Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mencintai Seseorang Bukanlah Dosa



Mencintai Seseorang Bukanlah Dosa

0"Aksa tidak akan membiarkannya begitu saja. Masalah Adrian biar aku yang mengurus. Kamu hanya perlu mengatakan pada Bella untuk berhati-hati."     

"Bella masih sangat muda. Apa yang ia ketahui?" Anya tidak menyetujuinya.     

"Bella tahu mengenai identitas Adrian. Ia tidak akan bisa selamanya diam dan menjaga rahasia ini. Terakhir kali ayah membicarakan masalah ini di hadapan semua orang, ia khawatir Adrian akan sedih dan ia menghiburnya. Jangan khawatir. Bella sudah besar. Ia tahu apa yang harus ia lakukan," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Baiklah kalau begitu, aku akan menelepon Bella," Anya langsung menghubungi Bella setelah mengatakannya.     

"Bibi, aku sedang di kantor. Ada apa?" tanya Bella sambil tersenyum.     

"Tidak ada apa-apa. ibi hanya mengkhawatirkan kamu. Apakah pekerjaanmu di kantor tidak berat?" tanya Anya.     

"Tidak, tidak. Kak Adrian sangat baik padaku. Ia ada di sebelahku sekarang. Apakah kamu mau berbicara dengannya?" Bella memandang ke arah Adrian.     

"Aku tidak mencarinya. Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Cari tempat di mana kamu bisa bicara sendiri," kata Anya dengan tenang.     

Bella tetap tersenyum. Ia meletakkan dokumennya di meja dan keluar dari ruang CEO, kembali ke kantornya. "Bibi, kamu bisa bicara sekarang."     

"Berapa banyak yang kamu tahu mengenai ibu kandung Adrian?" tanya Anya.     

"Aku Pernah mencarinya di internet dan ibunya itu adalah wanita yang sangat buruk. Bibi, mengapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini padaku?" tanya Bella.     

"Ayah Jessica sudah kembali ke Indonesia. Hari ini ia datang ke rumah kakekmu. Saat bertemu dengan teman lama, kakekmu terlalu bersemangat dan menceritakan semuanya kepadanya," kata Anya dengan kepala pening.     

"Kakek benar-benar menjengkelkan. Beberapa kali saat makan malam bersama, ia terus berusaha untuk menjodohkan Kak Adrian dan Kak Maya. Sekarang ia memberitahu Keluarga Hermawan mengenai semua ini. Ia pasti ingin meminta dukungan dari Keluarga Hermawan untuk menjodohkan Kak Adrian dan Kak Maya. Tetapi bibi dan paman lah yang membesarkan Kak Adrian. Kalau kalian tidak setuju, apa yang bisa mereka lakukan?" kata Bella dengan marah.     

Saat mendengar hal ini, Anya merasa sangat senang. memang penglihatan Aiden tidak pernah salah. Bella memang adalah anak yang cerdas.     

"Kamu benar, tetapi kakekmu sudah terlanjur menceritakan semuanya. Sekarang Eka mencurigai identitas Adrian dan ia pasti akan menemui Adrian. Ia ingin mengetahui identitas Adrian yang sebenarnya dan mungkin saja akan melakukan tindakan ekstrem. Setiap hari kamu kan bersama dengan Adrian. Bisakah kamu membantu bibi untuk menjaga Adrian. Kalau ada sesuatu yang terjadi, bisakah kamu memberitahu bibi?" pinta Anya.     

"Bibi, jangan khawatir. Aku pasti akan menjaga mulutku dan menghalangi orang-orang yang berniat jahat padanya," Bella berjanji.     

"Bibi percaya kamu pasti bisa. Aku mempercayakan Adrian padamu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Pasti! Aku tidak akan mengecewakan bibi."     

Setelah menutup telepon, akhirnya Anya bisa menghela napas lega dan menoleh ke arah Aiden. "Bagaimana kamu bisa tahu kalau Bella bisa melakukan semuanya dengan baik?"     

"Bella menyukai Adrian. Cinta akan membuat seseorang menjadi lebih kuat. Ia pasti akan melakukan apa pun untuk melindungi Adrian," begitu Aiden mengatakannya, Anya langsung duduk dengan tegak karena sangking terkejutnya. "Apa yang kamu katakan?"     

"Bella menyukai Adrian," kata Aiden sekali lagi.     

"Kalau Raisa tahu ini, ia pasti akan menggila," mata Anya terbelalak lebar.     

"Apakah ia bisa menghentikannya? Bella lah yang menyukai Adrian, bukan Adrian yang menyukai Bella," kata Aiden dengan acuh tak acuh.     

"Mengapa kamu seperti ini? Adrian adalah anak kita. Raisa tidak akan pernah menyetujui hubungan mereka," kata Anya dengan cemas.     

