Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Jangan Rusak Gaunku



Jangan Rusak Gaunku

0"Aiden, aku memang meminjam uang dari Raka. Tetapi aku tidak mengirimkan nomor rekeningku padanya. Aku mencoba untuk menjual rumahku terlebih dahulu dan menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan siapa pun. Aku tidak akan meminta bantuannya, kecuali kamu tiba-tiba mendesakku untuk mengembalikan uangnya sekarang juga," Anya menjelaskan semuanya dengan suara lemah.     

Aiden menatap Anya, merasa marah sekaligus konyol. Apakah Anya berpikir ia akan benar-benar membunuhnya?     

Mana mungkin ia bisa membunuh Anya? Semua yang ia ucapkan itu hanya omong kosong belaka. Ia begitu mencintai Anya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya … Bagaimana cara membuat Anya percaya kepadanya …     

Namun, istrinya yang tidak punya hati ini benar-benar membuatnya marah. Beraninya ia meminjam uang pada Raka di belakangnya.     

Memang dari luar, kelihatan seperti Anya yang selalu berusaha keras untuk mendekatkan hubungan mereka. Tapi diam-diam Aiden juga berusaha untuk membimbingnya dan membuat hubungan mereka semakin kuat.     

Meski Anya terlihat lebih banyak bertindak, Aiden juga bekerja di belakang layar. Ia merencanakan semuanya dan juga berkontribusi untuk hubungan mereka.     

Aiden mengelus wajah Anya dengan lembut, "Kalau kamu ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, ambillah surat perjanjian itu dan berikan rumahmu untukku."     

"Kamu ingin membeli rumahku? Apakah kamu sudah tahu harganya?" tanya Anya.     

"Aku sudah tahu. Aku akan memberikan uang mukanya terlebih dahulu, sebesar harga jaminan tanah itu. Setelah proses pemindahan nama dari rumah itu dan saat rumah itu benar-benar menjadi milikku, aku akan memberikan sisanya," kata Aiden dengan tenang, seolah mereka sedang membicarakan uang kecil.     

Anya mengedipkan matanya. Matanya yang terlihat sedih, sekarang tiba-tiba saja berbinar. "Jadi, aku bisa menggunakan uang muka itu untuk taman?"     

"Hmm … Taman itu akan menjadi milikmu lagi," Aiden sekali lagi memberikan dokumen itu pada Anya.     

Kali ini, Anya menerimanya. Ia membuka dokumen itu dan melihatnya dengan seksama. Itu benar-benar surat perjanjian jaminan yang ia tanda tangani sebelumnya. "Apakah kamu benar-benar mengembalikannya kepadaku?"     

"Hmm …" Aiden mengangguk.     

"Kalau begitu aku akan membuat surat menandakan bahwa kamu sudah membayar uang muka. Kalau proses pemindahan namanya mengalami kesulitan dan tidak bisa selesai dalam jangka waktu tiga bulan, aku akan mengembalikan semua uangmu dan juga membayar biaya penalti …"     

"Tidak perlu. Tidak perlu penalti. Aku hanya ingin kamu," sela Aiden.     

Anya tahu rumah itu tidak ada gunanya untuk Aiden.     

Aiden melakukan semua ini agar ia bisa mendapatkan kembali taman milik ibunya. Aiden ingin Anya bisa mengambil kembali jaminan itu tanpa ada beban psikologis yang terus menghantuinya.     

Bagaimana mungkin Anya tidak memahami niat baik Aiden?     

Namun, selain masalah tanah ini, masih ada masalah lain yang tidak bisa ia pecahkan. Ibunya meminta agar Anya bercerai dengan Aiden. Tetapi sepertinya Anya tidak bisa keluar dari pernikahan ini.     

Bagaimana cara ia menjelaskan semua ini kepada ibunya?     

"Masalah perceraian, biarkan aku berpikir beberapa hari. Aku perlu waktu untuk menata pikiranku," kata Anya pada akhirnya. Ia harus mencari solusi untuk masalah ini. "Tetapi untuk sementara waktu, kamu tidak boleh menyentuhku!"     

"Kemarin malam, kamu yang berinisiatif. Aku hanya menuruti kemauanmu," bisik Aiden.     

Wajah Anya langsung memerah karena malu. Tiba-tiba saja ia mengingat sesuatu.     

Setelah ia mabuk kemarin, ia lupa terhadap pertengkaran mereka dan lupa kalau ia sedang kabur dari rumah.     

Melihat Aiden di hadapannya, ia memeluknya, memanggilnya suami dan berkata bahwa ia merindukannya. Kemudian, Aiden membawanya kembali pulang ke rumahnya dan tidak membiarkannya tidur semalaman.     

"Aku mabuk. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Kamu … Kamu mengambil keuntungan dariku," Anya melotot ke arah Aiden dengan marah.     

"Katanya, bercinta setelah bertengkar jauh lebih memuaskan dibandingkan biasanya. Kamu terlihat sangat menikmatinya semalam," Aiden sengaja mengatakannya.     

"Ak- … Aku tidak ingat apa pun!" Anya menyangkalnya dengan wajah merona.     

"Apakah kamu mau aku membantumu untuk mengingatnya?" Aiden menatapnya dengan tatapan yang menggoda.     

Mendengar hal itu, Anya benar-benar ingin bersembunyi!     

