Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Membunuhnya



Membunuhnya

0"Anya, lihatlah. Ada bintang jatuh. Cepat buat permohonanmu," sekali lagi Aiden menunjuk ke arah langit.     

Anya menegadah dan melihat bintang jatuh melintasi langit yang gelap. Ia langsung memejamkan mata dan membuat sebuah permohonan.     

Ketika membuka matanya kembali, ia melihat Aiden juga sedang memejamkan matanya dengan serius.     

"Apa permohonanmu?" tanya Anya dengan penasaran.     

"Aku berharap agar keinginanmu terkabul," kata Aiden.     

Mata Anya terasa panas lagi dan air mata mengalir di wajahnya. Mengapa Aiden begitu baik kepadanya? Setelah semua yang ia lakukan pada Aiden sekali pun, suaminya itu masih mengharapkan yang terbaik untuknya ...     

Ia benar-benar tidak pantas mendapatkan Aiden ...     

Ibunya tidak setuju dengan hubungan mereka, tetapi hatinya sudah menjadi milik pria ini. Apa yang harus ia lakukan?     

"Sepertinya kamu banyak menangis hari ini," Aiden menghapus air mata Anya dengan lembut. "Ada aku. Tidak perlu takut. Semuanya akan baik-baik saja."     

"Mengapa kamu begitu baik padaku," Anya menyandarkan tubuhnya pada pelukan Aiden dan memeluk pinggangnya erat. Meski air mata dan ingus mengotori baju Aiden, Aiden sama sekali tidak peduli.     

Ia menepuk punggung Anya, membisikkan kata-kata untuk menenangkannya dan berusaha untuk menghiburnya.     

"Apakah kalian sudah ingat apa yang aku katakan? Setelah melakukan semua nasihat dariku, jangan lupa amati semalaman. Besok pagi, kemungkinan besar semuanya bisa kembali normal." Saat berjalan, para ahli itu memberi arahan pada kedua karyawan Anya.     

"Baik, kami mengerti," kedua orang tersebut mengangguk terus menerus.     

"Bagaimana? Apakah vanilinya bisa diselamatkan?" tanya Anya dengan cemas.     

"Kami sudah mengamatinya dan memang benar ada penggunaan herbisida. Untung saja konsentrasinya tidak terlalu tinggi dan ditemukan tepat waktu. Vanilinya masih bisa diselamatkan," kata salah satu ahli.     

Sementara itu, ahli lain menimpali, "Kami sudah memberikan cairan untuk mengurangi khasiat herbisida. Jika ingin memastikan keselamatan seluruh tanaman, kami sarankan untuk membuang beberapa vanili yang memang benar-benar sudah rusak untuk mengurangi beban tanaman."     

"Terima kasih banyak!" Anya membungkuk berulang kali.     

"Harris ..." Aiden menatap ke arah Harris dan Harris langsung memahaminya.     

Ia tidak mau mengatakannya di hadapan Anya, tetapi ia tidak mungkin membiarkan para ahli itu pulang tanpa menerima apa-apa.     

Seperti pergi ke dokter saat sakit, semua orang harus membayar dokter tersebut.     

Sama halnya dengan tanaman. Jika tanaman itu sakit dan meminta bantuan dari ahli tanaman untuk menyembuhkannya, ia juga harus membayar.     

Tetapi Aiden tidak mau membebani Anya. Anya pasti akan merasa tidak enak jika tahu Aiden mengeluarkan uang banyak untuk memanggil para ahli ini agar ia bisa menyelamatkan vanilinya.     

Untungnya saja, Harris sudah lama bekerja untuk Aiden. Ia hanya butuh satu tatapan saja untuk memahami apa yang dimaksud Tuannya.     

Harris segera mengantar para ahli itu untuk pergi.     

Sementara itu, Anya tidak sabar untuk memasuki taman vanilinya lagi. Ia menatap ke arah semua tanaman hasil kerja kerasnya dengan tidak rela.     

Ia harus membuang beberapa dari tanaman ini agar yang lainnya bisa diselamatkan.     

"Bu, bagaimana? Apakah Anda bersedia membuang beberapa dari vanili ini?" tanya karyawannya dengan hati-hati.     

Aiden menatap ke arah Anya dan berkata, "Anya, ingat. Tujuan utamamu adalah menyelamatkan vanili ini."     

"Aku tahu. Lakukan sesuai yang ahli itu katakan. Yang penting kita bisa menyelamatkan vanili ini. Tidak apa-apa jika panennya terlambat sekali pun," Anya menerima kenyataan.     

"Maafkan kami, Bu. Kelalaian kami membuat Anda mengalami kerugian besar," kata orang tersebut.     

Namun, bagi Anya, yang penting vanilinya selamat. Itu saja sudah cukup ...     

"Kalian juga tidak ingin ini terjadi. Taman ini terlalu besar untuk kalian rawat berdua saja, kalian sudah bekerja keras. Aku akan memberi kalian bonus saat panen vanili nanti," kata Anya sambil tersenyum.     

