Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pemilih Soal Wanita



Pemilih Soal Wanita

0"Aiden, kamu tidak punya pengalaman jatuh cinta, tetapi mengapa kamu sangat mahir dalam segala hal. Jujur padaku, apakah kamu mempunyai wanita simpanan untuk berlatih? Siapa wanita itu?" tanya Anya sambil memicingkan matanya.     

Aiden tertawa dan menyentil dahi Anya. "Jangan berpikir yang aneh-aneh. Suamimu ini cerdas. Tentu saja, aku belajar sendiri. Tetapi aku tidak keberatan menjadikanmu teman belajar."     

"Beraninya kamu mengajari orang lain?" Anya menutupi wajahnya dengan malu. "Aku tidak mau menjadi teman belajarmu."     

"Kalau begitu, bantu aku untuk menguji hasil belajarku saja." Melihat penampilan Anya yang malu-malu membuat Aiden semakin senang.     

Ia langsung memegang wajah Anya dengan kedua tangannya dan mencium bibirnya.     

Saat Anya kehabisan napas, Aiden melepaskannya dan mulai menciumi bagian tubuhnya yang lain.     

Aiden benar-benar seperti serigala kelaparan yang tidak mengenal lelah. Ia terus menyerang Anya, menghujaninya dengan ciuman demi ciuman.     

Namun Anya sendiri juga rela diserang oleh Aiden. Ia sama sekali tidak melawan dan pasrah saat Aiden menyentuh seluruh tubuhnya.     

Saat awal mereka bercinta, Anya selalu tidak kuat untuk mengikuti stamina Aiden. Di tengah sesi mereka, Anya sering tertidur atau tenggelam dalam sensasi yang menyedot seluruh tenaganya.     

Namun, semakin lama, sepertinya kemampuan Anya semakin membaik.     

Kali ini, a bisa bertahan hingga akhir!     

Entah karena kemampuannya yang semakin membaik atau karena Aiden yang mengampuninya.     

Setelah sesi percintaan mereka yang pertama, Anya terkulai lemah di pelukan Aiden dan tidak ingin berkata apa-apa. Ia terlalu lelah bahkan untuk berbicara.     

Aiden mengecup pipi Anya dan membawanya ke kamar mandi. Ia meletakkan tubuh Anya yang lemas di bathtub yang masih kosong dan kemudian menyalakan air hangat.     

Alih-alih membiarkan Anya beristirahat, ternyata Aiden melanjutkan sesi percintaan mereka yang kedua di kamar mandi sambil menunggu bathtub itu terisi penuh.     

Bathtub di kamar mandi itu sangat luas sehingga muat untuk mereka berdua bercinta dengan posisi apa pun yang mereka inginkan.     

"Aiden, aku sudah kurus seperti ini. Mengapa kamu masih membuatku berolahraga keras?" kata Anya dengan memelas. Matanya memandang Aiden dengan polos.     

Aiden hampir saja jatuh dalam jebakan Anya. Tetapi ia segera menyadarkan diri. "Olahraga seperti ini membuat seseorang bahagia secara fisik dan mental. Aku harus membuatmu terbiasa dengan staminaku dan juga memberimu makanan yang bergizi serta obat herbal agar tubuhmu semakin kuat," kata Aiden.     

"Apa?" Anya mengedipkan matanya. "Kali ini aku tidak pingsan. Apakah itu karena kamu? Sejak kapan kamu merencanakan semua ini?"     

"Tara pernah mengatakan bahwa tubuhmu lemah. Kamu memiliki darah rendah. Selain itu, ginjalmu juga kurang bagus …"     

"Apa? Ginjalmu yang kurang bagus!" sela Anya dengan marah.     

Tara memang pernah memeriksanya saat ia sedang menstruasi bulan lalu. Setiap kali menstruasi, Anya memang sering merasakan rasa sakit yang luar biasa. Dari pemeriksaan itu, Tara mengetahui bahwa tubuh Anya memang lemah, tetapi temannya itu memutuskan untuk tidak memberitahunya.     

Tara tahu bahwa Anya sering meremehkan kesehatannya sehingga tidak ada gunanya memberitahu Anya.     

Pada akhirnya, Tara memutuskan untuk memberitahu Aiden karena tahu Aiden pasti bisa merawat Anya.     

Anya sama sekali tidak menyadari bahwa Bu Hana mencampurkan rempah-rempah herbal dalam makanannya dan sering kali memberinya ramuan herbal untuk kesehatannya …     

Mata Aiden langsung terlihat tajam seperti serigala mendengar Anya menyelanya. Kucing kecilnya ini bilang kalau ia sudah lemas, tetapi ia masih bisa menyela kata-katanya dengan penuh semangat.     

Rasanya, ia bisa melahap Anya dalam beberapa detik saja.     

Anya langsung panik. Dasar mulut bodoh! Mengapa ia mengucapkan kata-kata sembarangan hanya karena tersinggung dengan kata-kata Aiden.     

"Maafkan aku." Anya nyengir dengan nakal saat ia menyadari kesalahannya . "Aku hanya bercanda! Tolong jangan hukum aku."     

Aiden mengelus rambut Anya dengan lembut. "Kesehatanmu kurang baik. Kamu butuh banyak olahraga untuk meningkatkan kesehatanmu supaya suatu hari nanti kamu bisa punya anak."     

