Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengapa Kamu Mencintaiku?



Mengapa Kamu Mencintaiku?

0Anya sedikit mengerutkan keningnya. Ia merasa jauh lebih nyaman karena pijatan, tetapi entah mengapa hatinya merasa tidak senang.     

"Aiden, kamu pandai memijat. Apakah kamu sering memijat seseorang sebelumnya?" tanya Anya.     

"Hmm …" gumam Aiden.     

Hati Anya kecewa saat mendengarnya. Aiden mengakui bahwa ia sering memijat seseorang. Siapa yang Aiden pijat sebelumnya? Apakah itu Keara?     

Anya tahu bahwa Aiden dulu dijodohkan dengan Keara dan mereka sempat berhubungan untuk beberapa saat. Meski pada akhirnya Keara memilih untuk bertunangan dengan Ivan, tetapi saja mereka pernah menjalin cinta.     

Nico tidak menyukai Keara, tetapi bukan berarti Aiden memiliki perasaan yang sama? Bagaimana sesungguhnya perasaan Aiden terhadap Keara? Anya sama sekali tidak pernah mengetahuinya.     

Aiden begitu dingin sehingga Keara akhirnya berpaling darinya. Namun, bagaimana perasaan Keara yang sebenarnya? apakah ia hanya berpura-pura agar Aiden menyesal?     

Anya membayangkan Keara bersandar di pelukan Aiden, sementara Aiden memijatnya seperti sedang memijatnya saat ini. Senyum mengembang di wajah mereka saat saling bertatapan.     

Anya langsung menggelengkan kepalanya, berusaha untuk mengusir pikiran itu dari otaknya.     

"Ada apa?" Aiden menatapnya dengan curiga.     

"Tidak ada apa-apa," gumam Anya.     

Meski demikian, otak Anya seolah tidak mau diajak kerja sama. Ia masih melihat bayangan saat Aiden duduk di samping Keara ketika wanita itu mengeluh sakit perut. Aiden akan meletakkan tangannya di perut Keara dan menenangkannya.     

"Apa yang ada di dalam otak kecil ini?" kata Aiden sambil menyentuh kening Anya.     

"Aku tidak memikirkan apa pun," jawab Anya mengelak.     

"Ketika Nico pertama kali tiba di luar negeri, ia selalu menggangguku dan menempel padaku. Sesekali, Nico akan beralasan sakit perut saat ia tidak mau ke sekolah. Setiap kali ia sakit perut, aku yang memberinya pijatan. Kakak iparku menyuruhku untuk menjaganya. Tidak mungkin aku membiarkan Nico begitu saja," Aiden terus memijat Anya dan bertanya, "Apa yang kamu pikirkan tadi?"     

Anya menggigit bibirnya dan terus mengelak, "Aku hanya berpikir bahwa kamu sangat pandai memijat, jadi kamu pasti sering memijat orang lain. Tetapi aku tidak menyangka kalau orang itu adalah Nico."     

"Apakah kamu kira itu adalah Keara?" tanya Aiden.     

Tubuh Anya langsung menegang, tetapi mulutnya tetap beralasan, "Aku tidak menebak siapa-siapa."     

Aiden terkekeh saat melihat kebohongan Anya. "Aku tidak sedekat itu dengannya," Aiden menjelaskan.     

"Aku harus berterima kasih padanya karena ia menyerah dan memberiku kesempatan untuk bersama denganmu. Jadi, aku tidak peduli dengan masa lalumu. Bagaimana pun juga, sekarang kamu adalah milikku," Anya berbalik dan memeluk leher Aiden erat-erat.     

Aiden balas tersenyum dan memeluknya, "Baguslah kalau kamu berpikir seperti itu."     

"Aiden, apakah aku sudah bilang bahwa aku mencintaimu?" pelukan Anya semakin mengerat. Samar-samar ia bisa mencium aroma khas Aiden, seperti ada campuran mint. Aroma itu membuat Anya merasa nyaman.     

"Hmm …" jawab Aiden.     

"Bagaimana denganmu? Apakah kamu mencintaiku?" tanya Anya sekali lagi.     

"Hmm …" jawab Aiden.     

Anya tersenyum. Tidak mudah bagi seorang Aiden untuk mengatakan "Aku Mencintaimu" karena Aiden adalah pria yang sangat canggung. Tetapi Anya bukan wanita yang sensitif. Sudah cukup baginya mengetahui bahwa Aiden mencintainya. Karena Aiden menunjukkan cintanya bukan dari perkataan, melainkan dari tindakan.     

Ia percaya suatu hari nanti, Aiden akan mengatakannya sendiri. Anya menantikan kedatangan hari itu dengan sabar.     

"Anya, jahe hangatnya sudah jadi," ketika Hana datang membawakan jahe hangat untuk Anya, Anya masih berada di pelukan Aiden, bermanja-manja.     

"Bu Hana, aku akan membuat lima ribu botol sirup osmanthus tahun ini. Aiden yang memesannya!" Anya tersenyum dan memberitahu kabar baik itu pada Hana.     

"Selamat! Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja padaku," Hana ikut senang.     

