Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjaga Jarak



Menjaga Jarak

0"Baiklah, aku akan pulang dulu. Ngomong-ngomong, apakah kamu perlu bantuanku untuk menyelidiki gadis yang dimaksud oleh Aksa?" tanya Raisa sebelum ia pulang.     

"Tidak usah. Kamu sibuk mengurus pernikahan Arka dan Sabrina. Aku sudah merepotkanmu. Biar aku yang mencari tahu dan menemui gadis itu besok. Aku ingin tahu siapa gadis yang berani membohongi putraku."     

Anya dan Raisa sama-sama setuju bahwa gadis yang meminjam uang sebesar 1 milyar pada Aksa adalah seorang penipu.     

Sebagai seorang ibu, Anya merasa bahwa ia mampu menangani masalah ini.     

Hal yang paling penting saat ini adalah menanyakan dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi pada Adrian dan juga Bella.     

Setelah Raisa pergi, Anya duduk di sofa cukup lama sambil berpikir. Ia berusaha merangkai kata-kata, bagaimana cara menanyakan hal ini pada Adrian tanpa menyakiti hatinya.     

Tetapi sebelum ia bisa berpikir, tiba-tiba saja Adrian pulang.     

"Ibu, apakah kamu mencariku?" Adrian masuk ke dalam rumah sambil membawa sekotak buah ceri.     

Melihat buah ceri, Anya langsung menyuruh pelayannya untuk mencuci buah itu dan mengirimkannya pada Adel dan Bella yang berada di lantai atas. Setengahnya lagi disajikan di hadapannya dan Adrian.     

Saat Aiden kembali, ia melihat Anya dan Adrian sedang makan buah bersama di sofa.     

"Enak sekali makannya. Apakah kamu tidak takut gemuk?" tanya Aiden dengan sengaja.     

Anya tertawa melihat suaminya menggodanya. "Makan buah tidak akan membuat gemuk."     

"Ceri? Apakah Adrian yang membelinya?" tanya Aiden sambil tersenyum.     

Sudah dua puluh empat tahun Adrian menganggap bahwa Anya dan Aiden adalah orang tuanya. Meski ia sudah mengetahui masa lalunya dan identitasnya yang sebenarnya, ia masih menganggap Anya dan Aiden sebagai orang tuanya. Ia sama sekali tidak marah dan kecewa terhadap mereka berdua.     

Menurut Adrian, Aiden dan Anya adalah orang tua terbaik yang bisa ia dapatkan.     

Baginya, tidak penting apa hubungan mereka. Yang lebih penting adalah apa yang Adrian rasakan di dalam hatinya.     

"Ayah, ayo makan bersama kami," Adrian menyapanya.     

"Aku akan mengambil satu. Kalian bicaralah dulu. Aku akan naik ke atas dan mandi," Aiden mengambil satu buah ceri dan kemudian naik ke lantai atas.     

"Ibu, ini sudah cukup lama. Apakah kamu sudah selesai berpikir apa yang ingin kamu tanyakan?" Adrian memandang Anya sambil tersenyum.     

Anya terlihat sedikit malu karena Adrian bisa melihat dengan jelas bahwa Anya ingin menanyakan sesuatu. Setelah itu, ia berkata, "Aku hanya terlalu malu untuk menanyakannya."     

"Kakek ingin menjodohkan aku dengan Maya dan memaksamu?" tanya Adrian.     

Adrian adalah anak yang cerdas dan pengertian. Ia bisa melihat bahwa ibunya terlihat ragu dan panik sehingga ia tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran ibunya.     

"Kakekmu memang berniat melakukan itu dan mengatakannya berulang kali. Siapa suruh kamu begitu luar biasa? Kakekmu tidak mau kalau sampai kamu direbut oleh gadis dari keluarga lain sehingga ia ingin menjodohkanmu dengan Maya," kata Anya sambil tersenyum.     

Adrian tertawa mendengar kata-kata ibunya. "Aku tahu keluarga ini sudah begitu baik membesarkan aku dari kecil. Kakek ingin aku membalas kebaikan kalian dengan menikahi Maya. Menurutmu bagaimana, Bu?"     

"Aku menghormati semua keputusanmu. Aku hanya ingin kamu menikah dengan wanita yang kamu cintai dan hidup bersama selamanya dengannya. Selamanya itu bukan waktu yang singkat dan bersama dengan seseorang yang tidak kamu cintai akan sangat menyakitkan. Kamu dan aku berhubungan darah. Aku hanya berharap kamu bisa hidup dengan bahagia. Tidak perlu membalas budi padaku atau pada Keluarga Atmajaya. Kalau kamu ingin membalas budi, hiduplah dengan bahagia. Itu adalah balasan yang terbaik untukku," kata Anya sambil menggenggam tangan Adrian.     

Kata-kata itu menyentuh hati Adrian yang terdalam. "Aku akan hidup bahagia dan menikah dengan gadis pilihanku. Aku akan tinggal bersama dengannya selamanya dan memiliki keluarga yang sama bahagianya dengan keluarga kita. Aku tidak akan membiarkan kamu dan ayah mengkhawatirkan aku."     

Anya mengangguk dengan lega. "Tidak perlu mendengarkan apa kata kakekmu. Biar kami yang mengurusnya. Selama ada kami di sini, kami tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu. Kami tidak akan membiarkan siapa pun merendahkanmu."     

"Terima kasih, Ibu. Aku dengar hari ini Bibi Raisa datang. Apakah ia mengatakan sesuatu?" tanya Adrian.     

