Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Keputusan yang Tepat



Keputusan yang Tepat

0"Anya, tidak peduli apa pun yang terjadi, aku adalah ayahmu. Apakah kamu benar-benar tega melihat ayah mati?" Deny merasa sangat marah dengan kata-kata Anya, tetapi ia berusaha untuk menahan diri. Ia masih membutuhkan donor ginjal dari Anya.     

"Aku belajar darimu. Kamu bahkan tidak mau membantu ibu dan nenekku," kata Anya dengan dingin.     

Tiga tahun lalu, Keluarga Tedjasukmana memang mengalami krisis sehingga Deny beralasan tidak bisa membantu ibu Anya. Meski saat itu uang yang dimiliki Deny semakin menipis, tetapi sebenarnya ia masih punya uang untuk membantu Diana.     

Sayangnya, Deny tidak berniat untuk membantu mantan istrinya.     

Setelah Natali dan Aiden bertunangan, Deny menjual tanah yang dimilikinya dengan harga normal. Keluarga Atmajaya tidak mengambil keuntungan karena mempertimbangkan hubungan antara kedua keluarga.     

Bukankah itu artinya Deny mendapatkan banyak uang?     

Deny memiliki uang, tetapi memang ia tidak bersedia untuk membantu Anya ...     

Akhirnya, keadaan Diana semakin memburuk dan harus dioperasi. Sementara itu, kesehatan neneknya juga semakin parah. Akhirnya neneknya memutuskan untuk mendonorkan semua organ tubuhnya agar bisa menyelamatkan Diana.     

Kejadian ini seperti duri yang tertancap dalam di hati Anya dan tidak bisa disembuhkan. Setelah mengetahui kebenarannya, ia tidak mau memaafkan ayahnya!     

"Anya, kalau kamu tidak mau menyelamatkan ayah, ayah akan mati," kata Deny dengan panik.     

"Kalau begitu matilah saja!" Anya menutup teleponnya dengan marah.     

Anya masih mengharapkan cinta dari ayahnya, apalagi saat ayahnya mengembalikan resep parfum ibunya dengan sukarela. Ia berharap ayahnya masih sedikit mencintainya sehingga memutuskan untuk mengembalikan resep parfum itu.     

Namun kenyataannya, Deny juga menjual resep parfum itu pada Imel, kepada musuh terbesar ibunya ...     

Hal itu membuat hati Anya menjadi beku.     

Ternyata selama ini ...     

Ayahnya beralasan tidak bisa membantu biaya ibunya karena juga mengalami kesulitan keuangan. Nyatanya, Deny mendapatkan banyak uang hasil menjual tanah.     

Ayahnya memang tidak berniat untuk membantu mereka ...     

Karena telah memutuskan hubungan dengan Diana, Deny menganggap Diana bukan lagi tanggung jawabnya.     

Kejadian ini akan menjadi rasa sakit yang abadi di hati Anya.     

Ia tidak akan memaafkan Deny karena semua ini. Berani-beraninya pria itu meminta Anya untuk mendonorkan ginjalnya. Kalau ia sangat mencintai Natali, mengapa ia tidak meminta ginjal Natali saja?     

Bukankah ia adalah ayah Natali juga? Mengapa di saat-saat seperti ini Deny tidak meminta ginjal Natali?     

Aiden menatap Anya yang terdiam. Walaupun tidak ada air mata yang mengalir di wajahnya, Aiden bisa merasakan kesedihan Anya.     

Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, rasa sakit hati yang Anya rasakan seolah terpancar dari sekujur tubuhnya.     

Ia menarik tubuh Anya ke pelukannya dengan lembut, "Kamu melakukan hal yang benar. Keputusanmu sangat tepat."     

"Aku tidak bodoh. Ia sama sekali tidak pernah melakukan tugasnya sebagai orang tua. Mengapa aku harus menyelamatkannya?" Mulut Anya mengucapkan kata-kata yang kejam, tetapi air matanya terjatuh seperti permata yang hancur.     

"Dia tidak akan mati. Penyakitnya bukan penyakit parah yang tidak bisa disembuhkan. Ia bisa mencari donor lain yang cocok dengannya. Kalau tidak, ia juga bisa menjalani dialisis dan hidup seperti orang normal. Kamu memang terlihat sehat dari luar, tetapi sebenarnya tubuhmu sangat lemah. Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan sesuatu yang bisa melukai dirimu sendiri."     

Aiden takut Anya hanya berusaha untuk meyakinkan dirinya dengan kata-kata kejam, padahal hatinya masih mengasihani Deny.     

Aiden takut Anya diam-diam pergi ke rumah sakit untuk menguji apakah ginjalnya cocok dengan Deny dan berniat untuk mendonorkannya.     

Aiden tidak mau kalau hal itu sampai terjadi.     

"Karena terlalu banyak bekerja dan mengangkat barang berat, pinggangku pernah terluka. Saat memeriksakannya, dokter mengatakan agar aku tidak terlalu banyak melakukan pekerjaan berat. Ia juga mengatakan agar aku waspada terhadap penyakit ginjal karena penyakit ginjal juga menyebabkan sakit pinggang dan punggung," kata Anya dengan suara pelan.     