Dua orang tersebut saling menatap satu sama lain. Pada awalnya, Harris mempekerjakan mereka di area taman vanili saja. Tanggung jawab mereka adalah untuk memastikan vanili itu bisa tumbuh tahun ini.     

Namun, alih-alih tumbuh, mereka malah mengalami kerugian besar. Mereka sudah siap jika Anya akan memecat mereka ...     

Kenyataannya, Anya mempercayai mereka dan malah memberi mereka tanggung jawab yang lebih besar.     

"Bu, kami tidak pantas untuk merawat semua tanaman ini. Bagaimana kalau kami melakukan kesalahan lagi seperti ini?     

Anya tersenyum saat mendengarnya. "Kemarin, Aiden sudah meminta para pelayannya untuk memanen sebagian besar bunga. Aku hanya menyisakan bunga-bunga mawar di daerah timur dan bunga itu untuk hari Natal. Ibuku sedang sakit, jadi aku tidak bisa sering-sering ke sini. Bantu aku untuk merawatnya dan telepon aku jika ada sesuatu yang terjadi."     

"Baiklah, kami bisa bergantian merawat bunga mawar itu untuk Anda," akhirnya mereka tidak menolak.     

"Terima kasih," Anya merasa lega. Kedua orang ini sepertinya bekerja setulus hati dan bisa dipercaya. Oleh karena itu, Anya memutuskan untuk mempercayai mereka.     

Setelah Harris mengantarkan dua hali itu, ia segera kembali dan melapor pada Aiden. "Tuan, CCTV memperlihatkan orang yang memasukkan herbisida dalam air, tetapi hanya punggung dan samping wajahnya saja yang terlihat. Kedua orang di taman ini tidak mengenal pria itu," kata Harris sambil memberikan ponselnya pada Aiden.     

Aiden melihatnya dan merasa pria di foto itu familier. "Aku merasa pernah melihat pria ini."     

Anya ikut melongok dan melihat ponsel tersebut. Ia menyadari siapa orang yang melakukannya.     

Ia adalah Dio, pemilik kios kebab tempat Anya mabuk kemarin malam. Anya mengenali pria itu.     

"Itu adalah Dio. Kemarin malam aku pergi ke kios kebabnya bersama dengan Tara dan Nico. Mengapa ia berusaha untuk merusak tamanku?" Anya tidak memahami semua ini.     

Wajah Aiden langsung terlihat dingin. "Harris, panggil polisi."     

Ketika mendengar Aiden ingin melaporkan masalah ini pada polisi, Anya langsung menghentikannya. "Aiden, aku ingin mendengar apa alasannya melakukan semua ini."     

Harris melihat wajah Aiden langsung berubah. Ia segera mengingatkan Anya. "Nyonya, walaupun Anda mengenal pelakunya dan vanili Anda telah diselamatkan, ini adalah kejahatan besar. Anda tidak boleh membiarkan masalah ini begitu saja."     

Anya merasa ragu dan berkata, "Dio sangat baik padaku saat aku kesusahan. Ia membantuku untuk membawa bunga dan membantuku untuk menjualnya. Kemarin malam, saat aku makan di kiosnya, ia bahkan memberiku bonus. Jika memang benar Dio yang melakukannya, aku yakin pasti ada alasannya. Mungkin ia sedang mengalami kesulitan ..."     

"Harris, bawa orang itu ke rumah. Tidak ada alasan yang tepat untuk melakukan hal seperti itu," kesabaran Aiden semakin menipis. Ia menggandeng tangan Anya dan segera keluar.     

Melihat Aiden sangat marah, Anya tidak berani membela Dio lagi. Ia segera pulang bersama Aiden karena Maria masih menantinya untuk makan malam.     

Di mobil, Anya sesekali mengamati wajah Aiden. Ketika melihat wajah Aiden sedingin es, Anya menelan kembali apa yang ingin ia katakan.     

"Anya, hasil kerja kerasmu selama tiga tahun hampir saja hancur berantakan. Tidak peduli seberapa baiknya orang itu kepadamu, kamu harus memahami bahwa orang bisa berubah," suara Aiden terdengar dingin.     

"Aku tahu. Aku hanya tidak percaya Dio yang melakukannya. Aku rasa ia tidak melakukannya dengan sengaja. Mungkin ada orang lain di belakangnya, yang menyuruhnya atau membayarnya. Setelah kamu menemukannya, bisakah aku bertemu dengannya terlebih dahulu?" tanya Anya.     

"Hmm ..." Aiden melembutkan suaranya dan menganggukkan kepalanya.     

Anya memegang tangan Aiden dan berkata sambil tersenyum. "Aku hanya terbawa emosi tadi. Aku tidak berniat membunuh orang yang melakukan ini kepadaku. Tetapi sekarang aku sudah lebih tenang. Bisakah kamu juga tenang dan tidak melakukan sesuatu yang gegabah?"     

"Apakah kamu takut aku akan membunuhnya?" kata Aiden sambil menoleh ke arah Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.