Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Keluarga yang Berantakan



Keluarga yang Berantakan

0Rio belum lulus kuliah. Kalau sesuai dengan keinginan Maya, maka ia harus lanjut kuliah S2 dan kemudian mengambil doctorate degree. Berapa tahun yang ia butuhkan untuk mendapatkan semua itu.     

"Kalau kamu setuju untuk menerimaku, aku akan memenuhi semua permintaanmu. Apakah kamu mau berjanji?" kata Rio dengan tegas.     

Maya benar-benar merasa terganggu dengan Rio dan ingin menyingkirkannya secepat mungkin.     

"Baiklah, selama kamu bisa melewati semua itu, aku akan memikirkannya. Tetapi aku hanya akan membuka diri, bukan berarti aku pasti akan langsung menerimamu," kata Maya.     

"Aku butuh surat perjanjian. Semua orang yang hadir di sini akan menjadi saksi," kata Rio dengan serius.     

Bima merasa terhibur melihat anak-anak muda yang suka bertaruh ini. Kalau Rio bisa mencapai gelar yang tinggi karena Maya, Keluarga Aditya juga akan bahagia.     

Jason langsung pergi ke ruang kerja Bima dan mengambil dua lembar kertas untuk surat perjanjian. Rio dan Maya menandatanganinya di hadapan semua orang dan Aiden juga menandatanganinya di kolom saksi.     

Bisa dibilang, Aiden adalah orang yang paling berpengaruh di Keluarga Atmajaya. Ia menandatangani surat pernjajian ini, berarti surat itu sangat valid.     

Rio langsung menyimpan kontraknya dengan sangat hati-hati. Dalam hati, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk giat belajar agar Maya bisa menatapnya dengan kagum.     

Beberapa hari kemudian, Rio dan Jason akhirnya kembali ke sekolah. Maya ikut pergi ke bandara untuk mengantar mereka.     

Melihat Rio dan Jason, Maya teringat kembali pada pesta kencan buta dan pameran perhiasan yang ia adakan. Acaranya itu berjalan dengan sangat sukses dan membuat Maya mendapatkan banyak keuntungan. Selain itu, Rio dan Jason juga menarik perhatian banyak orang, terutama ibu-ibu yang kaya raya. Mereka berharap Rio dan Jason akan segera lulus kuliah dan cepat dewasa, agar bisa menikahkannya dengan putri mereka.     

"Jason! Rio!" pada saat itu, tiba-tiba saja, seorang wanita menghentikan mereka.     

"Kak Alisa! Kamu sudah kembali!" Rio berlari ke arah Alisa dan memberikannya pelukan. Sementara itu, Jason memandangnya dengan malu-malu.     

"Kemari lah!" Alisa tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Jason.     

Tidak seperti Rio yang berlari seperti anak kecil, Jason berjalan dengan tenang dan memeluk Alisa. "Kak, aku pikir kamu tidak bisa kembali hari ini."     

"Tidak mungkin aku tidak mengantar kalian kan," kata Alisa sambil tersenyum.     

Asisten Alisa berada di sampingnya dan menantinya dengan sabar. Melihat percakapan itu tidak akan berakhir dalam waktu singkat, akhirnya Maya berkata. "Kak, suruh asistenmu pulang saja. Nanti aku yang akan mengantarmu."     

Alisa membisikkan beberapa hal kepada asistennya dan kemudian mengajak Maya, Rio dan Jason untuk mengobrol di café. Kebetulan, masih ada waktu yang cukup lama sebelum penerbangan mereka.     

"Jadi, apa rencana kalian selanjutnya? Aku dengar kalian berdua akan wisuda tahun ini?" tanya Alisa.     

Maya memandang mereka berdua dengan kebingungan. "Kalian sudah lulus?"     

Rio hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun. Sementara itu, Jason tidak mau ikut campur dan berpura-pura melihat ke tempat lainnya.     

Tetapi karena tidak ada yang mau menjawab, akhirnya Jason berusaha menjelaskan. "Kak, program sarjana yang kami ikuti hanya tiga tahun saja dan kami akan lulus tahun ini. Tetapi aku masih sangat muda dan aku ingin melanjutkan kuliahku," jawabnya.     

"Aku masih bingung apa yang harus aku lakukan setelah lulus sehingga aku kembali ke Indonesia bersama dengan Jason. Kami sama-sama magang di Mawardi Group dan sekarang aku sudah menemukan tujuan baru. Aku akan mengambil gelar master dan kemudian gelar doktor!" kata Rio dengan penuh semangat.     

Maya hanya bisa menutupi wajahnya dengan kesal. Mengapa ia merasa seperti sedang dibodohi?"     

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan gelar master?" tanya Maya dengan lemas.     

"Ada sebuah program magister yang hanya membutuhkan satu tahun, dimulai pada bulan September tahun ini. Kalau aku mengikuti program itu, aku akan lulus bulan September tahun depan. Setelah itu, aku akan mengambil gelar doktor. Sepertinya, aku tidak butuh waktu terlalu lama untuk kembali dan menemuimu lagi. Bukankah kamu senang?" Rio memandang Maya dengan gembira.     