"Aku membutuhkan banyak osmanthus kering. Aku juga harus menyewa cabinet disinfektan untuk membersihkan botol yang akan digunakan. Selain itu, aku juga membutuhkan panci besar untuk memasak sirupnya. Aku juga butuh …"     

"Kamu hanya perlu menyediakan osmanthus kering dan sisanya biarkan dikerjakan oleh pabrik. Itu lebih aman, higienis dan jauh lebih mudah," kata Aiden.     

Anya mengerutkan keningnya, "Tetapi biaya yang dibutuhkan sangat mahal."     

"Anya, Atmajaya Group memiliki pabrik makanan. Kamu bisa meminta bantuan dari Harris untuk membicarakan biayanya. Kita hanya perlu menyiapkan gula batu dari osmanthus dan bunga kering," kata Hana.     

Anya tahu ia tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian karena pesanan ini terlalu besar. Tetapi saat memikirkan biayanya, ia juga tidak rela untuk mengeluarkan biaya sebesar itu.     

"Idenya cukup bagus. Tetapi aku mau membicarakan mengenai biayanya sendiri." Ketika mengatakannya, mata Anya berbinar.     

Aiden tersenyum dan menatap istrinya. Anya tidak bisa mempercayai kemampuan Harris dalam membicarakan harga. Ia takut biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi dan hasil yang ia dapatkan berkurang. Sehingga ia memutuskan untuk turun tangan.     

"Baiklah. Aku akan menyuruh Harris membawamu saat membicarakan mengenai harga," Aiden mengangguk dan setuju.     

Anya meminum jahe hangat yang dibawakan oleh Hana, lalu mengembalikan gelas yang sudah kosong pada Hana. Setelah itu, ia mengambil ponselnya dan mulai menghitung.     

Saat menghitung-hitung, ia bertanya pada Aiden, "Aiden, berapa anggaranmu?"     

"Apakah dua ratus juta cukup?" Aiden menatap Anya.     

"Dua ratus juta untuk lima ribu botol. Jadi, per botolnya empat puluh ribu rupiah. Jika aku bisa menekan biaya produksinya setengah, aku bisa menghasilkan seratus juta sekaligus?" Anya menatap angka di layar ponselnya dengan mata terbelalak. Ia tidak bisa membayangkan uang sebanyak itu.     

"Hmm … Benar sekali," Aiden tertawa kecil dalam hati.     

"Tahun lalu, aku membuat begitu banyak produk dan menjualnya, tetapi hanya bisa mendapatkan sekitar enam juta saja. Ini peningkatan yang sangat luar biasa," kata Anya dengan gembira.     

"Itu karena kamu tidak mengenalku tahun lalu," kata Aiden dengan santai.     

"Aiden, apakah kamu dewa uangku? Mengapa kamu tidak muncul lebih cepat?" Anya memegang tangan Aiden dan mengguncangnya penuh dengan semangat. "Kalau kamu datang lebih cepat, mungkin aku sudah sangat kaya sekarang."     

"Belum terlambat," Aiden menarik tangannya dengan lembut, "Jangan guncang tanganku. Aku bukan pohon uang."     

Anya tertawa. "Aku mengguncangmu karena kamu memang pohon uangku."     

Aiden ikut tertawa mendengarnya. Ia menatap Anya yang begitu gembira seperti anak kecil yang mendapatkan mainan.     

Ia berkata dengan lembut. "Anya, mulai sekarang, tidak perlu mengkhawatirkan soal uang. Aku harap kamu lebih meluangkan waktu untuk melakukan apa yang kamu sukai. Jangan sia-siakan talentamu hanya untuk bekerja."     

Anya tersentuh saat mendengar kata-kata Aiden. Suaminya itu selalu mendukungnya, menyemangatinya untuk terus mencapai cita-citanya.     

Ia memeluk Aiden erat-erat dan berkata dengan suara tercekat, "Aiden, aku benar-benar mencintaimu. Aku bersyukur bisa bertemu denganmu."     

Mungkin saat ini ia memang lemah dan tidak berdaya. Ia tidak punya apa-apa, tidak seperti Aiden yang memiliki segalanya di telapak tangannya.     

Ia tidak punya uang, tidak punya kekuasaan …     

Tetapi Anya punya kemampuannya. Ia ingin melangkah maju, perlahan-lahan, untuk menjadi sosok yang lebih baik. mengejar Aiden selangkah demi selangkah, menjadi istri yang pantas untuk Aiden.     

Meski status mereka berbeda, Aiden tidak pernah mempermalukannya dengan memberinya uang atau cek. Harga diri Anya terlalu tinggi untuk itu …     

Sebaliknya, Aiden mengajarkan bagaimana cara menghasilkan uang, bagaimana cara mengatur waktunya dengan tepat dan selalu mendukungnya untuk melakukan hal-hal yang ia sukai.     

"Anya, aku senang mendengar pengakuan cintamu. Tetapi bukankah aku pemarah dan sulit untuk dibujuk?" kata Aiden sambil mengangkat alisnya. Ia mengingat apa yang Anya katakan saat mabuk.     

"Mengapa kamu mencintaiku?" sambung Aiden, menanyakannya dengan sengaja.     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.