Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Berjanji Untuk Menunggunya



Tidak Berjanji Untuk Menunggunya

0"Kalau paman takut memakannya, tidak usah memakannya. Biar aku saja yang mencobanya. Ular yang ditangkap sendiri pasti akan terasa lebih lezat dibandingkan membelinya," kata Nico dengan senang.     

Aiden memandang ke arah pengawalnya dan pengawal itu langsung melangkah maju, merebut ular dari tangan Nico dan pergi membawanya.     

Setelah beberapa saat, pengawal itu kembali dengan tangan kosong. Tidak tahu di mana ia melemparkan ular itu.     

"Ularkuuuu! Itu adalah milikku," kata Nico dengan sedih.     

"Di sini ada wanita hamil dan anak-anak. Jangan membuat masalah. Tidak boleh makan sesuatu yang tidak jelas asal usulnya," kata Aiden. Ia tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu pada Anya dan Nadine. Apa lagi, beberapa hari yang lalu Anya sempat sakit.     

Malam ini pun, ia mengijinkan Anya untuk keluar makan di rumah Diana karena ada dia yang akan menjaga Anya secara langsung. Ia memerintahkan Hana dan semua chef serta pelayannya untuk memastikan bahwa bahan makanan dan masakan yang akan mereka makan hari ini sangat aman.     

Nico merasa sedikit kecewa dan kehilangan semangatnya. Tetapi saat memikirkan kembali mengenai Anya dan Nadine yang sedang hamil, dan juga lima anak-anak yang masih sangat kecil itu, akhirnya Nico memutuskan untuk mengalah.     

"Lihat lah, pamanku sangat membosankan dan ia mengatur segalanya. Bagaimana bisa bibiku tahan dengan sikapnya yang seperti itu?" bisik Nico pada Rudi.     

"Mungkin Anya menyukainya karena sifatnya yang seperti itu," Rudi tersenyum.     

Nico menuangkan anggur untuk Rudi dan kemudian melirik ke arah Tiara, "Ngomong-ngomong, ada apa dengan kamu dengan Tiara? Apakah kalian sudah putus?"     

"Orang tuaku mengawasiku setiap hari, menyuruhku untuk memutuskan hubungan dengannya dan tidak memperbolehkanku untuk bertemu dengannya lagi. Hari ini, kalau kamu tidak menelepon ayahku, mungkin aku tidak akan bisa datang," Rudi tersenyum dengan pahit. "Sebenarnya, aku menyukai Tiara."     

"Kamu menyukainya? Memang benar sih, ia punya wajah yang cantik dan tubuh yang indah. Ia tidak menuntut, tidak membuat masalah dan tidak memaksamu untuk menikah dengannya …" kata Nico. "Aku dengar ia akan pergi besok. Jangan lewatkan kesempatanmu malam ini."     

"Nico, apa yang kamu pikirkan?" Rudi meninju pundak Nico dengan pelan.     

"Aku hanya mengatakan apa yang ada di hatimu. Kalau tidak, kamu tidak akan mau mengatakannya," pandangan Nico tertuju ke arah Tiara yang sedang memandang balik ke arahnya, "Ia sedang melihat kita. Cepat datangi dia."     

Rudi meminum anggur di gelasnya dan bangkit berdiri, berjalan ke arah Tiara.     

Saat melihat Rudi menghampiri, Anya tersenyum dan berkata, "Tiara, tidak usah pedulikan kita. perglah."     

"Terima kasih. Aku senang bisa bertemu dengannya sebelum aku pergi," Tiara bangkit berdiri dan berjalan ke arah Rudi untuk menemuinya.     

Rudi memandangnya sambil tersenyum. "Aku dengar kamu akan pergi besok?"     

"Iya. Aku sudah mau pulang dan mengemasi barangku. Apakah kamu bisa mengantarku pulang?" tanya Tiara.     

"Baiklah," setelah berpamitan, Rudi pergi bersama dengan Tiara.     

Saat Harris hendak menghentikannya, Nadine langsung mencegahnya.     

Setelah Rudi dan Tiara sudah pergi, Nadine berkata, "Harris, Tiara akan pergi besok. Mungkin ia tidak akan penrah bertemu dengan Rudi lagi. Mengapa kamu berusaha untuk menghalanginya?"     

"Keluarganya tidak bisa menerima Tiara. Ada baiknya ia tidak berhubungan dengan Rudi lagi. Apa gunanya ia bertemu dengannya?" kata Harris dengan suara dingin.     

"Tidak semua cinta di dunia ini akan berakhir dengan hasil yang sempurna. Asalkan mereka bahagia itu sudah cukup. Setidaknya, mereka bisa mengakhiri hubungan mereka dengan baik-baik, tanpa ada yang menggantung. Mungkin setelah itu, mereka bisa memulai kehidupan yang baru. Tetapi kalau mereka tidak mau berpisah, mungkin suatu hari nanti mereka bisa bersama kembali. Itu sebabnya aku mengatur agar mereka bisa bertemu. Serahkan saja pada mereka, apakah mereka masih ingin bersama, atau ingin berpisah," kata Anya.     

Tidak ada yang tahu apakah keputusan Rudi dan Tiara malam itu. Tidak ada yang tahu apakah mereka memutuskan untuk tetap berhubungan atau berpisah sementara atau mungkin berpisah selamanya.     

Tetapi malam itu, Rudi menginap di apartemen Tiara hingga subuh dan akhirnya mereka berpisah di jalan mereka masing-masing.     