"Apa?" Maya benar-benar merasa ditipu oleh dua anak nakal ini.     

Mengapa ia harus menandatangani kontrak penipuan ini? Sesuai dengan penjelasan Rio, bukankah itu artinya ia bisa kembali dalam waktu cepat.     

"Tetapi aku dengar sistem pendidikan di sana sangat sulit. Memang mudah bagimu untuk mendaftar, tetapi untuk lulus sangatlah sulit dan penilaiannya sangat ketat. Apakah kamu sanggup?" Alisa tersenyum.     

Hati Maya setidaknya sedikit terhibur saat mendengar kata-kata Alisa. Melihat nilai Rio yang biasa-biasa saja, mungkin ia bahkan tidak akan diterima saat mendaftar.     

Maya hanya bisa berharap ia tidak diterima!     

Setelah mengantar dua anak nakal itu pergi, Maya merasa seluruh energinya sudah habis. Tetapi ia tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan berita yang baik dari Rio dan Jason dalam waktu yang singkat.     

Mereka berdua berhasil diterima dan akan memulai program master mereka.     

Maya merasa kesal. Mengapa jalan mereka sangat mudah sekali?     

Ternyata setelah memeriksanya sekali lagi, universitas yang dituju oleh Rio ternyata memudahkan seseorang yang memiliki latar belakang universitas di negara yang sama. Tidak peduli meski nilai mereka pas-pasan dan tidak seberapa bagus, asalkan mereka berasal dari negara yang sama, mereka bisa masuk dengan mudah.     

Apalagi keluarga Rio tinggal di sana!     

Maya memegang kepalanya dan menjambak rambutnya. "Ahhhh!"     

"Maya, kamu kenapa?" Sabrina menatap Maya yang menggila sambil mengelus perutnya. "Jangan takut, Nak!"     

Maya mengangkat kepalanya dan memandangnya. "Sabrina, aku benar-benar ingin membunuh Jason!"     

"Memangnya ada apa? Bukankah kinerjanya di perusahaan dan di toko sangat bagus, ya?" tanya Sabrina dengan bingung.     

"Ia bekerja sama dengan Rio untuk membohongi dan menipu aku untuk menandatangani kontrak sialan itu. Kalau Rio berhasil mendapatkan gelar doktor, aku setuju untuk memikirkan kembali tentang dia, walaupun aku tidak akan langsung menerimanya. Aku pikir, ia bahkan belum lulus kuliah. Ia harus melanjutkan S2 dulu, baru mengambil gelar doktor. Itu butuh waktu beberapa tahun. tetapi siapa yang tahu …"     

"Siapa yang tahu kalau mereka berdua lulus tahun ini, mereka bisa mengambil gelar master dalam satu tahun dan mungkin tahun depan Rio akan kembali untuk menemuimu lagi," setelah Sabrina mengatakannya, ia tertawa terbahak-bahak.     

"IYA! Aku tidak kepikiran bahwa waktunya akan secepat itu!" Maya menyandarkan kepalanya di atas meja, merasa sangat kesal. "Dasar anak-anak nakal itu. Mereka melewati tahap pendaftaran dengan sangat mudah dan sekarang mereka mulai sekolah."     

"Jangan khawatir. Meski mudah untuk mendaftar, untuk lulus dari kuliah tidak semudah itu, apalagi S2. Jangan lihat waktunya. Belum tentu ia bisa lulus," Sabrina berusaha menghiburnya.     

"Aku berharap ia tidak akan pernah lulus," kata Maya dengan marah.     

"Aku dengar kakak perempuan Jason baru saja kembali ke Indonesia. Ia masih single kan? Berapa usianya?" tanya Sabrina dengan penasaran.     

"Sekitar lima atau enam tahun lebih tua daripada Kak Arka. Kak Alisa sibuk bekerja dan membuat parfum. Ia tidak pernah berpacaran. Tetapi wajahnya terlihat sangat muda. Kalau aku bilang ia baru berusia 25 tahun, semua orang pasti akan percaya," kata Maya.     

Sabrina menggaruk kepalanya.     

"Maya, bukankah keluarga kita begitu berantakan? Anggota keluarganya begitu banyak dan bercampur aduk."     

"Apakah kamu tetap ingin dipanggil sepupu? Atau sekarang aku harus memanggilmu bibi?" Maya memandang Sabrina sambil tersenyum.     

Status Maya dan Sabrina sebelum Sabrina menikah adalah sepupu. Tetapi sekarang Sabrina menikah dengan Arka yang merupakan paman Maya. Jadi, bagaimana ia harus memanggil Sabrina?     

Sabrina tertawa mendengar pertanyaan itu. "Kamu adalah saudara dari keluarga ibuku. Ibuku dan ayahmu adalah kakak adik. Lebih baik kita tetap menjadi sepupu saja. Kalau kamu memanggilku bibi, aku akan merasa sangat tua."     

"Baiklah. Memang keluarga kita sangat berantakan. Terkadang, aku juga merasa bingung harus memanggil Kak Alisa dengan sebutan apa," kata Maya dengan kesal. "Mengapa aku berada di generasi yang rendah …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.