Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Anak Perempuan



Anak Perempuan

0"Kapan parfum baru itu akan keluar?" tidak tahu sejak kapan, Aiden tiba-tiba saja muncul di ambang pintu.     

Anya terkejut saat mendengar suara Aiden dari belakang. Ia berbalik dan melihat sosok Aiden sedang berdiri di ambang pintu.     

Sudah berapa lama Aiden berdiri di sana? Apakah ia mendengarkan semua yang Anya katakan pada ibunya?     

Anya menggigit bibirnya dan bertanya dengan suara pelan, "Sudah berapa lama kamu berdiri di sana?"     

"Sejak kamu bilang kamu tidak salah memilih suami." Aiden menatap Anya dengan wajah yang berbinar. Senyum bangga terlihat di wajahnya.     

Jawaban itu membuat pipi Anya seperti terbakar. Ia merasa malu! Aiden mendengar semua yang ia katakan pada ibunya!     

"Mengapa kamu menguping?" Anya melotot ke arah Aiden.     

Aiden hanya terkekeh melihat kegalakan istrinya, "Kamu sedang berbicara dengan ibumu. Aku tidak mau mengganggu."     

Saat berdiri di ambang pintu, Aiden merasa sangat senang mendengar Anya membicarakan tentang dirinya. Ia mendengar Anya memujinya dan mengakui cintanya di hadapan ibunya.     

Istri kecilnya ini memang sangat lembut dan baik hati.     

Sebelumnya, Aiden memang merasa kesal karena kepolosan Anya. Tetapi ia tahu bahwa kebaikan hati Anya adalah kelebihan Anya.     

Ia tidak akan membiarkan Anya kehilangan kelembutan dan kebaikan hatinya, tetapi ia juga akan mengajarkan kepada Anya untuk bersikap tegas pada orang-orang tertentu.     

Setelah itu, Anya memikirkan mengenai pertanyaan Aiden. Ia memikirkan mengenai parfum baru Imel. "Aku tidak percaya pada ayahku. Ditambah lagi, bukankah suatu kebetulan yang sangat aneh kalau Imel ingin mengeluarkan parfum di saat-saat seperti ini?"     

Aiden juga mengetahui seberapa liciknya Deny dan juga Imel. Namun, ia tidak akan pernah membiarkan apa pun terjadi pada Anya dan ibunya.     

"Sebelum ibuku kembali koma, ia bilang ada yang salah dengan resepnya sehingga bisa menyebabkan reaksi asma. Aku masih belum tahu apa yang salah dengan formula itu," bisik Anya dengan suara pelan.     

Mata Aiden terlihat dalam saat ia berpikir. "Jika tidak ada yang salah dengan formulanya, reputasi Imel akan semakin meningkat karena ia bisa mengeluarkan parfum baru. Namun, jika ada sesuatu yang terjadi, Imel akan menyalahkan ibumu, karena ada tanda tangan ibumu pada resep parfum itu."     

"Benar. Jika parfumnya baik-baik saja dan laku di pasaran, parfum itu akan menjadi parfum khusus buatan Imel Tahir. Namun, jika ada yang terjadi, ia akan mengeluarkan resep parfum bertanda tangan ibuku, dan membuat semuanya terlihat seperti kesalahan ibuku. Aku masih belum tahu apakah parfum yang akan ia luncurkan itu benar-benar resep dari ibuku. Aku tidak tahu apakah ayahku benar-benar menjualnya," Anya merasa begitu panik karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

"Jangan khawatir. Aku akan menyuruh seseorang untuk memeriksanya," kata Aiden.     

"Aiden, ibuku sedang koma sekarang. Aku benar-benar tidak mau Imel terus mengganggu ibuku dalam kondisi seperti ini," Anya menatap ibunya yang masih terbaring di rumah sakit dengan tatapan sedih. "Aiden, kamu harus mencari cara untuk membantu ibuku."     

"Semua masalahmu adalah masalahku juga. Aku akan menyuruh seseorang untuk menyelidikinya," Aiden berjalan keluar dari kamar Diana dan langsung menyuruh anak buahnya menyelidiki Imel.     

Kalau memang benar parfum yang akan dikeluarkan oleh Imel adalah resep dari Diana, ia akan berusaha agar Imel tidak mendapatkan ijin untuk meluncurkan parfumnya.     

Sebelum mendaftarkan ijin sebuah parfum, seseorang harus menyerahkan berkas-berkas untuk prosedur pemeriksaan agar bisa mendapatkan persetujuan. Untuk melindungi formula tersebut, ia harus mengajukan formula tersebut dan mendaftarkannya untuk mendapatkan hak paten.     

Mungkin Aiden bisa mencegah pendaftaran ijinnya, atau membayar seseorang untuk mencari tahu apakah resep itu benar-benar miliki ibu Anya.     

Anya menatap Aiden yang sedang menelepon di koridor sambil tersenyum. Kemudian ia berkata pada Diana, "Ibu, bukankah pria pilihanku jauh lebih baik daripada kamu? Aku harap, ayah tidak menjual formulamu, atau aku benar-benar akan mengusirnya dari rumah milik ibu. Meski Keluarga Tedjasukmana bangkrut sekali pun aku tidak akan memedulikannya."     

