Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Melamar untuk yang Kedua Kali



Melamar untuk yang Kedua Kali

0Aiden tidak bisa menuruti permintaan Bima begitu saja dan menyuruh Adrian untuk menikah dengan Maya. Walaupun Maya adalah pilihan yang sangat baik, Aiden tidak mau memaksa Adrian untuk menikah dengan wanita yang tidak dicintainya.     

"Ayah, Maya masih sangat muda dan baru saja mengambil alih Mawardi Group. Ia harus memusatkan semua perhatiannya pada pekerjaannya sekarang. Adrian juga sama, ia masih sangat muda. Lebih baik Aksa dan Mason terlebih dahulu saja," kata Aiden.     

Maya belum bereaksi, tetapi Nadine sudah memahami apa yang terjadi.     

"Kakek, aku hanya punya satu anak. Biarkan Maya menemaniku untuk beberapa tahun lagi. Sekarang lebih baik kita fokus pada urusan pernikahan Arka dan Sabrina, serta Maddy dan Henry. Setelah itu, kita akan membantu Aksa dan Mason untuk mencari pasangan," Nadine menyetujuinya.     

"Tidak perlu cepat-cepat menikah. Bagaimana kalau berpacaran dulu," kata Bima dengan enggan. Ia tidak mau menyerah dan terus mendesak.     

Adrian sudah memahami mengenai identitas aslinya sehingga ia langsung tahu apa yang dimaksud oleh Bima.     

Melihat wajah Adrian yang menjadi tidak sedap dipandang, Bella bergegas menghampirinya. "Kak, kakek memang sudah pikun dan bicaranya melantur. Ikuti saja apa katanya sekarang. Paling besok ia juga sudah lupa."     

Ekspresi di wajah Adrian tampak sedikit lebih lega dan setelah itu ia berkata dengan acuh tak acuh. "Masih ada Kak Aksa dan Kak Mason yang belum menikah. Aku tidak perlu terburu-buru."     

"Kakek hanya menyebutkan mengenai Kak Maya, tetapi ia melupakan Kak Adel. Padahal kalian bertiga kan seumuran," Bella khawatir Adrian akan sakit hati dengan perkataan Bima sehingga ia sengaja mengatakan kalau Bima lupa menyebutkan nama Adel. Itu membuktikan bahwa Bima memang sudah tua dan pikun.     

Tetapi Adrian memahami apa yang Bima inginkan. Karena ia sendiri sudah tahu bahwa ia tidak berasal dari Keluarga Atmajaya dan tidak memiliki hubungan darah dengan Keluarga Atmajaya. Selain anak Anya, anak perempuan lain yang ada di Keluarga Atmajaya bisa dipertimbangkan.     

Adrian mengerti apa yang ada di kepala Bima. Bima tidak mau membiarkan bibit yang sudah susah payah keluarganya bentuk, pada akhirnya jatuh ke tangan orang lain.     

"Bella, kamu sangat polos. Menyenangkan sekali kalau bisa hidup sepertimu," Adrian akhir-akhir ini selalu bekerja bersama dengan Bella dan menyadari bahwa gadis itu sangat cerdas. Ia cepat tanggap dan cepat dalam memahami pekerjaannya.     

Walaupun Bella sedikit tidak sabaran, selama Adrian mengajarinya dengan telaten dan sabar, ia pasti bisa belajar dengan sangat baik.     

Bella adalah tipe anak yang dimanjakan. Dari wajahnya saja sudah terlihat bahwa ia benar-benar polos.     

"Bisakah aku mengatakan sesuatu?" Nico berdeham pelan.     

"Mason adalah putramu dan ia sudah tidak muda lagi. Baiklah, aku akan mendengarkan apa yang kamu katakan," Bima menegur Nico terlebih dahulu sebelum mengijinkannya untuk berbicara.     

"Kakek, kita semua sudah lapar. Bagaimana kalau kita makan?" begitu Nico mengatakannya, semua orang yang hadir langsung tertawa terbahak-bahak.     

Bima langsung memelototinya. "Aku tahu kamu tidak akan bisa serius. Ya sudah, ayo kita makan!"     

"Kakek, biar aku jujur padamu. Jangan tanyakan mengenai nilai kepada seorang murid. Jangan suruh seseorang yang lajang untuk menikah. Dan jangan tanyakan kapan punya anak pada seseorang yang sudah menikah. Pertanyaan-pertanyaan itu sangat tidak disukai oleh anak-anak muda," walaupun Nico sudah berusia 50 tahunan, dari penampilannya ia masih terlihat seperti 30 tahun.     

Ia memiliki sangat banyak fans di internet. Selain penampilannya, jiwa Nico juga masih sangat muda sehingga ia memahami apa yang dipikirkan oleh anak-anak muda jaman sekarang.     