"Mereka berdua tidak akan berhubungan. Adrian hanya mengurus Bella seperti mengurus adiknya. Bella juga tidak mendekati Adrian. Ia hanya bahagia bisa bekerja bersama dengan sosok yang dikaguminya. Anya, jangan terlalu memikirkannya. Mencintai seseorang bukanlah dosa. Apakah kamu mengerti?" kata Aiden dengan sabar.     

"Bagaimana kalau Adrian juga menyukai Bella? Apa yang harus aku lakukan?"     

Aiden mengelus kepalanya dengan lembut. "Tentu saja kita harus melewati semua masalah dan membujuk Raisa untuk merestui hubungan mereka. Tetapi apa yang kamu khawatirkan itu tidak akan terjadi. Bella masih sangat muda. Ia bahkan belum selesai sekolah. Adrian juga sangat sibuk. Mereka berdua tidak akan punya waktu untuk berpacaran."     

Anya menggigit bibir bawahnya dan berkata, "Tiba-tiba aku merasa bahwa meminta bantuan Bella untuk mengawasi Adrian adalah keputusan yang salah."     

"Coba tanyakan pada dirimu sendiri. Apakah kamu bisa menemukan sosok yang tepat untuk menjaga Adrian di perusahaan?" tanya Aiden.     

Anya berpikir sejenak dan akhirnya menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Bella mengetahui rahasia Adrian dan ia akan berusaha untuk menghalangi Eka agar tidak menemui Adrian. Kalau aku meminta tolong orang lain, aku tidak tahu harus menggunakan alasan apa. Aku juga tidak bisa meminta tolong pada asisten Adrian."     

"Jangan khawatir. Anak perempuan di Keluarga Atmajaya bukanlah gadis yang lemah," Aiden sangat percaya diri.     

Raisa bukanlah sosok orang tua yang bisa mendidik anaknya. Aiden tahu bahwa Ivan lah yang mendidik Bella sehingga Bella tumbuh menjadi anak yang cerdas.     

Bella memiliki kepribadian yang periang, tetapi ia juga sangat tangguh dan memiliki semangat untuk bertahan dalam kesulitan.     

Selama bekerja di Pratama Group selama lebih dari satu bulan, ia berangkat kerja pagi sekali dan pulang malam setiap harinya. Ia tidak pernah datang terlambat atau pulang lebih awal. Semua pekerjaan ia lakukan dengan sangat baik meski ia baru berusia 19 tahun dengan status sebagai seorang murid kuliahan.     

Di permukaan, ia terlihat sangat ceria, selalu tertawa dan sedikit nakal. Ia tampak seperti anak manja. Tetapi saat ia serius, ia bisa menunjukkan sisi lain dari dirinya yang tidak kalah menarik.     

Akhirnya Anya bisa tenang. Ia mengajak Aiden untuk pergi berbelanja karena ia sudah lama tidak keluar rumah.     

Selain itu, setelah menurunkan berat badannya, semua pakaiannya yang ada di lemari terlalu besar.     

"Ayo kita pergi ke mall, sekalian menemui Adel," kata Aiden.     

"Aku meminjam celana jeans ini dari lemari Adel. Sepertinya aku perlu membeli baju baru," Anya memeluk lengan Aiden. "Tuan Atmajaya, aku memberimu kesempatan untuk memanjakan istrimu."     

Aiden langsung mengeluarkan black card dari dompetnya. "Kamu bisa menggeseknya sesuka hati. Aku akan membantumu untuk membawakan barang."     

Mereka berdua tiba di mall bersama-sama dan langsung menuju ke lantai teratas. Saat melihat pakaian untuknya, Anya tidak banyak membeli dan hanya memilih model yang benar-benar ia sukai.     

Tetapi saat melihat model untuk wanita yang lebih muda, ia membeli sangat banyak.     

Ia membeli untuk Adel dan Bella. Dan ia juga membeli pakaian ibu hamil untuk Sabrina.     

Tidak hanya itu, saat Anya dan Aiden pergi ke toko perhiasan milik Mawardi Group, tidak sengaja mereka bertemu dengan Jason.     

Jason langsung menyambut mereka dengan hangat. "Selamat datang. Apa yang ingin nenek beli? Aku bisa merekomendasikannya untukmu."     

"Aku dengar Maya mengatur magang untukmu di toko, tetapi aku tidak menyangka kamu akan bekerja di sini. Aku hanya ingin melihat-lihat. Apakah ada perhiasan yang cocok untuk anak perempuan?" tanya Anya.     

"Apakah nenek ingin membelinya untuk para bibi?" tanya Jason.     

"Iya, aku ingin memberikannya pada Adel dan Bella," jawab Anya.     

"Di sini ada model cincin yang tidak dijual untuk orang luar. Cincin ini mengandung anestesi dan bisa digunakan untuk melindungi diri saat dalam bahaya," kata Jason dengan suara pelan.     

Anya tersenyum dan langsung tahu. "Apakah Sabrina yang mendesainnya?" tanyanya.     

"Benar," Jason mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.