Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Bersama Denganmu



Tidak Bersama Denganmu

0"Bibi, aku ingin pergi ke rumah sakit. Maukah kamu membantuku?" Jenny memeluk lengan Anya dan memohon kepadanya.     

"Jenny, aku percaya bahwa kakekmu melakukan semua ini karena mencintaimu. Di dunia ini, tidak ada orang tua yang tidak mencintai keluarganya. Ia sedang keras kepala sekarang. Kamu harus sedikit lebih bersabar dan jangan marah-marah. Kakekmu sudah tua."     

"Aku hanya ingin pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Jonathan. Ia terluka karena menyelamatkanku," kata Jenny dengan mata memerah.     

Setiap kali ia mengingat sikap Bima pada Jonathan di tempat acara itu, hatinya terasa sangat sakit.     

Anya merasa tidak nyaman saat melihat Jenny seperti ini. Ia hanya bisa membujuknya. "Kalau aku benar-benar mencintai seseorang, tidak peduli apa pun yang terjadi, aku pasti akan paham. Meski kamu tidak bisa mengunjungi rumah sakit, Kak Jonathan pasti tahu mengapa kamu tidak bisa datang. Aku rasa, kamu bisa mencari cara lain untuk mencapai keinginanmu."     

"Bagaimana?" tanya Jenny sambil memandang Anya.     

"Setelah kembali ke Indonesia, kamu tinggal di rumah, kan? Apakah kamu sudah menyadari dengan siapa kakekmu sering berhubungan?" tanya Anya.     

"Nenek Marsha," kata Jenny.     

"Dua tahun lalu, anak bibi Marsha tidak setuju dengan hubungannya dengan kakekmu. Kalau kamu bisa membujuk anaknya dan membuat hubungan kakekmu berjalan dengan lancar, mungkin …"     

"Aku juga tidak akan setuju kalau ibuku menikah dengan pria tua seperti kakek. Seorang wanita bisa hidup bahagia tanpa seorang pria. Aku tidak bisa menyatukan kakek dan Nenek Marsha dan aku tidak tidak bisa membujuk anak Nenek Marsha. Tetapi aku bisa mencari saingan untuknya. Biarkan ia sibuk sehingga tidak bisa mengurusiku lagi," Jenny mengedipkan matanya dengan senang.     

"Dasar kamu nakal. Apa yang kamu rencanakan?" Anya merasakan firasat buruk.     

"Bukankah Kakek Tirta sering bermain catur dengan kakek? Aku melihat Kakek Tirta sering melihat ke arah Nenek Marsha ketika mereka bertiga minum teh bersama. Aku yakin Kakek Tirta pasti juga tertarik dengan Nenek Marsha, tetapi ia tidak berani mendekatinya. Biar aku membuat mereka menjadi panas," Jenny langsung memutuskan. "Bibi, aku mau pulang."     

"Sekarang?" Anya memandang Jenny dengan terkejut.     

"Iya. Sekarang juga," kata Jenny dengan percaya diri.     

"Aku rasa lebih baik kamu mendekatkan kakekmu dan Nenek Marsha. Jangan mencari saingan untuknya. Nanti kakekmu malah akan marah," Anya merasa masalah ini sepertinya malah akan membuat semuanya semakin rumit.     

"Bagaimana aku bisa tahu kalau aku belum mencoba?" Jenny merasa ide ini sangat tepat. Ia ingin kakeknya merasakan bagaimana rasanya tidak bisa bersama seseorang yang dicintainya.     

Saat memikirkan hal ini, Jenny merasa jauh lebih baik. Ia langsung mandi dan mengganti pakaiannya, siap untuk pulang.     

Jenny kembali ke rumahnya sebelum jam makan siang. Saat tiba di rumahnya, Bima tidak mau menyapanya dan mengabaikannya karena masih kesal padanya.     

Pada saat itu, tiba-tiba saja Marsha datang dan melihat kakek dan cucunya ini sedang dalam perang dingin. Ia menunjukkan senyum hangatnya dan berkata, "Bima, cucumu sudah pulang. Bukankah seharusnya kamu senang? Mengapa wajahmu menyeramkan seperti itu?"     

"Kami merayakan ulang tahunnya kemarin. Acara itu sangat besar, tetapi mengapa malah harus terjadi banyak kekacauan. Seseorang berusaha untuk mendorongnya dari tangga! Ini karena kekasih Jonathan. Ia dan Sherry pernah berhubungan dulunya. Sekarang Jenny pulang kembali ke Indonesia dan Jonathan memutuskan untuk mengejarnya, membuat Sherry merasa cemburu. Akhirnya Sherry berusaha untuk mencelakai cucuku," kata Bima.     

"Jonathan dan Sherry tidak punya hubungan apa pun. Dua tahun lalu, saat kamu menentang hubungan kami, ia berpura-pura berkencan dengan Sherry agar aku mau pergi ke luar negeri untuk sekolah. Sekarang aku sudah tahu kebenarannya dan tidak salah paham lagi dengannya," kata Jenny dengan tenang.     

