Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wanita-Wanita Kuat



Wanita-Wanita Kuat

0Anya merasa sangat marah setelah mendengar berita itu. Ia langsung pergi untuk menemui kedua ibunya.     

"Apa yang ayah maksud? Ia tahu bahwa Jessica ingin menghancurkan rumah tanggaku dengan Aiden sebelumnya. Tetapi ia sengaja merekrut Jessica sebagai sekretarisnya!" kata Anya dengan marah.     

"Aku dengar Jessica memiliki reputasi yang buruk dan sering terlibat berita dengan banyak orang," kata Diana.     

"Ia mendekati banyak pria di kota, baik yang tua mau pun yang muda. Ia bahkan pernah terlibat gosip dengan seorang pria tua kaya yang dua kali lipat dari usianya. Ayahmu merekrutnya sebagai sekretaris, mungkin karena permintaan dari ayah Jessica," kata Indah.     

Anya mengedipkan matanya dan bertanya, "Ibu, apakah kamu tidak takut akan ada sesuatu yang terjadi pada ayah dan Jessica?"     

"Ayahmu bukan orang seperti itu," kata Indah dan Diana, berbarengan.     

"Mengapa kalian berdua membelanya? Mungkin memang ayah bukan orang seperti itu, tetapi bagaimana dengan Jessica?" Anya cemberut.     

"Selama bertahun-tahun, apakah kamu pikir tidak ada wanita yang berusaha untuk mendekati ayahmu? Ayahmu adalah pria baik-baik. Jangan berpikir yang macam-macam," tegur Indah.     

"Aku hanya tidak mau punya ibu tiri yang masih muda. Apalagi jahat seperti Jessica," Anya masih merasa tidak nyaman. Tetapi ia dan Indah sudah tidak terlibat dengan Pratama Group lagi.     

Karena ia telah meninggalkan Pratama Group, Aiden dan Jonathan juga menyerahkan saham mereka. Sekarang, tidak ada satu pun dari mereka yang berhak untuk mengganti sekretaris Jessica atau melarang Galih untuk menerima Jessica sebagai sekretaris.     

Sebagai istri Galih, Indah tidak menentang. Dan apa yang bisa Anya lakukan sebagai putri yang tidak disukai oleh ayahnya?     

"Ayahmu tidak akan tergoda," kata Indah sambil tersenyum.     

…     

Beberapa hari setelah Indah mengatakannya, ia seperti ditampar oleh kalimatnya sendiri.     

Ada berita bahwa Galih memiliki hubungan dengan Jessica. Seseorang melihat Jessica sedang duduk di pangkuan Galih.     

Sebelumnya, Indah sudah merasa sedih karena masalah Keara. Setelah berita ini terbesar, ia langsung menggugat cerai Galih.     

Galih menolak untuk menceraikannya. Tidak hanya itu saja, ia juga membawa Jessica ke luar negeri untuk berlibur bersama.     

Anya tidak menyangka bahwa masalahnya akan menjadi seperti ini. Ia merasa sangat khawatir pada ibunya dan mengunjunginya.     

"Ibu, apa yang kamu lakukan?" Anya memandang Indah yang sedang memanggang ikan di taman.     

"Diana dan aku pergi memancing tadi pagi. Dan kami terlalu malas untuk memasak makan siang. Akhirnya kami memutuskan untuk memanggang ikan yang kami dapatkan," kata Indah dengan santai.     

"Tidak mau memasak? Bukankah membuat mie instan jauh lebih mudah dibandingkan memanggang ikan?" tanya Anya sambil tersenyum.     

Ia memandang ke arah panggangan di hadapan Indah. Tidak hanya ada ikan di sana, tetapi juga steak, berbagai macam seafood, paprika, bawang bombay dan sebagainya. Itu benar-benar seperti pesta.     

Kalau mereka benar-benar malas memasak, mereka bisa saja membuat nasi goreng dengan bumbu instan atau mie instan saja.     

"Nasinya sudah siap!" Diana keluar dari rumah sambil membawa nasi.     

Mereka mengeluarkan meja lipat dan menempatkannya di bawah bayangan pohon besar. Mereka berdua sangat menikmati makan siang mereka.     

"Ibu, biar aku bantu!" Anya mulai menata piring dan gelas, serta alat-alat makan.     

"Kamu datang tepat waktu! Kita baru saja mau makan," Diana mengambil satu set alat makan lainnya untuk putrinya itu.     

Anya merasa sangat senang melihat suasana yang baik-baik saja. Bahkan mereka semua makan dengan sangat lahap.     

Indah mengambil sebuah piring dan membawa ikan yang baru saja ia panggang, "Ayo coba ikan ini. Aromanya sangat harum, kan?"     

