Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aku Benci Diriku Karena Mencintaimu



Aku Benci Diriku Karena Mencintaimu

0"Apa yang kamu inginkan?" tanya Anya.     

Saat ini, ia sedang duduk di pangkuan Aiden. Tangannya memegang bahu Aiden untuk menyeimbangkan dirinya, sementara Aiden memeluk pinggangnya dan menyandarkan kepalanya di dada Anya.     

"Aku ingin memelukmu seperti ini. Merasakan kehangatanmu di dekatku," kata Aiden dengan suara pelan.     

"Apakah kamu pikir aku akan tertipu jika kamu bermulut manis pada saat seperti ini?" kata Anya.     

Aiden hanya tersenyum mendengar kegalakan kucing kecilnya. Ia menatap Anya yang keras kepala di pelukannya, tetapi bisa memahami mengapa istrinya bersikap seperti itu.     

Aiden tahu apa yang Anya pikirkan.     

"Harris yang menyuruhmu untuk menandatangani surat perjanjian itu. Aku hanya meminta satu hal darinya. Aku menginginkanmu. Aku tidak peduli yang lainnya. Harris yang bekerja denganku tentu saja akan memikirkanku. Jika kamu menceraikan aku tanpa mengembalikan uang yang kamu pinjam, aku akan mengalami kerugian. Harris tidak mau aku mengalami hal itu sehingga ia memintamu untuk menandatangani surat tersebut. Itu bukan salahnya," Aiden menjelaskan dengan sabar.     

"Apakah kamu berani bersumpah bahwa kamu tidak menginginkan taman ibuku sama sekali?" tanya Anya.     

"Aku, Aiden Atmajaya, tidak akan menelan kata-kataku sendiri. Aku menikah denganmu karena aku menginginkanmu, bukan karena tanah itu," Aiden menatap Anya lekat-lekat. "Apakah kamu pikir aku akan setuju untuk menceraikanmu?"     

Anya menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tahu tidak mudah bagimu untuk setuju dengan perceraian, tetapi aku tetap harus bercerai denganmu."     

"Sekarang, kamu sudah tahu bahwa aku tidak akan pernah menceraikanmu, apa yang kamu khawatirkan? Surat perjanjian itu mengikatmu agar kamu tidak pernah meninggalkanku. Selama kamu masih di sisiku, kamu tidak perlu membayar semua hutang itu dan taman ibumu akan baik-baik saja," kata Aiden.     

"Apa?" Anya mengedipkan matanya. Otaknya seolah tidak bisa memahami perkataan Aiden.     

"Aku menggunakan cara yang bodoh untuk mempertahankanmu di sisiku. Anya, tidak ada kata perceraian dalam kamusku. Apakah kamu ingat apa yang aku katakan?" Aiden memegang dagu Anya dan memintanya untuk menatapnya.     

Anya menggigit bibir bawahnya. "Ada banyak hal yang kamu katakan. Aku tidak tahu yang mana."     

"Aku bilang kamu bisa melakukan apa pun yang mau, tetapi tidak ada perceraian. Seumur hidup, sampai mati, kamu akan selalu bersamaku. Kita akan mati bersama." Mata Aiden yang sebelumnya terlihat hangat dan lembut, menjadi dingin.     

"Sampai mati … Apakah kamu mau membunuhku?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Aku hanya ingin hidup bersamamu selamanya. Aku tidak mau tanah ibumu dan aku tidak menginginkan uangmu. Yang aku inginkan kamu, hanya kamu. Aku tidak punya apa-apa di dunia ini dan kamu adalah hal yang terpenting bagiku. Anya, apakah kamu tidak punya hati?" Aiden menunjuk ke arah jantung Anya. "Apakah aku tidak cukup baik untukmu? Apakah kurang besar cintaku padamu?"     

Anya serasa akan tenggelam dalam perasaan Aiden yang terpancar dari matanya. Ia tidak bisa berkata apa-apa.     

Sesuai yang Aiden katakan, selama mereka tidak bercerai, taman ibunya akan baik-baik saja.     

Sejak awal mereka menikah, Aiden selalu menekankan bahwa perceraian adalah hal yang tabu. Walaupun Anya tidak bisa memastikan bahwa taman ibunya benar-benar tidak termasuk dalam gambar perencanaan, kalau Aiden tidak menceraikannya, taman itu akan tetap menjadi miliknya.     

Taman itu tidak akan berpindah pemilik.     

"Aiden, kalau aku tidak bersabar dan menelan kemarahanku selama pernikahan kita. Jika aku tidak berusaha keras untuk menyenangkan hatimu dengan membuatkan masker mata, belajar memijat, dan yang lainnya, apakah kamu masih menyukaiku?" tanya Anya.     

"Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?" Aiden mengerutkan keningnya dan menatap Anya yang berada di pelukannya.     

