi tempat Sherry bekerja dan langsung bertanya pada kepala stasiun tersebut. Sherry kehilangan posisinya sebagai pembawa berita dan merasa dendam. Oleh karena itu, ia mendorong Jenny dari tangga," kata Bima.     

Tirta tertawa. "Aku merasa Jonathan adalah pria yang baik. Di situasi yang membahayakan seperti itu, ia menyelamatkan Jenny dengan menggunakan tubuhnya sendiri."     

"Kalau sampai Jenny yang jatuh, mungkin cederanya akan lebih parah dibandingkan Jonathan. Jenny memiliki seorang pria yang melindunginya mati-matian. Apa lagi yang kamu takutkan?" Marsha juga membantu.     

"Aku … Aku akan memikirkannya lagi," pada akhirnya, Bima tetap tidak mau menyerah begitu saja.     

…     

Jenny sudah dilarang keluar dari rumah sejak pesta ulang tahunnya. Bahkan ia juga tidak diijinkan untuk pergi ke Atmajaya Group.     

Bima juga mengurung dirinya di rumah. Selama tiga hari berturut-turut, ia mencoba untuk memikirkan masalah ini. Tetapi ia masih belum menemukan jawabannya.     

Jenny meminjam ponsel ibunya untuk menghubungi Marsha. "Nenek Marsha, ini Jenny. Sudah tiga hari, tetapi kakekku masih belum menemukan jawabannya. Apakah kamu mau datang dan mengunjungi rumah?"     

"Aku akan datang nanti sore. Sampaikan ibumu untuk menyiapkan teh yang enak untukku," kata Marsha sambil tertawa.     

"Nenek, apakah tidak mungkin kamu kembali bersama dengan kakekku? Kakek memang keras, tetapi ia bisa berubah," Jenny memohon. "Selama hidupnya, kakek memang terbiasa untuk bersikap keras seperti ini. Tetapi hanya kepadamu saja ia bersikap lemah lembut. Masa kamu sama sekali tidak tersentuh?"     

"Aku sudah tua dan aku sudah terbiasa sendiri. Aku tidak mau hidup terkekang," kata Marsha. "Ibumu sendiri masih sangat muda. Mengapa ia tidak menikah lagi?"     

"Ibuku belum bertemu orang yang tepat, tetapi nenek sudah!" kata Jenny. "Datanglah ke rumah. Aku akan menyiapkan teh yang enak untukmu. Bibiku juga penyuka teh dan ia memiliki berbagai macam teh dengan rasa yang unik-unik."     

Marsha tertawa. "Baiklah. Aku akan datang dan menemani kakekmu untuk minum teh," kata Marsha.     

Jenny merasa sangat gembira mendengarnya. "Terima kasih, Nenek. Aku akan menyiapkan berbagai camilan juga untuk kalian berdua."     

Setelah panggilan itu berakhir, Jenny memandang ke arah ibunya. "Ibu, Nenek Marsha akan datang ke rumah siang nanti. Apakah ada harapan untuk aku dan Jonathan?"     

"Jonathan sudah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanmu. Aku sangat berterima kasih padanya karena itu."     

"Tetapi sudah tiga hari Jonathan tidak menghubungiku setelah ia memberikan melamarku. Apakah ia sudah tidak menginginkanku lagi? Atau mungkin ia marah dan memutuskan untuk pergi?" kata Jenny sambil menggigit bibirnya. "Mungkin hari itu ia benar-benar terluka karena kakek."     

Maria berpikir sejenak dan berkata, "Ibu akan meminjamkan ponsel ibu. Kamu bisa melihat apa yang sedang ia lakukan di media sosialnya."     

"Sebenarnya, setelah kakek menyita ponselku, aku bisa melihat media sosial dari tabletku. Aku sudah banyak mengunggah foto, tetapi Jonathan sama sekali tidak berkomentar. Atau mungkin ia tidak melihatnya sama sekali," kata Jenny dengan sedih.     

Sebenarnya Jenny punya cara lain untuk menghubungi Jonathan. Ia bisa saja menghubungi Rudi dan meminta bantuannya untuk mencari Jonathan. Tetapi sepertinya itu tidak adil untuk Rudi.     

"Bagaimana kalau kamu memfoto cincinmu?" Maria melihat tangan putrinya. "Foto tanganmu yang sedang makan sambil menunjukkan cincinmu dan posting di media sosial untuk membuat Jonathan ingat."     

"Aku harus mengambil inisiatif terlebih dahulu?" kata Jenny.     

"Iya," Maria mengangguk.     

Jenny mendengarkan kata-kata ibunya dan memposting foto tersebut. Ia tidak menyangka akan langsung mendapatkan jawaban dari Jonathan     

Jonathan : Cincinnya bagus sekali!     

Jenny merasa begitu senang bisa mendapatkan kabar dari Jonathan, walaupun hanya sebuah kalimat singkat. Ia langsung membalasnya.     

Jenny : Seorang pria tampan memberikannya padaku. Tentu saja cincinnya juga bagus!     

Begitu balasan itu terkirim, Jonathan langsung mem-video call Jenny.     

Jenny langsung menerima panggilan itu, tidak peduli meski masih ada ibunya di sana. Di sisi lain layar, Jonathan masih berbaring di tempat tidur rumah sakit.     

"Ada apa?" tanya Jenny sambil tersenyum.     

"Ada pria tampan yang mengejarmu. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jonathan dengan sengaja.     

"Kamu akan menjadi cadanganku," kata Jenny, berpura-pura bodoh."     

Jonathan tertawa kecil. "Kamu tidak menghubungiku selama tiga hari, tetapi kamu selalu memposting foto di media sosial. Aku pikir kamu menuruti keputusan kakekmu dan menolak lamaranku, berniat untuk mengembalikan cincin yang aku berikan."     

Jenny terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka Jonathan berpikir seperti itu. "Aku pikir kamu sakit hati dan marah karena dimarahi oleh kakek di depan umum pada saat ulang tahunku. Itu sebabnya kamu menyesal telah melamarku dan memutuskan untuk mengabaikanku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.