Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berjanjilah Padaku



Berjanjilah Padaku

0Anya menoleh menatap ke arah Aiden dan mengetahui bahwa ekspresi suaminya itu terlihat sedikit aneh. "Apakah kamu tidak mau? Memiliki anak perempuan denganku ..."     

"Ehem ..." Aiden berdeham pelan untuk menyembunyikan rasa malunya. Ia menggaruk kepalanya dengan sedikit canggung, tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada Anya.     

Bukannya ia tidak ingin memiliki anak dengan Anya. Malahan, pemikiran memiliki keluarga bersama dengan Anya sudah terbayang di benaknya. Sayangnya, Anya masih harus kuliah ...     

Kemudian ia berkata dengan nada yang serius. "Tidak baik menjadi anak perempuan di Keluarga Atmajaya."     

"Mengapa?" Anya menatapnya dengan bingung.     

"Dulu Kak Maria memiliki seorang anak perempuan dan pada akhirnya anak itu menghilang saat masih kecil. Ayahku pergi ke seorang peramal dan mengatakan bahwa semua anak perempuan di Keluarga Atmajaya memiliki takdir yang buruk. Setelah kematian putrinya, kakakku membawa Nadine ke rumah. Pada akhirnya, Nadine mengalami kecelakaan tiga tahun lalu dan tidak tahu nasibnya seperti apa. Peramal itu mengatakan bahwa, jika Keluarga Atmajaya memiliki anak perempuan, akan lebih baik jika mereka dibesarkan di luar keluarga kami. Demi keselamatannya," kata Aiden dengan sabar.     

"Apa maksudmu semua anak perempuan di Keluarga Atmajaya terkutuk?" ketika mendengar hal itu, Anya merasa bingung. Namun, ia langsung memegang nisan neneknya dan berkata, "Nenek, aku akan menjaga ibu. Jangan khawatir dan jangan menjadi anggota Keluarga Atmajaya. Aku berharap nenek bahagia di surga."     

Aiden langsung mengerutkan keningnya. Istri kecilnya ini begitu cepat berubah pikiran. Meskipun takdir anak perempuan di Keluarga Atmajaya buruk, bukan berarti seluruh keluarga mereka buruk. Buktinya mereka sangat kaya raya dan berkuasa.     

Namun, ia hanya tersenyum melihat tingkah Anya.     

Setelah meninggalkan makam neneknya, mereka berdua pergi ke makam ibu Aiden. Ini pertama kalinya Anya menemui ibu mertuanya.     

Ia dan Tara pernah membicarakan mengenai kehidupan pernikahan. Tara mengatakan Anya sangat beruntung karena tidak harus tinggal bersama dengan ibu mertuanya. Karena kalau menantu perempuan dan ibu mertua tinggal bersama, perseteruan tidak akan bisa terelakkan.     

Tentu saja, hal itu tidak berlaku bagi ibu mertua yang pengertian seperti Maria. Sayangnya, Nico bukan calon suami yang baik.     

Jadi, sulit bagi seorang wanita untuk mendapatkan keduanya, suami dan ibu mertua yang baik sekaligus. Bagi Tara, itu sama saja seperti memenangkan undian.     

Pada saat ini, Anya berdiri di depan makam ibu Aiden dan melihat fotonya. Ibu Aiden tampak sangat cantik dan elegan. Kesan pertama Anya begitu melihat foto ibu Aiden, ia merasa bahwa ibu Aiden adalah wanita yang sangat ramah. Ia pasti bukan wanita kejam yang suka mengatur menantunya.     

Kalau saja ibu Aiden masih hidup, mungkin Anya akan menjadi contoh wanita yang berhasil 'memenangkan undian', mendapatkan suami dan ibu mertua yang baik.     

Aiden berdiri di hadapan makam ibunya. Tidak ada satu patah kata pun terucap dari bibirnya. Ia menatap lurus ke arah foto yang terpampang di depannya.     

Melihat Aiden yang diam saja, Anya mengambil inisiatif untuk memperkenalkan dirinya. Ia meletakkan buah dan bunga yang ia bawa dan berkata, "Bu, namaku Anya dan aku adalah istri Aiden. Aku datang pertama kalinya untuk menemuimu."     

Aiden melihat Anya berbicara pada ibunya dengan tulus. Sementara ia tidak bisa mengatakan apa pun.     

"Ibu, terima kasih sudah melahirkan Aiden. Aku benar-benar bahagia bersamanya," Anya tidak takut apa pun. Mungkin karena ia melihat wanita yang ada di foto itu terlihat sangat ramah sehingga ia memberanikan diri untuk menyapanya. Atau karena ada Aiden yang berada di sampingnya, membuat ia merasa tenang.     

Saat mengangkat kepalanya, Aiden melihat matahari mulai terbenam. Ia berkata dengan suara pelan, "Ayo pergi."     

Aiden sudah jauh-jauh datang ke tempat ini, tetapi ia tidak berbicara apa pun pada ibunya. Apakah itu karena Anya berada di sana sehingga Aiden tidak leluasa untuk mengatakan apa pun?     

Anya mengambil inisiatif untuk berkata, "Aku akan menunggumu di depan. Bicaralah dulu pada ibumu."     

"Apakah kamu tidak takut menunggu sendirian?" Aiden menatap Anya dengan heran.     