Diana masih tidak bereaksi. Dokter bilang, ibunya membutuhkan waktu untuk pulih secara perlahan. Tetapi kondisi ibunya semakin membaik dan bisa keluar dari ruang ICU dalam dua hari saja. Kemungkinan ibunya bisa bangun lagi sangat tinggi.     

"Ibu, aku akan mengunjungi makam nenek untukmu tahun ini. Tetapi kamu harus segera bangun. Nenek sangat mencintaimu."     

Anya terus berbicara sambil membenarkan selimut Diana. "Tahun ini terasa sangat hangat. Bahkan bunga osmanthus pun tumbuh lebih cepat. Aku sedang sibuk mengumpulkan bunga osmanthus dan menjualnya, jadi mungkin aku tidak akan bisa sering-sering mengunjungi ibu. Cepat bangun, Bu. Anya butuh bantuan ibu ..."     

Ketika Aiden kembali, Anya sudah menantinya.     

"Aiden, ibuku butuh istirahat. Kata dokter, ia harus banyak beristirahat agar bisa kembali pulih. Untuk sementara, sebaiknya aku tidak mengganggunya," kata Anya dengan serius.     

Aiden mengelus pipi Anya dengan lembut dan berkata dengan tenang, "Aku akan menyuruh pengawalku berjaga di sini dan memberitahu rumah sakit agar tidak ada yang bisa mengunjungi ibumu selain keluarga."     

Anya langsung mengangguk dan merasa lega.     

Ketika pulang dari rumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Aiden mengangkat jam tangan di pergelangannya, "Masih sore. Aku ingin membawamu ke suatu tempat sebelum pulang."     

"Ke mana?" tanya Anya dengan bingung.     

"Bertemu ibuku," kata Aiden dengan santai.     

Anya menarik napas dalam-dalam. Kalau tidak salah ingat, ibu Aiden sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun lalu.     

"Aiden, aku tidak mengerti," Anya menatapnya dengan bingung. Apakah Aiden akan mengajaknya ke makam ibunya?     

Sepertinya hari terlalu sore untuk pergi ke makam. Begitu tiba di sana, hari sudah gelap.     

"Apakah kamu takut?" Aiden terkekeh saat menebak pikiran istrinya. "Ini belum gelap."     

"Apakah tempatnya jauh?" tanya Anya dengan suara lemah.     

"Tidak jauh. Hanya empat puluh menit saja dengan mobil." Wajah tampan Aiden menghadap ke arah Anya dan menatapnya dengan lembut. "Kalau kamu tidak mau, kita bisa pulang,"     

Anya berpikir sejenak. Kalau mengendarai mobil butuh waktu empat puluh menit, sepertinya mereka bisa pulang sebelum pukul enam.     

"Ayo pergi. Aku juga bisa mengunjungi makam nenekku sekaligus." Kata Anya sambil tersenyum tipis.     

Saat perjalanan menuju ke pemakaman, sebuah kecelakaan lalu lintas terjadi sehingga mobil mereka terhenti di jalan.     

Anya melihat situasinya sedang tidak baik. Beberapa ambulan datang, membuat situasinya semakin menegangkan. Sepertinya situasi ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk selesai.     

"Aiden, bagaimana kalau kita berjalan? Pemakamannya sudah dekat." Kata Anya dan Aiden langsung menyetujuinya.     

Begitu tiba di pemakaman, mereka pergi mengunjungi nenek Anya terlebih dahulu, untuk menghormati yang lebih tua.     

Anya membawa buah-buahan dan bunga yang ia beli sebelum pergi menuju ke makam neneknya.     

"Nenek, Anya datang bersama dengan cucu menantumu. Bukankah aku hebat? Suamiku sangat tampan, kan?" Anya menatap makan neneknya sambil tersenyum. Tangannya menyentuh batu nisan neneknya dengan lembut. "Nenek tidak perlu khawatir. Anya akan menjaga ibu."     

"Nenek, namaku Aiden. Aku adalah suami Anya. Aku akan menjaga Anya dan juga ibunya," kata Aiden dengan suara pelan di depan nisan nenek Anya. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada Anya."     

Anya tersenyum mendengarnya. "Nenek, bukankah suamiku sangat baik?" katanya sambil tertawa kecil. "Nenek selalu berdoa agar umurku panjang dan aku bisa menemukan suami yang baik. Kalau suamiku tidak baik, aku akan menderita seumur hidup. Itu sebabnya aku mengikuti ajaran nenek untuk mencari suami yang baik hati dan juga tampan. Dengan begitu, putra putriku juga akan sama tampan dan cantiknya."     

"Nenek, nenek pergi terlalu cepat. Anya belum bisa berbakti pada nenek. Jika nenek dilahirkan kembali, Anya berharap kita akan menjadi keluarga lagi. Kalau nenek menjadi anakku, aku akan sangat menyayangimu dan memanjakanmu."     

Wajah Aiden langsung berubah mendengar kata-kata Anya.     

Anak perempuan?     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.