"Kamu hanya terlalu terobsesi dengannya sehingga tidak menyadari kenyataan," kata Bima dengan marah.     

"Bima, kapan kamu akan berubah? Sedikit-sedikit kamu langsung marah. Padahal kamu masih belum tahu masalahnya dengan jelas. Jangan terlalu cepat marah, kita sudah tua," kata Marsha sambil tersenyum.     

"Nenek Marsha, Jonathan terluka karena menyelamatkanku. Apakah nenek sudah dengar? Tetapi kakekku tidak membiarkan aku mengunjunginya ke rumah sakit. Padahal aku lah yang membuatnya terluka."     

"Tetapi Sherry yang melakukan ini dan semua itu karena Jonathan juga!"     

"Kakek!" teriak Jenny dengan marah.     

"Jangan membantah. Sekarang naiklah dan masuk ke dalam kamarmu. Kalau kamu berani pergi ke rumah sakit untuk mengunjunginya, aku akan mematahkan kakimu."     

Bima langsung menyuruh seseorang membawa Jenny ke lantai atas dan mengunci kamarnya.     

"Bima, anak dan cucumu memiliki hidup mereka masing-masing. Terlalu mengatur mereka juga tidak baik," bujuk Marsha.     

"Kamu terlalu mendengarkan anakmu sehingga kamu sendiri tidak punya hak untuk memilih kebahagiaanmu," kata Bima.     

Pada saat itu, Tirta tiba-tiba saja datang.     

Jenny berdiri di depan jendela kamarnya dan melihat ke arah depan pintu rumahnya. Saat melihat Tirta muncul, ia langsung tersenyum dengan nakal.     

"Tirta! Kebetulan sekali kamu datang. Tolong bantu aku membujuk Bima. Ia mengurung cucunya lagi," saat melihat Tirta, Marsha langsung meminta tolong padanya.     

Tirta memandang ke arah Bima. "Kamu bertengkar lagi dengan Jenny? Apa yang membuatmu marah seperti ini?"     

"Apakah kamu tidak tahu? Ia terus bersikeras ingin menikah dengan Jonathan …"     

"Awalnya aku juga menentang pernikahan Tara dan Nico. Bukankah kamu yang membujukku," kata Tirta dengan setengah bercanda.     

"Memangnya ada apa dengan Nico? Nico sangat tampan dan tulus pada Tara," jawab Bima dengan tidak senang hati.     

"Apa gunanya wajah yang tampan? Tara sendiri juga cantik dan ia bisa mendapatkan pria tampan mana pun. Sekarang ia seperti memiliki tiga anak karena suaminya yang seperti anak kecil. Siapa yang tahu betapa keras usahanya? Memang benar Jonathan sudah memiliki anak, tetapi ia membesarkan anaknya dengan sangat baik. Kalau Jenny menikah dengan pria yang bertanggung jawab seperti itu, bukankah ia akan bahagia? Atau kamu ingin Jenny menikah dengan pria seperti Nico? Pria yang mengajak anak kecil untuk melompat dari lantai dua rumahnya?" Tirta dan Tara harus mempersiapkan diri mereka setelah Tara setuju untuk menikah dengan Nico.     

Apa yang Nico lakukan itu tidak mengejutkan bagi Tirta.     

"Nico memang sedikit ceroboh dan tidak berpikir panjang, tetapi ia cukup berguna. Ia mengerti masalah perusahaan dan bisnis. Ia bisa mendapatkan uang dari siaran langsung dan endorse di media sosial. Ia melakukan pekerjaannya dengan baik," Bima langsung membela cucunya itu.     

"Kalau begitu, kalau ada seorang pria muda yang kaya raya seperti Nico dan keluarganya setara dengan Keluarga Atmajaya, apakah kamu bersedia menikahkannya dengan Jenny?" tanya Tirta.     

Bima terdiam sejenak. Kalau memang ada pria seperti itu, pria seperti Nico yang masih memiliki otak seperti anak kecil, mungkin ia akan menentangnya.     

"Kamu terlihat ragu. Itu artinya, sebenarnya kamu jauh lebih peduli mengenai orang yang akan dinikahi dengan Jenny dibandingkan dengan latar belakang keluarganya," kata Tirta, membongkar hati Bima.     

"Aku … Aku tahu Tara pasti sangat lelah menghadapi Nico, tetapi Nico sangat menurut pada Tara. Ditambah lagi, setelah menjadi seorang ayah, Nico sudah banyak berubah," kata Bima.     

"Benar. Kamu tahu betul bahwa Tara, cucuku, sudah menderita. Jadi, apakah kamu mau membiarkan Jenny mengikuti jejak Tara? Selama ia menikah dengan pria yang memperlakukannya dengan tulus dan tidak memperlakukan Jenny dengan buruk, Jenny pasti akan bahagia," kata Tirta.     

"Apakah kamu juga berpikir seperti itu?" Bima memandang ke arah Marsha yang terdiam.     

"Bima, apakah kamu tahu mengapa aku menghormati permintaan putriku untuk tidak bersama denganmu?" Marsha tersenyum tipis.     

"Mengapa?" tanya Bima.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.