Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bekerja Sama



Bekerja Sama

0"Sudah bangun?" tanyanya sambil tersenyum.     

Anya menoleh mendengar suara itu. Saat melihat Aiden, pipinya langsung merona seolah mengingat apa yang mereka lakukan tadi. Ia langsung menarik selimut untuk seluruh tubuhnya, tidak berani memandang ke arah Aiden.     

Aiden tertawa kecil melihat Anya. Ini bukan pertama kalinya untuk mereka, tetapi bagi Anya, ini adalah pengalaman pertamanya dalam keadaan sadar. Itu sebabnya ia merasa malu.     

Aiden duduk di pinggir tempat tidur. "Anya ..." panggilnya dengan lembut.     

"Ak- ... Aku mau memakai bajuku. Bisakah kamu keluar dulu?" Anya tergagap saat mengatakannya, tidak berani melepaskan selimutnya sedikit pun.     

Aiden mengangkat bagian pinggir selimut tersebut dan memasukkan tangannya ke dalam. Ia menemukan kaki Anya dan menariknya keluar dari selimut.     

Anya tetap berusaha untuk menutupi wajahnya meski seluruh tubuhnya yang tanpa balutan apa pun terlihat. Tangannya mencengkeram ujung selimut dengan erat.     

"Anya. Kamu menutupi wajahmu dengan selimut agar tidak bisa melihatku. Tetapi aku bisa melihat seluruh tubuhmu." Kata Aiden sambil menatap Anya.     

"Aiden! Dasar kamu ... Kamu cabul!" Anya langsung bangkit dari tempat tidurnya sambil tetap memegang selimut. Ia benar-benar merasa malu!     

Namun, sepertinya ia masih kelelahan sehingga kakinya tidak kuat menahan tubuhnya.     

Aiden langsung menangkap tubuh Anya, membungkusnya dengan selimut dan menggendongnya. "Lelah? Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Aiden membawanya ke dalam kamar mandi.     

Anya membiarkan Aiden menggendongnya ke kamar mandi karena ia benar-benar kelelahan sehingga kakinya sendiri terasa seperti jeli.     

Bathtub di kamar mandi tersebut sudah terisi air hangat. Uap masih mengepul, membuat ruangan itu terlihat kabur. Anya yang berada di gendongan Aiden masih merasa malu untuk menatap Aiden sehingga ia menyembunyikan wajahnya di bahu Aiden.     

Aiden mengecup sisi wajah Anya dengan lembut. "Apakah kamu masih malu?"     

Sebagai jawabannya, Anya hanya menguburkan kepalanya di bahu Aiden semakin dalam. Aiden tertawa kecil saat melihatnya. Ia menurunkan tubuh Anya dan perlahan menempatkannya di dalam bathtub yang penuh dengan air hangat.     

Saat menyentuh air hangat, Anya menghela napas lega. Air hangat itu membuat tubuhnya yang lemas terasa hidup kembali. Aiden mengambil sebuah kursi kecil dan duduk di samping bathtub. Tangannya memegang wajah Anya, mengarahkan pandangan Anya ke wajahnya.     

"Anya, aku bisa melihatmu sekarang," mata Aiden memandang Anya dengan penuh rasa cinta.     

Anya terbelalak dan menatap Aiden dengan gembira. "Benarkah? Apakah matamu baik-baik saja?" tanya Anya.     

"Hmm ... Ketika kita bersatu, tiba-tiba saja aku bisa melihat cahaya dari mataku," Aiden mengecup pipi Anya saat mengatakannya. "Anya, kamu adalah penyembuhku."     

Anya langsung mengalihkan pandangannya dengan malu dan sedikit mendorong dada Aiden dengan tangannya. "Kamu pasti berbohong padaku!"     

"Aku tidak bohong. Dokter yang bilang kalau suasana hatiku sedang baik atau aku sedang gembira, pemulihanku bisa semakin cepat. Aku benar-benar gembira hari ini." Kata Aiden dengan serius.     

"Apakah kamu benar-benar sudah pulih kembali?" tanya Anya dengan penuh semangat.     

"Aku tidak tahu. Jika aku terbangun besok dan aku tidak bisa melihat lagi, kamu bisa menyembuhkanku lagi." Kata Aiden dengan senyum nakal. Ia menatap Anya lekat-lekat, tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari istrinya. "Aku kan sudah bilang kamu adalah penyembuhku. Selama kita ..."     

"Aku tidak mau," Anya memeluk tubuhnya dengan gugup dan menyela kata-kata Aiden.     

Ia tidak mau melakukannya lagi. Aiden benar-benar seperti binatang buas. Meskipun ia tidak merasa sangat kesakitan seperti saat pertama kali mereka melakukannya, tetapi seluruh energinya serasa hilang. Ia tidak bisa menyamai stamina Aiden dan akhirnya tertidur karena kelelahan. Setelah terbangun, seluruh tubuhnya terasa lemas.     

Ia tidak akan sanggup jika Aiden memintanya setiap hari!     