"Warnanya keemasan dan baunya sangat wangi." Anya mengambil garpunya dan mencicipinya. "Tidak hanya baunya saja yang harum, rasanya juga sangat enak. Tidak terlalu pedas, bumbunya sangat pas!"     

"Makanlah pelan-pelan. aku akan melihat apa yang sudah matang. Aku akan membawa semuanya," Indah merasa sangat senang melihat putrinya memakan masakannya dengan lahap.     

Diana juga tersenyum dan bangkit berdiri untuk membantu Indah. Ia mengambil semua sayuran yang sudah matang di atas panggangan.     

Mereka bertiga makan sambil mengobrol dengan sangat gembira.     

Setelah selesai makan, Anya baru saja menyadari apa tujuannya datang kemari.     

"Ibu, ayah membawa Jessica pergi ke luar negeri untuk berlibur. Aku khawatir ibu akan kepikiran sehingga aku datang ke sini untuk menanyakan keadaan ibu. tetapi sepertinya ibu baik-baik saja," kata Anya.     

"Apa yang bisa aku lakukan? Dia sendiri yang tidak tahu malu. Aku masih punya harga diri. Selama ia tidak berada di sini dan mempermalukanku, aku tidak peduli apa yang ia lakukan di luar negeri. Saat ia sadar dan ingin menceraikanku, aku akan memberitahumu. Aku dan Diana bisa saling mengurus satu sama lain dan menghabiskan masa tua bersama di taman ini," kata Indah sambil tersenyum.     

Setelah Indah mengatakannya, Diana tersenyum dan mengangguk berulang kali.     

"Aku juga merasa itu adalah keputusan yang sangat tepat. Saat anak-anakku sudah besar nanti, aku tidak mau bekerja. Saat itu, aku akan sering datang untuk menemani kalian," Anya juga ingin hidup dengan santai, mengurus taman seperti ibunya.     

Diana tersenyum saat memandang Indah dan Anya. "Aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang sangat nyaman ini. Aku merasa lebih senang tidak harus bersosialisasi. Tetapi sendirian juga sangat sepi. Aku akan sangat senang kalau kamu datang dan menemaniku."     

"Diana, aku ingin bertanya lebih awal. Apakah aku boleh tinggal di sini bersamamu setelah aku bercerai?" tanya Indah, meski sebenarnya ia sudah tahu jawabannya.     

"Tentu saja! Kita bisa mengobrol mengenai banyak hal!" jawab Diana.     

"Sebelumnya, Esther sering datang ke sini. Tetapi setelah aku tinggal di sini, ia semakin jarang datang. Anya, katakan padanya untuk tidak usah memedulikan aku," kata Indah, merasa tidak enak pada Esther.     

Anya mengangguk. "Sebelum ibu tinggal di sini, aku meminta seseorang untuk sering menemani ibu agar tidak kesepian sendiri. Mungkin ia memahami situasimu dengan ayah saat ini sehingga memberikan posisinya kepadamu.     

"Aku tidak keberatan kalau kita berkumpul bertiga. Semakin banyak orang akan semakin menyenangkan," kata Indah.     

"Bagaimana kalau empat orang. Apakah masih oke?" tidak tahu sejak kapan, Maria muncul di depan pintu.     

"Kak!" Anya langsung menyambutnya sambil tersenyum.     

"Dari depan aku sudah bisa mencium bau masakan. Apakah masih ada? Aku juga lapar," kata Maria.     

Diana tersenyum dan bangkit berdiri untuk membalikkan daging yang ada di panggangan. "Ini sudah matang. Apakah kamu suka pedas atau tidak?"     

"Sedang saja," jawab Maria.     

"Aku rasa empat orang juga menyenangkan. Kita bahkan bisa bermain kartu bersama. Apakah kalian bisa bermain?" tanya Indah.     

"Aku bisa dan Esther seharusnya juga bisa. Tetapi aku tidak tahu apakah Diana bisa atau tidak," tanya Maria sambil memandang ke arah Diana.     

Diana tertawa. "Aku hanya tahu sedikit-sedikit saja."     

"Sedikit sudah lebih dari cukup. Aku hanya ingin para pria di luar sana tahu bahwa wanita juga bisa hidup sendiri. Kita semua adalah wanita mandiri yang bisa hidup dengan bahagia tanpa bantuan pria," kata Indah sambil tersenyum.     

Anya memandang ketiga wanita di hadapannya. Wanita yang sudah berumur, tetapi sangat kuat. Mereka berbeda-beda, tetapi mereka semua memutuskan untuk sendiri selamanya, tidak membutuhkan pria untuk menghindari luka di hati mereka.     

Mereka adalah wanita-wanita kuat yang bisa hidup sendiri, tanpa bantuan pria.     

Mereka adalah wanita-wanita kuat yang saling menopang satu sama lain.     

Pada saat itu, Anya merasa bahwa memiliki teman seperti ini adalah hal yang sangat membahagiakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.