Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Teman Baik



Teman Baik

0Anya bisa membayangkan masa tuanya nanti. Pada saat tua nanti, ia, Tara, Nadine dan Jenny juga akan berkumpul bersama, menikmati masa tua mereka bersama.     

Mungkin mereka juga akan duduk di taman bersama sambil minum teh dan mengobrol.     

Saat tua nanti, anak-anak mereka akan memiliki hidup mereka masing-masing.     

Kalau suatu hari nanti, suami mereka mengkhianati mereka, mereka tidak akan takut karena mereka memiliki satu sama lain.     

…     

Hari ulang tahun Jenny datang dalam sekejap mata. Beberapa hari sebelum hari ulang tahunnya, Bima sudah merencanakan berbagai hal.     

Ia menelepon Rudi, "Rudi, apakah kamu sedang senggang hari ini? Datanglah ke rumah untuk makan. Kita juga bisa bermain catur. Akhir bulan ini adalah ulang tahun Jenny. Kalau kamu tidak sibuk, kamu bisa membantu untuk mempersiapkannya."     

Akhir-akhir ini, Rudi sedang linglung karena orang tuanya terus-terusan mendesaknya untuk menikah.     

Tidak hanya Bima saja, tetapi ayahnya, Triawan, juga mendesaknya.     

Jenny sudah kembali ke Indonesia. Para orang tua merasa bahwa Jenny dan Rudi memiliki harapan sehingga semua orang mendesak Rudi untuk segera mengejar Jenny kali ini.     

Kalau tidak ada harapan lagi, keluarga Rudi berniat untuk mencarikan jodoh yang lain untuknya.     

"Kebetulan aku sedang beristirahat sekarang. Aku akan datang untuk makan," Rudi tersenyum dan mengakhiri panggilan.     

Maria keluar dari studionya dan melihat Bima sedang dalam suasana hati yang baik.     

"Ayah, apa yang membuatmu senang begini?" tanya Maria dengans engaja.     

"Rudi akan datang untuk makan. Ia bilang mau menemaniku bermain catur," Bima mengesampingkan semua kekesalannya selama beberapa hari terakhir dan menyuruh pelayannya untuk mempersiapkan berbagai macam makanan untuk siang hari.     

Sebelum jam makan siang, Rudi sudah tiba di rumah Keluarga Atmajaya.     

Bima sudah mengatur papan catur dan bidaknya. Begitu Rudi datang, ia tidak langsung makan. Bima langsung mengajaknya untuk bermain 1 ronde terlebih dahulu.     

"Rudi, sudah lama kamu tidak mengunjungiku. Kalau kamu tidak datang, tidak ada yang mau bermain catur dengan orang tua ini," kata Bima dengan sedih.     

Maria dan Jenny yang tinggal bersama dengannya sama-sama tidak menyukai permainan catur.     

Akhir-akhir ini, Maria menghabiskan waktunya di dalam studio untuk membuat lukisan baru. Sementara itu, Jenny sedang merasa kesal dengan kakeknya dan lebih memilih untuk bermain ponsel di kamarnya.     

Ia tidak diperbolehkan untuk keluar sehingga akhirnya ia memohon agar ia bisa mendapatkan ponselnya kembali untuk bermain.     

"Kakek, kalau aku datang setiap hari untuk bermain catur denganmu, kamu akan bosan denganku," kata Rudi setengah bercanda.     

"Mana mungkin aku bosan. Datanglah setiap hari! Bukankah sulit untuk datang setiap hari? Bagaimana kalau kamu menikah dengan Jenny dan menjadi cucu menantuku?' Rudi memahami apa niat Bima memanggilnya dan ia tersenyum dengan malu. "Aku juga berpikir seperti itu, tetapi Jenny tidak mau. Ia tidak menyukaiku."     

Tidak tahu mengapa, gambaran saat Jenny bersandar di pelukan Jonathan muncul di benak Rudi. Mereka tampak penuh dengan cinta dan sangat manis. Gambaran itu membuatnya tidak ingin membicarakan mengenai pernikahan sekarang.     

"Kalian masih muda. Perasaan bisa tumbuh seiring berjalannya waktu," Bima tersenyum dan menepuk pundak Rudi. "Aku mendukungmu!"     

Rudi menggaruk kepalanya sambil tersenyum. Ia tidak mengatakan apa pun pada Bima, tetapi ia memberikan sebuah kotak pada Bima. Kotak itu terbuat dari kayu, tetapi terlihat sangat mewah. "Aku membeli catur ini beberapa hari yang lalu karena aku ingat kakek suka bermain catur. Aku harap kamu menyukainya."     