"Kita bisa membangun kepercayaan dan menumbuhkan perasaan di antara kita. Aku jatuh cinta padamu terlebih dahulu. Aku melakukan segala hal yang tidak pernah aku lakukan selama ini, hanya untukmu. Aku tidak menyerah pada hubungan kita saat kamu marah padaku. Selama kehidupan pernikahan ini, aku selalu berusaha keras untuk menyenangkanmu dan aku tidak mendapatkan balasan yang sama darimu."     

"Dua hari ini, aku berpikir bahwa jika aku tidak jatuh cinta padamu dan tidak berusaha menyenangkanmu, mungkin kamu juga tidak akan mencintaiku. Mungkin kita akan bercerai sejak lama dan taman ibuku sudah diratakan oleh tanah." Saat memikirkan hal ini, Anya merasa ketakutan.     

Aiden mengelus wajah Anya dengan lembut. "Anya, apakah kamu benar-benar mencintaiku?"     

"Sebelum ibuku bangun, aku benar-benar mencintaimu. Tetapi sekarang, aku benci diriku karena aku begitu mencintaimu." Air mata menetes di wajah Anya. "Kita harus bercerai dan aku akan mengambil kembali taman ibuku."     

Aiden meletakkan tangannya di pinggang Anya, sementara tangannya yang lain membuka laci di nakas. Ia memberikan sebuah dokumen pada Anya, "Aku akan mengembalikan surat perjanjiannya. Apakah kamu masih mau bercerai?"     

Namun, tidak seperti dugaan Aiden. Alih-alih mengambil dokumen itu dan senang karena pemberian Aiden, Anya hanya menatap dokumen itu dengan tatapan sedih.     

"Aiden, aku tahu kamu tidak akan menyakitiku. Tetapi ketika kamu menyuruhku untuk menandatangani surat ini, kamu telah menipuku. Aku tidak meminta surat itu. Ketika aku sudah punya uang, aku akan mengembalikan semua hutangku dan mengambil kembali tanah ini," Anya tidak memikirkannya dua kali dan langsung menolak.     

"Anya, apakah kamu harus melakukan ini kepadaku?" suara Aiden terdengar dingin.     

"Kamu juga melakukan hal yang sama padaku sejak awal kita menikah," kata Anya.     

"Aku tidak setuju untuk bercerai," kata Aiden, menekan setiap kata-katanya.     

"Kalau begitu, sampai jumpa di pengadilan," saat Anya mengatakannya, Anya berusaha untuk bangkit berdiri dan meninggalkan Aiden. Namun, Aiden langsung membaringkan Anya di tempat tidur dan memegang dagunya dengan sedikit keras.     

Matanya terlihat penuh dengan emosi seolah ingin membunuh Anya saat itu juga.     

"Apakah kamu mau membunuhku?" tanya Anya dengan suara sedikit gemetar. Namun, ia tetap memandang lurus ke arah Aiden, berusaha untuk terlihat berani.     

"Karena kamu yang ingin mati, aku akan membantumu. Aku sudah bilang kita akan bersama selamanya sampai mati," Tangan besar Aiden berpindah ke leher Anya. "Ingatlah sesuatu. Kalau kamu mati, aku bisa mendapatkan tamanmu. Aku bisa menggusurnya dan menjadikannya apa pun sesuai dengan keinginanku!"     

Anya memegang tangan Aiden yang mencengkeram lehernya. Ia menatapnya dengan tajam dan berteriak, "Aiden, jika kamu berani menghancurkan taman itu, aku tidak akan pernah memaafkanmu meski aku harus mati sekali pun!"     

Aiden hanya menatap ke arahnya dengan marah. Ia terlihat berusaha keras untuk mengendalikan emosinya.     

Apakah Aiden benar-benar akan membunuhnya karena ia meminta cerai? Ia masih muda, ia bahkan belum selesai kuliah. Apakah ia harus mati saat ini juga?     

"Aiden, apakah kamu benar-benar akan membunuhku?" tanya Anya dengan suara pelan. Setetes air mata mengalir dari ujung matanya.     

"Aku begitu mencintaimu. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu mati?" wajah Aiden tampak seperti kesakitan. "Tetapi kamu ingin meninggalkan aku dan kembali ke pelukan Raka. Bagaimana aku bisa bertahan hidup saat mengetahui kenyataan itu? Aku bahkan bersedia mengembalikan tanah itu kepadamu dengan menggunakan kedua tanganku, tetapi kamu malah meminjam uang dari Raka. Lebih baik kita mati bersama-sama saja daripada membiarkanmu bersama dengan pria lain."     

Mata Anya terbelalak saat mendengarnya. Bagaimana Aiden bisa tahu bahwa ia meminjam uang dari Raka?     

"Aiden, aku memang meminjam uang dari Raka. Tetapi aku tidak mengirimkan nomor rekeningku padanya. Aku mencoba untuk menjual rumahku terlebih dahulu dan menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan siapa pun. Aku tidak akan meminta bantuannya, kecuali kamu tiba-tiba mendesakku untuk mengembalikan uangnya sekarang juga," Anya menjelaskan semuanya dengan suara lemah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.