"Aku peduli pada kalian semua. Aksa dan Mason harus segera menikah. Setelah itu, Adrian, Adel dan Maya juga harus jatuh cinta, saat aku masih bisa bernapas. Kalau aku melihat kalian semua menikah, aku bisa mati dengan tenang," kata Bima dengan sedikit sensitif.     

"Ayah, jangan begitu. Pernikahan adalah masalah seumur hidup. Kamu tidak boleh mendesak, apa lagi memaksa. Berikan kebebasan saja pada mereka. Biarkan mereka menemukan jalan hidupnya sendiri dan mencari kebahagiaannya sendiri," kata Aiden dengan serius.     

Semua orang langsung mengangguk setuju.     

"Kalian semua ini …" Bima terus menggerutu.     

"Ayah, kamu adalah orang yang paling tua di keluarga ini. Kalau kamu tidak mulai makan, yang lainnya juga tidak bisa makan. Kita akan kelaparan menunggumu," Maria bergegas mengakhiri pembicaraan ini.     

Saat Bima mendengar hal ini, akhirnya ia mengangkat sendok dan garpunya. "Ayo kita makan."     

Selama makan malam, Raisa sengaja meminta maaf pada Aiden di hadapan Bima.     

"Ayah, Aiden dan Anya pergi ke rumah keluargaku untuk melamar Sabrina tadi. Ibuku sudah terlalu tua sehingga menyebabkan keributan. Hari ini aku membawa Sabrina untuk meminta maaf pada Aiden dan Anya," Raisa mengedipkan matanya ke arah Sabrina.     

Sabrina yang melihat itu langsung bangkit berdiri. Ia berjalan ke arah Aiden dan Anya, berniat untuk menuangkan minum untuk mereka.     

"Paman Aiden, Bibi Anya, aku …" tanpa menunggu, Sabrina langsung meminta maaf. Anya menggenggam tangannya dan berkata. "Sabrina, kita akan segera menjadi keluarga. Tidak perlu minta maaf pada kami. Nenekmu hanya perhatian padamu sebagai cucunya. Itu adalah sifat alami manusia. Aku bisa memahaminya."     

Anya menyentuh lengan Aiden dengan lembut dan akhirnya Aiden berkata dengan enggan. "Duduklah di samping Arka …"     

Sabrina langsung tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, ia langsung duduk di samping Arka dengan gembira.     

Saat Bima melihat semua orang berkumpul di sana, ia tidak mempedulikan mengenai keributan kecil ini.     

Malam itu, Raisa tinggal di rumah Keluarga Atmajaya dan memberikan oleh-oleh yang ia bawa pada Bima dan Maria. Setelah itu, ia berbicara pada Maria mengenai cara melamar ke rumah Keluarga Mahendra lagi.     

Maria adalah orang yang sangat pengertian. Ia tahu bahwa Aiden dan Anya sudah pergi ke rumah Keluarga Mahendra sebelumnya dan terjadi keributan di antara mereka. Maria tidak keberatan kalau ia harus datang ke sana lagi sebagai kakak ipar Aiden.     

Oleh karena itu, Maria setuju untuk pergi ke rumah Keluarga Mahendra untuk melamar Sabrina untuk yang kedua kalinya.     

Malam itu, Maria menelepon Anya. "Anya, Raisa tadi mengobrol denganku. Besok aku akan pergi ke rumah Keluarga Mahendra dengannya untuk mewakili Arka melamar Sabrina. Bagaimana menurutmu?"     

"Melamar lagi?" Anya berpikir bahwa dengan membawa Sabrina di hadapan Bima hari ini berarti lamarannya sudah berhasil.     

"Bukankah hari ini lamarannya terganggu oleh Irena hari ini? Aku pikir, kita bisa melamar sekali lagi secara resmi," kata Maria.     

"Kak, aku rasa itu sudah tidak perlu. Meskipun Bibi Irena tidak setuju, Sabrina tetap akan menjadi menantuku. Raka dan Della juga setuju. Rasanya, tidak ada gunanya mengulang lamaran lagi," Anya merasa tidak perlu pergi ke rumah Keluarga Mahendra lagi. Anya juga takut Aiden akan marah lagi.     

Sebelumnya, Aiden sudah marah besar hingga pergi dari rumah Keluarga Mahendra.     

Kalau Anya memberitahu Aiden bahwa Maria mau pergi ke rumah Keluarga Mahendra untuk melamar Sabrina lagi, Anya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Aiden.     

"Anya, Raka dan Della memang tidak akan peduli dengan lamaran ini. Sabrina juga pasti mau menikah dengan Arka. Tetapi Irena juga akan menjadi bagian dari keluarga kita. Ditambah lagi, ia adalah orang tua. Kamu juga harus memikirkan mengenai Raisa. Ia bahkan meminta maaf di hadapan semua orang hari ini. Bukankah itu artinya ia menginginkan agar kita datang lagi untuk melamar besok?" kata Maria.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.