Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pulang dengan Marah



Pulang dengan Marah

0"Ibu, Sabrina tidak mengetahui apa pun. Kamu hanya akan membuatnya salah paham. Kak Ivan mengurus perusahaan cabang luar negeri dan ia membangun kekuatannya sendiri. Sebaliknya, Aiden lah yang mundur ke layar belakang dan tidak mengurus Atmajaya Group lagi. Ia tidak memiliki posisi apa pun di Atmajaya Group," kata Raka sambil tersenyum.     

"Nenek, apakah kamu mau melihatku sedih seumur hidupku?" tanya Sabrina dengan sedih.     

"Kalau kamu menikah dengan Arka dan menjadi menantu Aiden, kamu tidak akan pernah bahagia seumur hidupmu," Irena sama sekali tidak luluh.     

Pada saat itu, Raisa tiba-tiba datang dari pintu. Seorang supir dari Keluarga Atmajaya membantunya untuk membawa koper di belakangnya.     

"Aku pulang!" teriak Raisa dengan keras sambil berjalan masuk. "Tidak adakah yang ingin menyambutku?"     

"Itu suara Raisa!" Irena merasa sangat gembira. Ia benar-benar mencintai putri kesayangannya itu. Tetapi Raisa malah menikah dengan Ivan dan menetap di luar negeri.     

"Kak Raka, Kak Della, aku pulang!" Raisa menyapa Raka dan Della saat melihat mereka.     

"Bibi, lama tidak bertemu. Aku merindukanmu!" Sabrina langsung menghampirinya dan memeluk Raisa dengan erat.     

"Kamu sudah besar dan mau menikah. Mengapa kamu memelukku begitu erat hingga hampir membuatku terjatuh seperti ini?" keluh Raisa. Sekarang ia sedang menggunakan sepatu hak tinggi dan hampir keseleo karena menahan berat Sabrina.     

Sabrina langsung membantunya. "Bibi, apakah kamu membawakan oleh-oleh untukku?"     

"Katanya kamu merindukan aku? Mengapa kamu malah meminta oleh-oleh dariku?" Raisa meminta supirnya untuk membawa kopernya. Ia membukanya dan berniat untuk membagikan oleh-oleh yang ia bawakan.     

"Apakah kamu tidak melihat ibumu yang sudah lama duduk di sini?" Irena sedang duduk di sofa. Siapa tahu ternyata Raisa tidak melihatnya sampai berniat untuk membagikan oleh-oleh terlebih dahulu.     

"Ibu, aku merindukanmu!" Raisa langsung menyuruh Sabrina untuk mengambil oleh-olehnya sendiri. Ia langsung berlari ke arah Irena dan bersikap seperti seorang bayi di hadapan ibunya.     

Irena memiringkan kepalanya. "Kamu masih ingat ibumu? Setelah menikah kamu terus berkeliling dengan suami dan anakmu. Kamu tidak pernah pulang dan menjengukku."     

"Bukankah aku sudah kembali saat tahun baru?" kata Raisa.     

"Itu sudah berapa bulan yang lalu? Apakah kamu tidak bisa kembali lebih sering?" tanya Irena. Matanya terasa panas dan air matanya hampir mengalir.     

Raisa langsung memeluknya dengan erat. "Ibu, bukankah aku sudah kembali sekarang? Aku akan berada di Indonesia cukup lama dan menemanimu."     

"Mengapa kamu tidak bilang pada kami kalau kamu pulang? Kakakmu bisa menjemputmu di bandara," Irena memandang ke arah supir Keluarga Atmajaya. "Apakah Ivan tidak pulang denganmu?"     

"Kak Ivan masih sibuk. Ia akan kembali saat pesta pernikahan Sabrina. Awalnya, Kak Maria berniat untuk menjemputku dan membawaku pulang ke rumah Keluarga Atmajaya. Tetapi aku memilih untuk tinggal denganmu. Apakah ibu mau menampungku?" tanya Raisa dengan manja, sambil memegang lengan Irena.     

"Tentu saja saat kamu kembali, kamu harus tinggal di rumah ibu. Kakakmu sama sekali tidak perhatian. Ibu lebih menyukaimu, tetapi kamu malah meninggalkan ibu. Ibu benar-benar menderita!"     

Irena mengeluh dengan sedih. "Ibu sudah bilang pada kakakmu kalau Sabrina tidak boleh menikah dengan putra Aiden, tetapi tidak ada yang mendengarkan kata-kataku. Kamu kembali tepat waktu. Bantu ibu untuk membujuk mereka."     

"Ibu, memangnya ada apa dengan putra Aiden?" tanya Raisa.     

"Aiden adalah orang yang kejam. Arka benar-benar mirip dengannya. Masih muda saja ia sudah kejam dan licik seperti ayahnya. Kalau Sabrina menikah dengannya, ia pasti akan menderita. Aku sudah bilang lebih baik Sabrina menikah dengan Mason saja. Nico kan teman dekat Raka dari masih kecil. Menjadi menantu Nico tidak akan membuatnya menderita. Selain itu, Mason hanya punya satu saudara perempuan, yang pada akhirnya juga akan menikah. Sabrina tidak akan pernah menderita. Tara juga ibu yang baik dan terus terang. Tidak peduli dari sisi mana pun, Mason adalah pilihan yang lebih baik," kata Irena dengan serius.     