Hati Aiden terasa sesak saat mengetahui semua ini. "Berapa berat barang yang kamu angkat dulu? Sampai kamu terluka seperti itu ..."     

"Aku dulu kuat mengangkat pupuk seberat 100 kilogram. Tetapi setelah aku terluka, aku tidak bisa lagi," Anya nyengir dengan pahit. "Aku tidak selemah itu ..."     

"Sekarang kamu adalah istriku. Aku tidak mau kamu mengangkat barang-barang yang berat. Nanti kalau kita punya anak, aku yang akan menggendong mereka," kata Aiden dengan lembut.     

"Bagaimana bisa pembicaraannya beralih pada anak lagi? Dasar kamu licik!" Anya mencibir mendengar Aiden berusaha mengalihkan pembicaraan.     

"Aku bisa menunggumu," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Aku juga ingin memiliki anak denganmu, tetapi tidak sekarang. Aku janji akan memberimu keturunan sebelum aku berusia 25 tahun," kata Anya dengan ekspresi serius.     

"Dua anak?" desak Aiden.     

Anya menutup mulutnya dan terlihat malu.     

"Tidak mau?" Aiden menatapnya sambil tersenyum.     

"Kalau aku punya dua anak, aku tidak akan bisa bekerja selama 3 tahun. Parfum dan kandungan alkohol di dalamnya tidak baik untuk bayi. Kalau aku melahirkan di usia 25 tahun, aku baru bisa kembali bekerja pada usia 28 tahun," Anya mengerutkan keningnya.     

"Apakah ibumu berhenti bekerja saat ia sedang hamil?" tanya Aiden.     

"Ibuku gila kerja sehingga ia tidak berhenti bekerja, meski saat mengandungku sekali pun. Akhirnya, saat kecil aku sakit-sakitan. Nenekku yang merawatku sehingga aku bisa tumbuh dengan sehat. Nenekku adalah orang yang sangat baik," ketika membicarakan neneknya, senyum tersungging di bibir Anya. Ia benar-benar merindukan neneknya ...     

Aiden mengangguk. "Kalau begitu, bagaimana dengan anak kembar?"     

Anya tertawa kecil saat mendengarnya. "Apakah kamu bisa memilih untuk memiliki anak kembar?"     

"Apakah kamu mau mencobanya?" Aiden menatap Anya dengan tatapan menggoda, bersiap untuk melahapnya sekali lagi.     

Anya langsung melarikan diri dari pelukan Aiden. Ia bangkit berdiri dari sofa dan berlari agak jauh dari suaminya untuk melindungi dirinya.     

"Tidak perlu dicoba. Bukankah kamu sibuk? Cepat lanjutkan pekerjaanmu!" Anya panik dan bersiap untuk pergi.     

"Berhenti!" kata Aiden dengan suara rendah. Suara itu seolah menyihir Anya sehingga kakinya berhenti melangkah.     

"Kamu sedang sibuk. Kalau aku tetap di sini, aku akan mengganggumu," kata Anya sambil mengerutkan keningnya.     

Sejak ia datang ke kantor Aiden, Aiden menghabiskan waktu untuk bercinta dengan Anya dan tidak bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.     

Aiden terkekeh saat melihat istrinya yang ketakutan. "Tunggu aku sebentar saja. Aku akan segera menyelesaikan pekerjaanku dan kita bisa pergi berkencan."     

"Berkencan?" mata Anya langsung berbinar.     

"Hmm ..." gumam Aiden.     

"Bagaimana kalau kita pergi ke bioskop?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Pergi makan, menonton bioskop, dan ke hotel ... Bukankah itu satu set kencan?" Aiden mengangkat alisnya dan menatap Anya. "Apakah kamu ingin mengulang kembali pertemuan kita? Aku bisa memesan presidential suite di Hotel Imperial."     

"Ah? Lebih baik kita pulang ke rumah saja," Anya tidak berani memandang ke arah Aiden.     

Aiden bangkit berdiri dan menghampiri Anya, membuat Anya melangkah mundur hingga punggungnya menabrak lemari. Ia tidak bisa mundur lagi.     

Aiden menundukkan kepalanya. Napasnya yang panas menggelitik wajah Anya. "Tentukan kamu mau makan apa, film apa yang ingin kamu tonton. Beritahu Harris. Biar dia yang mengatur semuanya."     

Anya mengangguk berulang kali dan mendorong tubuh Aiden dengan tangan kecilnya. "Cepat bekerjalah."     

"Cium aku," Aiden mengecup bibir Anya dengan lembut. Ia suka melihat wajah Anya yang merona. Ia suka melihat kepanikan Anya ...     

Anya merasa wajahnya memerah dan terasa panas. Ia mengulurkan tangannya, mengipasi wajahnya untuk mengurangi rasa malunya.     

Aiden tertawa kecil melihat istrinya yang merona. Kemudian, ia berjalan menuju ke meja kerjanya.     

Anya kembali ke sofa tempat mereka makan. Ia membersihkan meja tersebut dan keluar sebentar untuk membuat teh.     

Ketika ia kembali ke ruang kerja Aiden, ia mendengar suara Aiden ...     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.