Anya baru menyadarinya dan segera melihat ke sekelilingnya. Menunggu sendirian di pemakaman pada sore hari bukanlah ide yang bagus. "Tentu saja aku takut. Cepatlah!"     

"Aku tidak perlu mengatakan apa pun. Ayo kita pulang," Aiden meraih tangan Anya dan berjalan keluar dari pemakaman bersama-sama.     

Saat tangan Aiden menggenggam tangannya, ketakutan yang Anya rasakan seolah menguap.     

Mereka berjalan bergandengan keluar dari pemakaman itu. Jaraknya cukup jauh dari tempat Abdi memarkirkan mobil mereka.     

"Apakah kamu lelah?" Aiden begitu peka sehingga bisa menebak apa yang Anya pikirkan tanpa perlu mengatakannya secara langsung.     

Anya memeluk lengan Aiden dan berkata sambil tersenyum. "Ini kesempatan yang tepat bagimu untuk menggendongku. Apakah kamu mau?"     

Bibir Aiden tersenyum tipis. Ia berjongkok di hadapan Anya dan menepuk pundaknya. "Naiklah!"     

"Wow! Apakah kamu benar-benar mau menggendongku?" mata Anya berbinar. Hatinya terasa dipenuhi dengan kegembiraan.     

"Hmm ..." gumam Aiden.     

Anya langsung menaiki punggung Aiden. Setelah itu, Aiden berjalan sambil menggendong Anya dengan stabil.     

Anya yang berada di punggung Aiden bisa melihat sisi wajah suaminya. Ia langsung mengecup pipi Aiden dengan lembut. "Kamu adalah suami yang baik, Aiden."     

Aiden langsung tersenyum saat Anya mengecup pipinya. Dan kemudian ia berbisik. "Sebelum bertemu denganmu, aku tidak pernah ingin menikah. Ayahku tidak menghargai ibuku. Kakakku dan Kak Maria memang memiliki hubungan yang sangat baik dan bisa menciptakan rumah yang sangat bahagia. Tetapi aku tidak yakin aku bisa menjadi suami yang baik."     

"Di mataku, kamu adalah suami terbaik," Anya berbisik di telinganya.     

"Aku tidak akan pernah mengecewakanmu," kata Aiden dengan tegas.     

Anya memahami rasa tidak percaya diri di hati Aiden. Sama seperti dirinya yang selalu merasa tidak aman karena tidak memiliki kasih sayang ayahnya, Aiden juga tidak pernah mengetahui bagaimana kehidupan pernikahan yang bahagia. Itu karena ayah dan kakaknya mengkhianati istri mereka dan Keara mengkhianati dirinya. Itu sebabnya Aiden tidak memiliki keyakinan terhadap hubungan pernikahan.     

"Aiden, jangan pernah menyerah. Kita akan hidup bersama selamanya, saling bergantung satu sama lain hingga maut memisahkan kita. Kamu harus melakukan apa pun yang aku katakan!" kata Anya.     

Mendengar perintah istrinya itu, Aiden langsung tertawa. "Itu adalah kata-kata cinta terbaik yang pernah aku dengar."     

Anya mengangkat alisnya saat mendengarkan jawaban Aiden. "Siapa yang pernah mengatakan kata-kata cinta padamu?"     

Aiden berpikir sejenak dan kemudian menjawab, "Hmm ... Terlalu banyak. Aku tidak bisa mengingatnya!"     

Anya hanya bisa memukul pundak Aiden dengan kesal mendengar jawaban arogan Aiden. Sementara itu, Aiden hanya tertawa kecil melihat istrinya yang cemburu.     

Setelah terdiam beberapa saat, pikiran Anya melayang pada pelaku yang membunuh semua vanilinya di taman. Semua bukti-bukti yang ia dapatkan tertuju pada Raisa. Apa mungkin Raisa melakukan semua ini karena terlalu mencintai Aiden?     

"Aiden, kamu tahu kalau Raisa menyukaimu. Mengapa kamu malah memilih untuk bertunangan dengan Natali?" tanya Anya dengan penasaran.     

"Tidak ada bedanya, Natali atau pun Raisa. Toh, aku tidak menyukai mereka berdua. Aku memilih Natali waktu itu karena Keluarga Atmajaya dan Keluarga Tedjasukmana sedang bekerja sama pada saat itu," kata Aiden dengan acuh tak acuh.     

Anya mengelus sisi wajah Aiden. Ia tidak tahu mengapa, hatinya terasa sakit mendengar kata-kata Aiden dan melihat sikap cueknya. Aiden benar-benar tidak memahami cinta sehingga ia tidak peduli dengan siapa pun ia dijodohkan. Baginya, perjodohan itu adalah sebuah bisnis. Tidak perlu ada rasa cinta.     

"Kalau kamu tidak bertemu denganku, bagaimana kamu menjalani hidup ini?" tanya Anya.     

"Aku tidak tahu," Aiden tidak mau menjawab pertanyaan yang berandai-andai seperti itu. Ia juga tidak mau memikirkannya karena saat ini Anya berada di sisinya.     

Ia tidak mau membayangkan bagaimana hidup tanpa Anya ...     

"Aiden, berjanjilah padaku. Jangan biarkan aku meninggalkanmu," bisik Anya dengan suara lirih.     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.