"Ibu, apa yang kamu katakan memang benar. Arka memang sama persis, seperti duplikat Aiden. Kalau tidak, mana mungkin ia bisa mengurus Atmajaya Group di usia semuda ini. Karena itu lah, sayang sekali kalau sampai Sabrina melewatkan pria seperti Arka," Raisa tersenyum.     

"Aku tidak bilang bahwa Arka buruk. Tetapi lebih aman kalau Sabrina menikah dengan Mason," kata Irena.     

Raka tidak mengatakan apa pun, tetapi diam-diam ia mengedipkan matanya ke arah Raisa. Di situasi semacam ini, Raka dan Della sama sekali tidak bisa berkata apa pun, jadi mereka hanya bisa mengandalkan Raisa.     

Sabrina juga terlibat dalam pembicaraan ini dan tidak mudah baginya untuk membela Keluarga Atmajaya.     

Raisa membalas kedipan mata dari kakaknya itu dan kemudian menggenggam tangan ibunya. "Ibu, kamu pikir Mason adalah pilihan yang paling aman karena ia cerdas dan bertanggung jawab. Ia dan Arka yang memimpin Atmajaya Group bersama-sama. Kemampuannya juga tidak bisa diragukan. Tetapi mereka berdua memiliki usia yang tidak jauh berbeda dan kemampuan yang sama-sama hebat. Menurutmu mengapa Arka menjadi CEO dan Mason hanyalah wakil CEO?"     

"Itu …" Irena terlihat malu. "Itu karena Mason tidak memiliki dukungan dari ayahnya. Walaupun Nico adalah pria yang baik, ia tidak bisa diandalkan seperti Aiden. Di Atmajaya Group, Aiden jauh lebih berkuasa dari Mason sehingga putranya lah yang menjadi CEO."     

Della diam-diam memberikan jempolnya ke arah Raisa. Memang hanya Raisa seorang saja yang bisa menaklukan Irena.     

Irena sama sekali tidak mau mendengarkan kata-kata orang lain. Tetapi ia selalu mendengarkan kata-kata putri kesayangannya. Ini benar-benar seperti sebuah keajaiban.     

"Ibu, aku tahu kamu memahami apa yang terjadi. Kalau Sabrina menikah dengan Arka, tidak akan ada yang berani melawan Sabrina. Semua orang di Keluarga Atmajaya sangat menghormati Aiden. Sementara itu, kalau Sabrina menikah dengan Mason, Arka dan Aksa malah akan menjadi paman Sabrina. Sabrina harus memanggil Aiden dengan sebutan ayah. Bukankah itu akan semakin buruk?" Raisa berusaha untuk membujuk ibunya. "Aku rasa, Arka adalah pilihan yang baik. Ia adalah anak tertua Adien. Bahkan kalau menikah dengan Aksa sekali pun, Sabrina masih kalah pangkat dengan Arka nantinya.     

"Apakah menurutmu menikah dengan Arka adalah yang terbaik? Aiden memiliki tiga anak laki-laki dan satu perempuan. Kalau menikah dengan Arka, Sabrina hanya akan mendapatkan seperempat dari harta mereka. Nico hanya memiliki satu putra dan satu putri. Kalau Sabrina menikah dengan Mason, maka ia akan …"     

"Nico tidak punya apa pun selain saham Atmajaya Group. Tetapi bagaimana dengan Aiden? ia memiliki banyak properti, baik di Indonesia mau pun di luar negeri. Aku dengar ia juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang investasi," Raisa menyela kata-kata ibunya.     

Della cukup cerdas sehingga ia langsung ikut menimpali kata-kata Raisa. "Ibu, bagaimana kalau kita melihat jauh ke depan. Dengan Aiden yang mendukung dan membuka jalan, bukankah semua anak-anaknya akan hidup dengan bahagia di kemudian hari? Nico hanya memiliki saham dan tidak bisa memberikan apa pun kepada anak-anaknya. Tidak mungkin aku membiarkan Sabrina untuk debut menjadi artis kan?"     

Irena memandang ke arah Sabrina dan kemudian Raka dan Della yang sedang berdiri di samping sofa. "Aku tahu kalian semua mendukung pernikahan ini. tetapi aku khawatir Sabrina akan menderita."     

"Nenek, aku tidak akan menderita. Mulai sekarang, aku akan hidup dengan sangat bahagia bersama dengan Kak Arka," kata Sabrina sambil tersenyum.     

"Kamu … Kalau bibimu berkata seperti itu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lupakan saja. kalian semua sudah menyetujui pernikahan ini, apa yang bisa aku lakukan? Tetapi hari ini aku membuat Aiden dan Anya pulang dengan marah. Aku rasa akan sulit menangani masalah ini," kata Irena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.