Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Harus Terus Bersabar



Harus Terus Bersabar

0"Maafkan aku. Aku benar-benar mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu dan aku takut akan mati meninggalkanmu sendirian. Aku takut kamu akan sedih sehingga aku tidak berani untuk tetap berada di sampingmu. Tetapi sekarang aku sudah kembali. Bisakah kamu memberiku kesempatan lagi?" kata Henry sambil memeluk Maddison.     

"Kesempatan lagi? Apakah kamu tidak paham? Kalau kamu ingin memulai kembali, buatlah janji terlebih dahulu. Pergilah ke barisan paling belakang dan mengantri," Rio langsung menyelanya.     

"Kamu bisa keluar dari sini," Maddison langsung menendang Rio keluar.     

Begitu menyadari bahwa ia dalam posisi yang tidak menguntungkan, Rio langsung memelas di hadapan Maddison. "Kak, setiap hari Maya selalu menyuruhku untuk bekerja keras. Ibuku juga menyita uang jajanku. Kamu tidak boleh mengusirku. Aku tidak punya uang untuk makan."     

"Adikku mengadakan pesta pernikahannya malam ini. kamu boleh datang dan ikut," kata Henry.     

"Siapa kamu?" Rio memandang Henry dengan tatapan menantang.     

"Bos di balik klub kesayanganmu. Kalau kamu berhubungan baik dengannya, mungkin ia akan memberikan black card agar kamu bisa memesan apa pun di klubnya," kata Maddison sambil tertawa.     

"Kakak ipar, halo! Aku Rio. Ibu baptisku adalah bibi Kak Maddison. Kak Maddison adalah sepupuku. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya," Rio langsung berubah drastis. Matanya seolah mengatakan bahwa ia adalah anak baik-baik yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan Maddison dan menanti black card dari Henry.     

Henry memahami maksud Maddison. Gadis itu berharap bahwa ia akan memberikan black card pada Rio dan segera mengusirnya dari ini."     

"Black card hanya khusus untuk pemilik saja. Apakah kamu mau kartu emas? Batas pemakaiannya dalam sehari adalah 20 juta. Sisanya kamu bisa membayarnya sendiri," Henry mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu emas miliknya.     

"Terima kasih, kakak ipar!" Rio langsung menerima kartu itu dengan senang. 20 juta sudah lebih dari cukup!     

Itu bahkan cukup untuknya dan Jason!     

"Bisakah kamu pergi sekarang?" Maddison mendengus dengan dingin.     

"Aku pergi sekarang. Kalian bisa mengobrol. Sampai jumpa nanti malam." Setelah menerima kartu itu, Rio langsung melarikan diri.     

Henry memeluk Maddison di pelukannya dengan sangat erat, membuat Maddison merasa sedikit malu. Mereka masih berada di depan kliniknya!     

"Bagaimana kalau kita ke kantorku dulu untuk berbicara?" Maddison mengambil buket bunga dari atap mobilnya dan memasuki kliniknya kembali. Sementara itu, Henry langsung mengikutinya dari belakang.     

Setelah masuk, Henry langsung menyapa semua pegawai dengan sopan. Beberapa pegawai yang lama mengenalinya dan menyapanya dengan hangat.     

Kantor Maddison masih sama seperti dua tahun lalu. Lukisan pemberian Henry juga masih ada di atas mejanya.     

"Kamu masih menyimpannya?" hati Henry terasa sangat hangat saat melihatnya.     

"Aku tahu aku memiliki sifat yang buruk. Aku sering sekali marah-marah padamu, tetapi kamu selalu sabar menghadapiku. Tetapi hari itu, kamu marah dan pergi, tidak pernah kembali lagi. selama dua tahun terakhir, aku menyesali semuanya. Aku merasa sudah membuatmu sangat marah."     

Maddison memeluk pinggang Henry dengan erat. "Dua tahun berlalu, tetapi aku masih mencintaimu. Aku tidak pernah sekali pun melupakanmu. Terima kasih sudah kembali padaku …"     

"Maddy, aku minta maaf karena aku tidak punya nyali untuk memberitahumu yang sebenarnya. Sebelum aku pergi ke luar negeri untuk berobat, aku tidak tahu apakah pengobatan itu akan berhasil atau tidak. Kalau aku mati, aku tidak mau membuatmu larut dalam kesedihan. Aku meninggalkanmu dengan kejam, tanpa memberimu penjelasan sama sekali. Kalau aku tahu kamu terus menyesali dan menyalahkan dirimu, aku pasti akan kembali untuk menjelaskannya kepadamu," Henry mengecup kening Maddison dengan lembut. "Maddy, apakah kamu tahu bagaimana aku menghabiskan dua tahun terakhir?"     

"Bagaimana kamu bisa sembuh?" Maddison mengajaknya untuk duduk di sofa.     

"Selama dua tahun terakhir, rambutku rontok, aku tidak bisa makan dan aku sudah mau menyerah. Tetapi setiap hari aku selalu membaca chat lama darimu dan mendengar rekaman suaramu. Aku juga membaca semua pesan darimu, tetapi aku tidak berani membalasnya," kata Henry.     

"Mengapa kamu kembali?" tanya Maddison.     