Namun, Aiden tidak berniat melepaskannya. Tubuhnya yang tinggi memenjarakan tubuh mungil Anya, tidak membiarkan istrinya itu kabur darinya.     

Tangan kecil Anya mendorong dada Aiden. Dari telapak tangannya, ia bisa merasakan tubuh Aiden terasa panas. Meski ia tidak menyentuh kulitnya secara langsung, dari kemeja yang Aiden kenakan saja, Anya bisa merasakan suhu tubuhnya yang panas.     

Ia meringkuk ketakutan. Matanya terbelalak dan ia menggelengkan kepalanya sambil berkata dengan panik. "Aiden, kita harus turun."     

"Anya, kamu memang pelupa. Aku akan membantumu mengingat lagi apa yang terjadi kemarin malam," Aiden menundukkan kepalanya dan mengulum bibir Anya.     

Anya benar-benar malu mendengar kata-kata Aiden. Ia tidak mau mengingat kemarin malam dan tidak ingin memikirkannya.     

Bibir Aiden tersenyum saat merasakan kepanikan Anya. Hari ini, Anya menggunakan gaun putih yang ia belikan. Istrinya itu tampak sangat segar dan menawan, seperti bunga yang baru saja mekar di pagi hari dan menanti untuk dipetik.     

Gaun yang Anya kenakan membuat Aiden bisa bergerak dengan leluasa. Ia bisa mengangkat bagian bawah gaun itu dengan mudah dan melakukan apa pun yang ia mau pada Anya.     

Dari sejak ia masuk ke dalam rumah, hanya Anya yang terlihat di matanya. Istrinya yang sangat menawan, membuatnya jatuh cinta berulang kali hingga ia tidak bisa bangun lagi.     

Ia tidak bisa menahan dirinya …     

Mata Aiden terlihat menggelap karena gairah. Ia menatap Anya lekat-lekat, sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.     

Saat ia pergi ke luar negeri dan harus berpisah dengan Anya, ia benar-benar merindukan istrinya. Rindu setengah mati hingga hampir gila. Kemarin malam saja tidak cukup untuknya …     

Oleh karena itu, sekarang ia akan membantu Anya untuk mengingat apa yang mereka lakukan kemarin malam.     

Anya meronta dan berusaha untuk melepaskan dirinya dari Aiden. Namun, Aiden tidak membiarkannya lari. Ia mengulum bibirnya dengan penuh perasaan, membuat Anya tidak bisa menolak.     

Ia jarang melihat Aiden lepas kendali seperti ini. Biasanya, Aiden akan selalu mengendalikan dirinya.     

Namun, kali ini, rasanya Anya bisa merasakan seluruh perasaan Aiden tertuang dari apa yang ia lakukan.     

"Aiden … Jangan rusak gaunku," ketika merasakan Aiden menarik bagian bawah gaunnya dengan keras, ia segera mengingatkan Aiden.     

"Aku akan membelikan yang baru untukmu," Aiden mengangkat alisnya. Matanya terlihat sangat ekspresif seolah sedang tersenyum. Ia bisa melihat Anya mulai menyerah terhadap penolakan dan mulai menerimanya.     

Mata Aiden terlihat penuh dengan semangat dan tidak sabar lagi, namun tindakannya berkebalikan. Ia terlihat sabar dan menyentuh Anya dengan lembut.     

Ia mengecup dahi Anya dengan lembut, kemudian matanya, ujung hidungnya dan bibir mungilnya …     

Anya tidak bisa menolak ciuman-ciuman itu. Ia tidak tahu alasan apa yang harus ia lontarkan untuk menolak Aiden. "Aiden, kita masih bertengkar."     

Namun, alasan itu ditelan oleh Aiden dengan ciumannya. "Kamu sangat cantik hari ini," gumamnya.     

"Menurut internet, tujuan utama pria membelikan baju untuk wanita agar ia bisa melepas baju yang wanita itu gunakan saat ini. Jika kamu tidak membuang bajuku kemarin, aku tidak akan mengenakan baju darimu!" kata Anya dengan kesal.     

"Aku tidak mau melihatmu mengenakan celana pendek seperti itu di depan umum. Hanya aku yang boleh melihatnya!" kata Aiden.     

"Mengapa aku harus menunjukkan padamu? Bukankah kamu bilang aku biasa-biasa saja?" walaupun Anya mabuk kemarin malam, ia masih bisa mengingat beberapa potongan-potongan ingatan ketika ia bangun hari ini.     

"Siapa yang mengatakannya? Ia pasti buta! Di mataku, kamu adalah wanita tercantik," Aiden mengatakannya dengan tidak tahu malu, berpura-pura bukan ia yang mengejek Anya kemarin.     

"Jangan dekat-dekat denganku," kata Anya sambil berusaha mendorong tubuh suaminya.     

"Apakah kamu tidak menyukainya?" Aiden menatap Anya dengan penuh cinta, seolah hanya ada Anya di dunia ini."     

Apakah kamu tidak menyukainya? Tentu saja Anya menyukainya!     

Anya begitu mencintai Aiden. Hatinya dan tubuhnya adalah milik Aiden.     

Tetapi saat memikirkan ibunya yang sedang koma dan memikirkan persaingan antara Aiden dan Ivan, Anya benar-benar takut.     

Anya takut Aiden tidak mencintainya dan hanya menggunakannya sebagai alat untuk melawan Ivan …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.