Kalau mereka memutuskan untuk berpisah selamanya, setidaknya tidak ada penyesalan di antara mereka dan hati mereka sudah damai dengan keputusan tersebut.     

Kalau mereka memutuskan untuk berpisah sementara, mungkin suatu hari nanti, takdir akan mempersatukan mereka kembali.     

…     

Keesokan paginya, Hana dan Harris pergi ke bandara untuk mengantar Tiara pergi.     

Rosa memegangi tangan Tiara dengan air mata membanjiri wajahnya. "Tiara, bibi minta maaf. Bibi minta maaf karena sudah membuatmu menderita."     

"Bibi, aku benar-benar menyukai Rudi. Walaupun waktu yang kita habiskan bersama sangat singkat, aku sudah cukup senang," kata Tiara sambil tersenyum. "Jaga dirimu baik-baik. Jaga kesehatanmu. Sekarang krisis perusahaan paman sudah berlalu. Kamu harus hidup dengan bahagia."     

"Jangan khawatir. Aku akan menjaga diriku. Kamu juga harus jaga kesehatanmu," kata Rosa.     

"Aku ingin berbicara dengan ibu angkatku dulu sebentar," kata Tiara sambil tersenyum.     

Setelah Rosa perig, Hana menggenggam tangan Tiara dengan erat, merasa enggan untuk ditinggalkan oleh gadis itu.     

"Tiara, tidak peduli seberapa sibuknya kamu, ingatlah untuk menghubungiku," kata Hana dengan suara tercekat.     

Tiara mengangguk dan balas menggenggam tangan Hana.     

"Kemarin malam aku melihat Rudi. Apakah ia mengatakan sesuatu?" tanya Hana.     

"Aku menyukainya, tetapi aku tidak bisa bersama dengannya. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah pergi agar tidak menjadi beban untuknya," kata Tiara sambil tersenyum pahit.     

Tiara benar-benar mengagumi dan menyukai Rudi. Tetapi ia juga tahu bahwa ia harus melangkah maju, ia harus terbang lebih tinggi dan ia harus meraih hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan begitu, ia tidak akan menjadi beban di hidup Rudi. Ia bisa menjadi sosok yang pantas di mata kedua orang tua Rudi.     

Hana mengelus kepala Tiara dengan lembut. Ia tahu betapa sakit hatinya Tiara saat harus menerima semua ini, tetapi Tiara hanya tersenyum.     

"Aku takut kegelapan, tetapi cahaya Rudi terlalu terang untukku. Tentu saja aku menyukai cahaya yang menghangatkan itu. Aku ingin berada di sisinya, tetapi aku takut kegelapanku akan meredupkan cahayanya," Tiara adalah gadis yang sangat rendah hati. Ia tidak mau meminta lebih dari apa yang Rudi bisa berikan untuknya.     

"Terkadang, cinta adalah sebuah perasaan yang tidak bisa dipaksakan. Biarkan takdir yang membawamu berjalan," kata Harris dengan tenang.     

Tiara memandang ke arah pesawat yang ada di luar jendela bandara dan tersenyum. "Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Sama seperti menunggu sebuah kapal di bandara, tidak akan pernah datang."     

"Suatu hari nanti, pesawat yang kamu dambakan akan datang ke bandaramu. Mungkin orang itu Rudi, atau mungkin juga bukan. Ibu akan selalu mendukungmu untuk mencapai mimpimu, menjadi dirimu yang lebih baik. Kalau saat hari itu tiba, Rudi masih mencintaimu, kamu pasti sudah punya keberanian untuk mengejarnya. Kalau Rudi sudah memiliki pendamping yang baru, kamu juga sudah punya keberanian untuk mencari pria yang lebih baik untukmu," kata Hana.     

"Terima kasih, Bu, untuk dukungannya. Aku akan berjuang," kata Tiara dengan tatapan tegas.     

Saat Rudi tiba di bandara, Harris dan Hana sudah pergi. Ia melihat Tiara sedang memeluk Rosa. Rosa kembali bersama dengan putranya, yang merupakan sepupu Tiara. Mereka saling berpamitan.     

Rudi bisa melihat Tiara, tetapi Tiara tidak mengetahui kehadirannya.     

Rudi mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan pada Tiara.     

Rudi : Tiara, kalau suatu hari nanti, kamu sudah lelah berjuang sendiri dan membutuhkan seseorang untuk berjalan bersamamu. Jangan lupa untuk mencariku. Kalau aku masih sendiri, aku akan menikahimu!     

Melihat pesan tersebut, Tiara merasakan air mata mengalir dari sudut matanya.     

Ia benar-benar kesal sekaligus terharu. Pesan itu benar-benar menunjukkan sifat Rudi yang ia cintai. Rudi memintanya untuk mencarinya, tetapi pria itu tidak berjanji untuk menunggunya.     

Tiara tidak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa. Tetapi memang begitu lah pria yang ia cintai. Sekarang, ia hanya bisa berharap pada takdir.     

Sebelum pesawatnya berangkat, pramugari memperingatkan agar semua orang mematikan ponsel mereka. Sebelum mematikan ponselnya, Tiara menyempatkan diri untuk membalas pesan Rudi.     

Tiara : Kalau suatu hari nanti, aku sudah lelah berjuang sendiri dan membutuhkan seseorang untuk berjalan bersamaku, aku akan mencari pria yang lebih tampan dan lebih kaya darimu. Kalau aku tidak menemukannya, baru aku akan mencarimu!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.