"Aku sendiri masih sangat muda. Mana bisa aku punya anak sekarang?" Anya menguburkan dirinya dalam pelukan Aiden. Ia menyandarkan kepalanya di dada Aiden. "Aku belum mau punya anak. Aku ingin memiliki kamu seorang diri. Jika nanti kita punya anak, kamu tidak akan mencintaiku lagi. Kamu akan lebih memilih anak-anakmu dibandingkan aku."     

"Tidak mungkin. Kalau aku punya seorang anak laki-laki, aku akan mengajarkannya cara untuk menyayangi dan memanjakanmu. Kalau aku punya seorang anak perempuan, aku akan memanjakan kalian berdua." Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup puncak kepala Anya. "Anya, aku sudah tidak muda lagi …"     

"Kamu ingin menjadi seorang ayah? Usia kita terpaut jauh. Bagaimana kalau aku yang memanggilmu ayah?" kata Anya pandangan nakal.     

Aiden tertegun mendengarnya. Ia bilang ia ingin punya anak, bukan mendengar orang lain memanggilnya ayah, apalagi istrinya sendiri.     

"Kamu tidak menyukainya?" tanya Anya dengan polosnya.     

"Aku ingin kamu mengandung anakku. Siapa yang mau mendengar kamu memanggilku ayah? Aku adalah suamimu, bukan ayahmu," Aiden berbalik dan menekan Anya di bawah tubuhnya sekali lagi.     

Wajah Anya memucat. Sepertinya kata-katanya barusan telah membawanya masuk ke lubang buaya!     

"Aiden … Kamu … Apa …" Anya tergagap, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.     

"Membuat anak," kata Aiden dengan ekspresi serius.     

"Aku belum siap!" tolak Anya sambil meronta-ronta.     

"Kalau begitu, nikmati saja prosesnya," Aiden menundukkan kepalanya sekali lagi dan mencium Anya.     

Badai kembali terjadi di kamar mandi ...     

Kali ini, Anya tidak bisa bertahan. Sebelum ia tertidur, ia memutuskan tekadnya untuk meminta sesuatu pada Tara. Ia akan meminta obat pada Tara agar stamina Aiden tidak sekuat ini!     

Anya sama sekali tidak bangun saat Aiden memandikannya. Aiden membaringkan tubuh Anya di atas tempat tidur dan menyelimutinya sebelum kembali bekerja dengan penuh semangat.     

Di siang hari, Abdi mengantarkan makanan buatan Hana, makanan bergizi dan juga obat herbal yang Hana buatkan untuk Anya atas permintaan Aiden.     

Makanan-makanan itu sama sekali tidak terlihat seperti mengandung obat-obatan. Penampilan dan rasanya tidak berbeda seperti makanan biasa, tetapi Hana menambahkan beberapa rempah-rempah untuk memperkuat tubuh Anya.     

Tara tahu bahwa Anya peka terhadap aroma dan tidak menyukai rasa pahit sehingga ia membantu Hana untuk memilih rempah-rempah agar Anya tidak menyadari perbedaan pada makanan.     

Contohnya saja sup ayam yang setiap hari Anya makan. Hana memastikan ia menggunakan ayam kampung yang bebas dari suntikan atau zat-zat hormonal. Ia juga menggunakan rempah-rempah herbal pemberian Tara untuk membuat sup ayam itu lezat sekaligus bernutrisi.     

Semua itu atas permintaan Aiden, karena rasa cinta suaminya padanya. Perbuatan ini hanyalah sebuah perhatian kecil yang menunjukkan seberapa besar rasa cinta Aiden padanya.     

…     

Anya tidur hingga pukul dua siang. Ketika bangun, ia mencium aroma sup ayam.     

Ia langsung bangun dan keluar dari kamar tidur tanpa alas kaki karena merasa kelaparan.     

Kakinya terasa lemas, tetapi rasa lapar membuat ia berjalan menuju ke tempat makanan disajikan.     

"Mengapa kamu tidak menggunakan sandalmu?" Aiden mengerutkan keningnya saat melihat Anya berjalan tanpa alas kaki. Ia tidak suka melihat Anya tidak mengenakan alas kaki karena ia tidak mau Anya kedinginan.     

Aiden langsung menghampirinya dan menggendongnya menuju sofa.     

"Aku terlalu lapar dan aku mencium bau sup ayam," kata Anya sambil tersenyum.     

"Dasar tukang makan! Hana tahu bahwa aku lembur di kantor dan menyuruh Abdi untuk mengantar makanan ini," kata Aiden.     

"Apakah ini makanan seorang presiden direktur?" Anya menatap tudung saji yang menutupi makanan tersebut. Ia penasaran seberapa mewahnya makanan seorang presiden direktur.     

Aiden membuka tudung saji itu dan membiarkan Anya melihat menu makanannya. Tidak ada yang istimewa, sama seperti makanan yang biasa Anya makan.     

"Aku memang pemilih dalam hal wanita. Tetapi aku tidak pemilih dalam hal makanan. Makanan akan terasa lezat asalkan aku bisa makan bersamamu," Aiden mengambil mangkuk kecil dan menuangkan sup ayam untuk Anya. "Minum ini dulu."     

Anya mengambil sup itu dan berkata dengan bercanda. "Kalau kamu memang pemilih soal wanita, mengapa kamu tidak menikahi wanita yang hebat?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.