Bima menerimanya dan membukanya. "Bagus sekali. Pengerjaannya sangat rapi, menggunakan kayu terbaik dan dipoles dengan sangat halus. Apakah tidak apa-apa kalau aku menerimanya?"     

Bima tidak memiliki hobi lain. Satu-satunya yang ia sukai hanyalah bermain catur. Jadi, bisa dibilang hadiah ini sangat berarti untuknya. Semakin ia melihatnya, semakin ia menyukainya.     

"Pelayan, panggilkan Jenny untuk turun. Bilang padanya ada Rudi datang," kata Bima sambil tersenyum dengan lebar.     

Jenny merasa sangat bosan terkurung di rumah. Saat ia mendengar bahwa Rudi datang, ia merasa seperti ada penyelamat yang datang untuknya. Ia tersenyum dengan nakal dan terlihat sangat senang.     

"Jenny, ulang tahunmu akan segera datang. aku meminta Rudi untuk datang dan membantu persiapannya. Kakek sudah terlalu tua untuk mengurusnya sendiri dan tidak ada yang membantuku. Kakakmu terlalu sibuk dan pamanmu tidak punya waktu. Jadi, aku meminta bantuan Rudi," Bima melirik Jenny dengan sengaja.     

"Apakah kakek ingin Rudi menjadi cucu kakek?" tanya Jenny dengan setengah bercanda dan setengah serius.     

Bima terkejut sejenak saat melihat cucunya yang tiba-tiba menjadi penurut, dan kemudian ia langsung tersenyum. "Rudi adalah anak yang baik. Kalau ia bisa menjadi cucuku, aku akan sangat senang."     

"Aku akan sering menghubungi Rudi lain kali," kata Jenny dengan tenang.     

Kata-kata Jenny begitu mengejutkan hingga bukan Bima saja yang terheran, tetapi juga Rudi. Rudi tidak bisa mempercayai telinganya.     

"Tetapi aku tidak tahu apakah Rudi bersedia atau tidak …" Jenny berbalik dan membelakangi kakeknya sambil menatap ke arah Rudi.     

Awalnya Rudi tidak memahaminya. Tetapi begitu melihat Jenny mengedipkan mata padanya, akhirnya ia paham.     

"Aku … Aku akan memikirkannya," Rudi tidak mau dipermainkan oleh Jenny seperti ini.     

Jawaban Rudi membuat Jenny merasa sedikit kesal. Apakah Rudi tidak bisa melihat bahwa ia meminta bantuannya?     

Ia berpikir sejenak dan kemudian melangkah maju dan menggandeng tangan Rudi. "Kakek, apakah aku boleh berbicara dengan Rudi berdua?"     

"Boleh. Tentu saja boleh. Mengobrol lah. Nanti kita juga akan makan siang bersama. Semakin sering bersama, perasaan juga akan semakin tumbuh," kata Bima sambil tersenyum.     

Bima tidak menyangka semuanya akan berjalan dengan lancar. Mungkin akhirnya Jenny bisa memahami bahwa ia melakukan semua ini untuk kebaikannya sendiri dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti keputusan kakeknya.     

Jenny menarik tangan Rudi hingga ke taman. Ia melongokkan kepalanya, melihat ke arah dalam ruangan. Saat melihat bahwa Bima memandang mereka sambil tersenyum, ia merasa mati rasa.     

Tatapan itu begitu bahagia dan penuh cinta, membuatnya tertekan!     

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rudi dengan suara serak.     

Jenny menahan pundak Rudi. "Jangan bergerak. Kakek melihat kita."     

Rudi menyadari bahwa tubuh Jenny terlalu dekat dengannya. Ia bahkan bisa mendengar suara napas Jenny, melihat pipinya yang merona. Ia bisa melihat satu bulir keringat mengalir dari dahinya. Ia bisa melihat sinar matahari dari arah taman menyinari sisi wajahnya.     

Saat mengedipkan matanya, bulu matanya yang panjang seperti sedang menari-nari.     

Semuanya terlihat dengan sangat jelas.     

"Jenny …" Rudi memandang wanita di hadapannya dengan tatapan kosong dan memanggil namanya dengan lembut.     

Mendengar panggilan itu, Jenny mendongak dan memandang ke arah Rudi. Ia bisa melihat tatapan Rudi padanya dan langsung melepaskan pegangannya. Kali ini ia berdiri dengan tegap sendiri.     

Suasananya langsung menjadi aneh setelah kejadian itu.     

Jenny berusaha untuk merapikan rambutnya dengan sangat canggung dan berusaha untuk tenang. "Rudi, kita adalah teman baik, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.