"Setengah bulan yang lalu, aku melihat fotomu dan seorang pria di media sosial. Aku khawatir kalau aku tidak kembali, aku benar-benar akan kehilanganmu," kata Henry.     

Maddison tertawa. "Kalau aku tahu bahwa cara itu akan berhasil membawamu kembali, seharusnya aku melakukannya lebih awal."     

Maddison sempat bertaruh dengan Rio sebelumnya. Rio bilang Maddison tidak akan berani memposting foto mereka saat makan bersama di media sosial. Maddison yang tidak terima akhirnya terpancing dan mengunggahnya.     

Tetapi ia tidak menyangka bahwa taruhan konyol itu akan membuat Henry kembali!     

Henry tersenyum dan memandang ke arahnya. "Maddy, sebelum kembali, aku merasa sangat bimbang. Aku takut kamu sudah melupakan aku dan jatuh cinta pada orang lain. kalau aku tidak kembali, mungkin aku masih bisa hidup di dalam kenangan masa lalu kita.     

"Kalau kamu tidak kembali, kamu hanya akan memiliki kenangan masa lalu saja dan aku akan menikah dengan pria lainnya." Maddison memeluk leher Henry. "Katakan padaku dengan jujur. Bagaimana kondisimu sekarang? Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"     

"Dokter bilang, kalau aku memperhatikan kesehatanku dan menjaganya baik, aku tidak akan punya masalah dalam 20 tahun ke depan. Dengan kemajuan pengobatan dan teknologi, mungkin akan ada pengobatan yang bisa memperpanjang hidupku. Maddison, aku hanya bisa menemanimu dalam beberapa tahun, mungkin tidak bisa selamanya. Apakah kamu bersedia menghabiskan 20 tahun itu denganku?" tanya Henry dengan suara lembut.     

Mata Maddison memerah. "Kamu sangat bodoh. Mengapa kamu masih memikirkan orang lain? tidak bisakah kamu sedikit egois? Kamu punya 20 tahun untuk menemaniku. Jadi kamu harus bersama denganku setiap hari. Jangan pikirkan apa yang akan terjadi dalam 20 tahun lagi. Kita tidak akan punya penyesalan lagi."     

"Aku tidak bisa menemanimu seumur hidup. Apakah kamu tidak keberatan?" suara Henry terdengar tercekat.     

"Aku tidak keberatan meski kamu tidak bisa menemaniku. Tanpa kamu, hidupku terasa seperti abu-abu. Henry, kamu masih punya harapan. Dokter bilang pengobatan sudah semakin maju. Kita harus menghabiskan sisa waktu kita bersama. Jangan tinggalkan aku lagi, ya?" kata Maddison dengan air mata di wajahnya.     

Henry langsung menghapus air mata itu. "Baiklah. Kita tidak akan pernah berpisah lagi."     

…     

Jam 7 malam, Henry dan Maddison muncul di klub bersamaan sambil bergandengan tangan.     

Melihat mereka berdua, Sabrina langsung menghampiri mereka untuk memberikan ucapan selamat. "Maddy, Henry, selamat!"     

"Selamat juga untukmu. Akhirnya kamu berhenti menjadi wanita yang tidak tahu diri," kata Maddison dengan dingin.     

"Ah, Maddy, apakah kita tidak bisa berbaikan? Kamu tidak menyukaimu karena sejak kecil aku merebut kedua pamanmu dan kakakmu. Sekarang kita semua adalah keluarga. Kamu sudah memiliki pria yang mencintaimu sepenuh hati. Biarkan yang berlalu, berlalu saja!" Sabrina tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Maddison.     

Tetapi Maddison malah memukul tangan itu. "Saat aku masih kecil, kakak dan kedua pamanku selalu bersama denganmu. Saat sudah besar pun, kamu masih mengambil keuntungan dari kami. Saat kamu menikah dengan pamanku, aku harus memanggilmu bibi. Memikirkannya saja membuatku kesal!"'     

"Ibumu tetap memanggil ibu Arka dengan sebutan nama dan ibu Arka sama sekali tidak keberatan. Kalau tidak ada orang, kamu bisa tetap memanggilku Sabrina. Kamu hanya perlu berpura-pura di hadapan para orang tua. Kita tumbuh bersama sejak kecil. Aku tidak peduli bagaimana pun kamu memanggilku," Sabrina tersenyum dan berkata. "Apakah kamu mau berteman denganku?"     

"Kamu adalah orang yang pengertian. Aku mau berteman denganmu!" akhirnya Maddison mau menjabat tangan Sabrina.     

"Maddy, kamu kembali bersama dengan Henry?" saat Mason tiba, ia tidak sengaja melihat adiknya dan Henry sedang bergandengan tangan.     

"Iya. Kita sudah baikan dan tidak akan berpisah lagi," kata Maddison dengan serius.     

"Memang cinta sejati tidak akan bisa dipisahkan. Kamu harus memperbaiki sifatmu yang pemarah itu. Henry memiliki karakter yang baik sehingga ia selalu sabar padamu," Mason menepuk pundak Henry. "Adik ipar, kamu sudah bekerja keras. Kamu sendiri yang memilih Maddy, jadi kamu harus banyak bersabar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.