Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Mau Membatalkan Pesta Pertunangan



Tidak Mau Membatalkan Pesta Pertunangan

0"Anya, Raka dan Della memang tidak akan peduli dengan lamaran ini. Sabrina juga pasti mau menikah dengan Arka. Tetapi Irena juga akan menjadi bagian dari keluarga kita. Ditambah lagi, ia adalah orang tua. Kamu juga harus memikirkan mengenai Raisa. Ia bahkan meminta maaf di hadapan semua orang hari ini. Bukankah itu artinya ia menginginkan agar kita datang lagi untuk melamar besok?" kata Maria.     

Anya menghela napas. "Kak, kalau begitu telepon lah Arka saja. Jangan biarkan Aiden tahu mengenai hal ini."     

Aiden baru saja keluar dari kamar mandi ketika ia mendengar Anya mengatakan agar Maria tidak memberitahunya. Di pinggangnya, terdapat handuk mandi dan tangannya juga membawa sebuah handuk kecil lainnya. Ia berjalan masuk sambil mengeringkan rambutnya.     

Melihat Aiden datang, Anya langsung menutup telepon dan berkata sambil tersenyum. "Kemarilah. Biar aku mengeringkan rambutmu."     

Aiden duduk di tempat tidur sambil cemberut. "Apa yang tidak boleh aku ketahui?"     

"Kamu mendengarnya?" Anya tertawa. "Ini bukan masalah yang penting. Raisa ingin kita pergi ke rumah Keluarga Mahendra lagi untuk melamar Sabrina dan Kak Maria setuju untuk pergi ke sana menggantikan kita."     

Aiden menoleh dan memandang ke arah Anya. "Apakah perlu kita pergi ke sana lagi untuk melamar?"     

Anya mengusap bulir-bulir air yang terjatuh dari rambut Aiden dan berkata sambil terus bekerja. "Aku merasa itu tidak perlu. Kita sudah pergi ke sana dan memberitahu ketulusan kita. Aku yakin Raka dan Della juga tidak akan menentang. Tetapi kita tidak boleh memikirkan diri sendiri, kita juga harus memikirkan mengenai Raisa. Bagaimana pun juga, Keluarga Mahendra itu adalah keluarga Raisa. Tidak baik kalau kita berseteru dengan ibunya seperti ini."     

"Ia terus membahas mengenai masa lalu dan ingin memperlakukan kita. Mengapa aku harus memikirkannya?" kata Aiden dengan dingin.     

Anya memeluk leher Aiden sambil menyandarkan kepalanya di pundak Aiden. "Aiden, biarkan saja Kak Maria dan Arka yang pergi. Aku dan kamu tidak akan pergi. Selama hasilnya baik-baik saja, Arka dan Sabrina akan bahagia."     

"Apakah kamu juga merasa aku salah dulu?" Aiden tidak pernah merasa apa yang ia lakukan sebelumnya itu salah. Kalau tidak ada yang salah, mengapa ia harus meminta maaf pada Irena?     

"Raisa lah yang melakukan kesalahan dulu dan ia sudah seharusnya dihukum. Tetapi Bibi Irena juga tidak salah. Ia hanya mencintai putrinya dan tidak tega melihat putrinya seperti itu. Hingga pada akhirnya ia melampiaskan kekesalannya padamu," Anya mencium pipi Aiden. "Setidaknya lakukan ini untuk aku."     

"Kalau Irena berhasil mendapatkan keinginannya kali ini, apa yang akan ia lakukan nanti? Lama kelamaan ia akan merasa seperti di atas angin. Aku tidak mau ia mempermalukanmu lagi," Aiden mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Anya. "Aku tidak mau kamu merendahkan dirimu ."     

Anya berbalik dan duduk di pangkuan Aiden, "Aku tidak masalah kalau harus merendahkan diriku demi kebahagiaan putraku. Kalau Bibi Irena merasa bahwa kita harus datang lagi ke rumah Keluarga Mahendra untuk menunjukkan ketulusan kita, aku tidak masalah. Suatu hari nanti, Sabrina akan menjadi keluarga kita."     

"Tipe orang seperti Irena tidak akan pernah puas. Aku tidak mau kalau suatu hari ia berulah," kata Aidne.     

"Aku tahu, aku tahu," Anya menguap dan bersandar di dada Aiden. "Aiden, aku rasa aku belum banyak menurunkan berat badan. Bagaimana kalau aku terlambat."     

"Kalau begitu, ayo kita berolahraga yang sehat," Aiden menundukkan kepalanya dan mencium bibir Anya.     

Olahraga mereka memang sehat dan sangat panjang. Namun, hanya tubuh Aiden saja yang semakin kuat, sementara Anya merasa lelah dan pusing.     

Padahal, ia berada dalam posisi yang pasif, hanya berbaring di tempat tidur. Mengapa ia begitu lelah?     

Yang membuatnya begitu kesal lagi, ia begitu lelah, mengapa ia tidak kurus juga?     

…     

Keesokan harinya, Maria dan Raisa pergi ke rumah Keluarga Mahendra untuk melamar Sabrina lagi. Tara dan anak-anaknya pergi ke rumah Anya untuk berkumpul dan minum teh bersama.     

"Di mana Aiden?" begitu Tara masuk ke dalam rumah, ia melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak ada Aiden di sana.     