"Kamu tidak mau membantu pemulihanku?" tanya Aiden sambil mengangkat alisnya.     

Anya mau menjawab, tetapi tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Melihat Anya memegang kepalanya, Aiden langsung terlihat khawatir. "Ada apa? Apakah kamu pusing?"     

Aiden sudah menahan dirinya terlalu lama sehingga ia terlalu berlebihan kali ini, membuat istrinya merasa pusing. Aiden merasa sedikit menyesal. Anya pasti merasa seluruh tubuhnya lelah sehingga menolak untuk melakukannya dengan Aiden lagi. Seharusnya ia bisa menahan dirinya.     

"Kalau kamu mau melakukan hal ini lagi, lebih baik kamu memikirkan pemulihan lain," kata Anya sambil cemberut.     

"Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diri karena telah menunggu terlalu lama. Lain kali aku akan berhati-hati. Aku tidak akan memaksamu jika kamu tidak mau. Aku hanya terlalu senang bisa melihatmu setelah duniaku gelap selama ini," kata Aiden dengan santai.     

"Aku tidak mau membantumu. Aku benar-benar kesakitan." kata Anya sambil merajuk seperti anak kecil."     

Aiden mendengarkannya dengan sabar dan mencium pipi Anya. "Yang mana yang sakit. Biar aku lihat."     

"Tidak! Aku akan beristirahat sejenak dan nanti akan pulih dengan sendirinya!" tolak Anya langsung. Bagaimana mungkin ia menunjukkan bagian yang sakit pada Aiden? Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa sangat malu!     

Aiden menyiramkan air hangat pada bahu Anya yang tidak terendam air. Ia juga membantu menyabuni bahu dan tangan Anya dengan lembut, tidak berani menggunakan kekuatannya sedikit pun karena takut melukai Anya.     

Anya menjadi semakin gelisah dan gugup. Ia meringkuk sambil menutupi tubuhnya seperti sebuah bola. "Bisakah kamu keluar?"     

"Apakah kamu bisa mandi sendiri?" tanya Aiden dengan khawatir.     

"Aku sangat lapar. Aku belum makan siang tadi. Apakah kamu bisa mencarikan makanan untukku? Aku akan keluar setelah selesai mandi," Anya merasa tidak nyaman dengan keberadaan Aiden di sana.     

Meskipun mereka adalah suami istri, tetap saja ia masih merasa malu saat orang lain melihat tubuhnya.     

Mata Aiden menyapu seluruh tubuh Anya yang berusaha ia tutupi. "Aku sudah pernah melihat semuanya. Mengapa kamu harus malu?"     

"Tidak! Aku tetap malu. Cepat keluarlah." Anya memukul permukaan air di hadapannya, membuat air itu membasahi lantai.     

Aiden hanya tertawa saat melihatnya. "Aku akan kembali setelah memesankan makanan."     

Wajah Anya memerah. Ia tidak mengatakan apa pun dan tidak berani melihat Aiden yang berjalan keluar.     

Setelah Aiden pergi, ia akhirnya bisa bernapas lega. Ia merentangkan seluruh tubuhnya dan bersandar di bathtub sambil memejamkan mata. Setelah seluruh tubuhnya terasa sedikit lebih segar, ia berdiri dan memegang ujung bathtub untuk keluar.     

Namun, saat ia berdiri, ia merasa lantai di hadapannya berputar. Ia memejamkan matanya sebentar dan saat membuka matanya kembali, rasa pusingnya sedikit berkurang.     

Ia keluar dari bathtub dengan berhati-hati dan mengenakan sandal dan handuk untuk membalut tubuhnya. Tiba-tiba saja, pandangannya gelap.     

"Ahh!" Anya saat merasa dirinya akan terjatuh. Ia mengayunkan tangannya, mencari benda apa pun untuk menahan tubuhnya.     

Sementara itu, Aiden merasa tidak tenang sehingga ia segera memesan makanan dan kembali ke kamar mandi. Ia takut Anya akan pingsan kalau ditinggal sendirian.     

Siapa yang tahu, saat ia membuka pintu kamar mandi, ia melihat tubuh mungil Anya sedang oleng dan akan jatuh ke tanah.     

Ia langsung bergegas menangkapnya dan menarik tubuh Anya ke pelukannya.     

Kepala Anya membentur dada Aiden dan mencium aroma dari tubuh suaminya itu. Tanpa sadar, tangannya memeluk Aiden dengan erat karena begitu terkejutnya.     

"Untungnya ada aku," Aiden langsung menggendongnya dan berjalan keluar dari kamar mandi.     

Anya bersandar dengan lemah di pelukan Aiden. "Aku belum makan siang dan juga mengkonsumsi terlalu banyak energi. Siapa coba yang membuatku seperti ini?"     

"Seingatku aku lah yang menggunakan banyak energi. Kamu hanya berbaring dan menikmati apa yang kulakukan padamu," kata Aiden sambil mencium pipi Anya dengan gemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.