"Menurutmu, apa yang ia katakan?" Anya tersenyum dan melemparkan balik pertanyaan itu pada Adrian.     

"Hari ini Bibi Risa datang ke kantor untuk menjemput Bella. Aku sempat bertemu dengannya dan menyapanya, tetapi ia sangat dingin padaku. Apakah bibi menyalahkanku karena aku memberikan terlalu banyak pekerjaan untuk Bella?" tanya Adrian.     

Anya mengerutkan keningnya. "Apakah kamu memberikan banyak pekerjaan pada Bella?"     

"Bella adalah sekretarisku dan aku memberinya pekerjaan selayaknya seorang sekretaris. Ia juga punya asisten yang bisa membantunya dan pekerjaannya relatif normal," Adrian berusaha untuk menjelaskan.     

Anya langsung memahami bahwa pekerjaan normal yang dimaksud oleh Adrian, tidak akan normal untuk seorang gadis seperti Bella. Pekerjaan itu bisa dianggap cukup berat.     

Sejak kecil, Bella dimanjakan oleh kedua orang tuanya dan tidak pernah melakukan pekerjaan berat. Hidupnya begitu mudah karena ada dua orang tua yang begitu memanjakannya.     

Adrian tumbuh besar di bawah dua kakaknya, Arka dan Aksa. Sejak kecil, ia terbiasa untuk melakukan pekerjaan seberat apa pun. Jadi, pekerjaan normal yang dimaksud oleh Adrian itu pasti sangat berat.     

"Bella masih sangat muda. Walaupun aku bilang aku berharap kamu bisa membimbing dan mengajarinya, jangan sampai Bella terlalu lelah. Bibimu sangat protektif terhadap Bella dan Bella adalah satu-satunya putrinya. Atur pekerjaan yang cukup saja untuk Bella dan biarkan ia belajar. Untuk pekerjaan lainnya, suruh asistenmu yang mengerjakannya," kata Anya.     

"Aku mengerti. Tidak heran tadi bibi memandangku dengan kesal. Mungkin ia bilang padamu bahwa aku terlalu jahat pada Bella," Adrian tertawa saat mengatakannya.     

Anya menepuk punggung tangan Adrian sambil tersenyum. "Kamu bisa melihat semua yang bibimu rasakan dari wajahnya. Tetapi sebenarnya ia bukan orang yang buruk. Ia hanya terlalu impulsif dan salah bicara hari ini. Jangan mengkhawatirkannya."     

"Ibu, apakah bibi mengatakan hal lainnya?" tanya Adrian lagi.     

"Hmm … Saat ini Bella memasuki usia yang mulai dewasa dan kamu terlalu tampan. Saat aku mengatakan ini, apakah kamu mengerti maksudnya?" Anya tidak mengatakannya dengan jelas, tetapi ia yakin putranya yang cerdas itu bisa memahami maksudnya.     

Tiba-tiba Adrian menyadari. Raisa sudah mengetahui identitasnya yang sebenarnya. Sekarang Bella bekerja untuknya di Pratama Group dan menghabiskan banyak waktu bersamanya setiap hari.     

Raisa takut Bella akan jatuh cinta padanya.     

"Bibi Raisa terlalu berpikir kejauhan. Bella hanya menganggapku sebagai kakak. Selain itu, ia juga tidak mengetahui mengenai identitasku. Bagaimana ia bisa …"     

"Bella tahu," Anya menyelanya.     

"Apa?" Adrian terdiam. "Bibi Raisa memang tidak bisa menjaga mulutnya."     

Anya melihat bahwa Adrian salah paham terhadap Raisa, tetapi ia tidak berusaha untuk menjelaskannya. Ia tidak mau memberitahu Adrian bahwa sebenarnya Bella lah yang mengintip pembicaraan mereka saat Anya dan Aiden menjelaskan mengenai masa lalu Adrian di ruang kerja.     

Ia tidak mau memberitahu Adrian bahwa Bella mengetahui identitasnya dengan cara seperti itu.     

Bukankah itu memalukan untuk Bella?     

Anya mengingat kembali bahwa Bella masih sangat muda dan Raisa tidak bisa mendidik anaknya dengan benar sehingga akhirnya Anya lah yang menegur Bella. Untung saja, Bella menuruti apa katanya.     

Ditambah lagi, ia melihat Bella sudah berusaha keras untuk belajar. Pekerjaan yang Adrian berikan untuknya tidak mudah, tetapi ia tidak pernah mengeluh satu kali pun.     

"Hati-hati. Bella masih sangat muda dan belum mengenal cinta. Sebagai seorang kakak, kamu harus mengajarinya dengan benar dan jangan biarkan apa yang bibimu khawatirkan terjadi," Anya merasa sedikit malu dan tidak enak setelah mengatakannya. "Adrian, aku minta maaf karena mengatakan hal ini padamu. Aku harap kamu tidak menyalahkan bibimu."     

"Aku mengerti bahwa Bella adalah putri dari Keluarga Atmajaya dan Keluarga Mahendra. Dengan latar belakang keluarganya yang seperti itu, ia bisa saja mendapatkan pria yang jauh lebih baik. Aku bisa memahami kalau Bibi Raisa merasakan kekhawatiran itu. Aku tidak menyalahkannya," Adrian menunjukkan senyum yang hambar. "Aku akan lebih memperhatikan hubunganku dengan Bella dan menjaga jarak dengannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.