"Tara, tolong aku! Cari cara agar aku kurus dalam waktu dekat. Aku terlalu gendut," kata Anya dengan panik.     

Tara tertawa. "Kamu sih, baru mulai diet saat putramu mau menikah. Aku tahu kamu pasti tidak mau terlihat gendut di pernikahan putramu. Mulai hari ini, selain olahraga, perhatikan juga pola makanmu. Apakah kamu mau akupuntur? Ada titik-titik yang digunakan untuk menahan napsu makan. Efeknya pasti akan lebih bekerja."     

"Apakah tidak ada cara lain? Aku tidak suka jarum. Bagaimana kalau dengan pijat atau obat?"     

"Aku tidak tahu bagaimana caranya. Apakah kamu mau obat pencahar? Aku yakin kamu bisa turun 2 sampai tiga kilo dalam 3 hari saja," kata Tara setengah bercanda.     

Anya menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tidak kuat sakit perut. Apakah tidak ada cara yang mudah untuk diet? Kalau bisa yang santai, sambil tiduran saja."     

"Diet sambil tiduran? Kalau kamu koma, mungkin kamu bisa kurus," jawab Tara dengan serius.     

"Coba periksa kondisiku. Apakah berat badanku bisa turun kalau aku mengurangi makanku. Aiden takut aku kurang nutrisi, tetapi kalau aku banyak makan, aku akan gendut," Anya mengulurkan tangannya dan membiarkan Tara melihat tensinya     

Tara memeriksa kondisi Anya dan kemudian berkata dengan serius. "Apakah kamu tahu mengapa kamu gemuk?"     

"Tidak. Apakah kamu tahu?" tanya Anya.     

"Kamu gemuk karena tubuhmu lemah sehingga metabolisme-mu lambat. Kamu harus berusaha untuk memperbaiki kesehatanmu. Kalau kondisi kesehatanmu membaik, metabolisme-mu juga akan ikut membaik. Lemak-lemak di dalam tubuhmu juga akan terurai. Jadi, patuhlah padaku, biar aku memberimu akupuntur," Tara mengeluarkan jarum yang dibawanya.     

Saat Anya melihat jarum itu, semua bulu kuduknya berdiri. "Mengapa rasanya dulu jarummu itu lebih kecil? Ini kelihatan sangat tebal!"     

"Aku sudah semakin tua dan penglihatanku memburuk. Oleh karena itu jarumnya lebih besar agar aku bisa melihatnya dengan jelas," kata Tara dengan serius.     

Hari itu, karena jarum-jarum Tara, Anya terus mengerang dan merintih kesakitan. Tetapi ajaibnya, dalam minggu itu, Anya turun sebanyak tiga kilogram.     

Tidak perlu melakukan diet. Hanya perlu melakukan akupuntur dan olahraga dengan rajin, Anya sudah cukup puas dengan hasil itu.     

Raisa dan Nadine sudah menghubungi event organizer dan sedang sibuk mempersiapkan pesta pertunangan. Tidak ada yang menanyakan pendapat Anya sama sekali. Setelah itu, Anya baru tahu bahwa semua ini karena Aiden.     

Aiden mengatakan pada semua orang bahwa Anya berniat untuk mempersiapkan pernikahan Aksa dan Adrian di kemudian hari. Dan ia juga berniat untuk membantu persiapan pernikahan untuk Adel.     

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menjadikan pesta pertunangan Arka sebagai latihan.     

Saat Raisa mendengar hal ini, ia merasa Anya tidak boleh dilibatkan dalam acara Arka dan Sabrina.     

Della masih mempermasalahkan kurangnya keterlibatan Anya, tetapi saat mendengar bahwa Anya ingin menggunakan pertunangan Arka sebagai latihan untuk anak-anaknya yang lain, Della langsung tidak setuju.     

Oleh karena itu, Della, Raisa dan Nadine, mereka bertiga lah yang sibuk dengan pernikahan Arka dan Sabrina. Sementara itu, tidak ada yang mengganggu Anya dan tidak ada yang bertanya pendapatnya.     

Anya menjalankan hidupnya dengan santai dan memfokuskan dirinya untuk menurunkan berat badannya. Ia tidak perlu mempedulikan masalah pesta pertunangan sama sekali.     

Pesta pertunangan seharusnya dilaksanakan sesuai dengan keinginan pengantin perempuan, sehingga dari pihak Keluarga Mahendra lah yang lebih sibuk. Keluarga Atmajaya hanya perlu menyambut menantu baru mereka dengan tangan terbuka.     

…     

Satu bulan kemudian, pesta pertunangan akhirnya selesai disiapkan. Tetapi pada saat itu, tiba-tiba ada sebuah kabar bahwa Sabrina sedang mengandung.     

"Aiden, aku akan menjadi nenek!" kata Anya dengan penuh semangat. Karena sangking semangatnya, ia hampir saja melompat.     

"Beritahu Keluarga Mahendra untuk membatalkan pesta pertunangan dan langsung melaksanakan pesta pernikahan," kata Aiden dengan tenang.     

Tetapi tidak ada yang menyangka bahwa Irena tidak menyetujui pembatalan pesta pertunangan itu. Saat menelepon Anya, ia berkata, "Anya, kalau kamu tidak punya waktu untuk mempersiapkan, suruh Sabrina untuk menggugurkan kandungannya saja dulu. Pesta pertunangan itu sangat penting. Sangat penting!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.