Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kenyataan yang Tidak Pernah Diketahui



Kenyataan yang Tidak Pernah Diketahui

0"Apakah kamu dan Aiden menggunakan pengaman?" tanya Maria pada Anya dengan suara pelan.     

Ketika mendengar pertanyaan ini, wajah Anya langsung memerah. "Aku belum lulus dan aku belum berencana untuk punya anak sementara ini, jadi …"     

"Lebih baik kalian nikmati waktu kalian berdua terlebih dahulu," kata Maria sambil tersenyum.     

Tetapi di benak Anya, suatu ingatan tiba-tiba saja terlintas.     

Kemarin malam, ia dan Aiden bercinta semalaman. Apakah Aiden menggunakan pengaman?     

Apakah masih sempat untuk minum pil kontrasepsi darurat?     

Berapa jam waktu setelah bercinta yang efektif agar pil kontrasepsi darurat itu bekerja? Mengapa ia tidak bisa mengingat informasi yang penting itu saat ini?     

"Aku ingin melihat-lihat lantai atas," Maria mengelilingi lantai satu dan kemudian naik ke lantai dua.     

Anya tidak mengatakan apa pun, hanya menemani Maria dengan sabar sambil terus tersenyum.     

Sambil naik ke lantai dua, Anya segera mencari informasi mengenai pil kontrasepsi darurat dari ponselnya. Ia menghembuskan napas lega saat mengetahui bahwa pil itu masih bekerja dalam jangka waktu tujuh puluh dua jam.     

"Anya, di mana kamarmu?" tanya Maria.     

Anya segera mengajak Maria untuk melihat kamarnya.     

Ketika ia ke rumah Keluarga Atmajaya dan Bima sengaja menyulitkannya, Maria dengan tulus membantunya untuk berbicara. Ia bahkan mengatakan hal-hal yang baik di hadapan Bima agar ayah Aiden itu mau menerimanya.     

Sekarang, giliran Maria bertamu ke rumahnya. Meski ia dan Aiden sedang bertengkar, ia tidak mau melibatkan Maria. Anya akan memperlakukan Maria dengan baik.     

Walaupun kedudukannya adalah kakak ipar Anya, usia mereka terpaut cukup jauh. Untung saja Maria adalah orang yang ramah dan tidak kolot.     

Maria mengelilingi rumah dan mengangguk dengan puas. "Aiden adalah orang yang sangat menghargai perasaan. Penataan dan interior rumah ini sama seperti tempat ia tinggal di luar negeri."     

"Oh?" Anya menjawab dengan linglung.     

"Masa lalu Aiden sendiri tidak cukup indah. Ayahnya tidak memedulikannya dan ibunya tidak mencintainya. Setelah aku menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya, aku yang mengurusnya dan mengantarnya ke sekolah tiap hari. Lingkungan itu membuatnya tumbuh dewasa lebih cepat. ia bahkan tidak membiarkan aku menggendongnya ketika aku sedang hamil," kata Maria sambil mengingat-ingat masa lalu.     

Anya tidak tahu apa-apa mengenai masa kecil Aiden. Ia sama sekali tidak pernah mendengar Aiden membicarakan mengenai dirinya atau pun keluarganya.     

"Setelah Nico lahir, aku tidak punya banyak waktu untuk mengurus Aiden. Aiden masih sangat muda ketika ia dikirim keluar negeri. Meski kepribadian Aiden dingin, ia tetap mencintai Nico. Mereka bermain bersama, berenang bersama dan melakukan segalanya bersama-sama."     

Maria seolah terjebak dalam kenangan masa lalunya. Ia tidak peduli Anya mendengarkan ceritanya atau tidak, seperti sedang berbicara sendiri.     

"Aiden sangat melindungimu dan tidak membiarkan Keluarga Atmajaya mempengaruhimu. Tetapi karena kamu sekarang sudah menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya, aku harus mengingatkan sesuatu kepadamu. Ulang tahun ayah akan segera tiba. mungkin kamu akan melihat Imel di pesta itu. Imel adalah wanita simpanan ayah."     

Setelah mengatakannya, Maria menatap Anya. "Kamu tahu kan kalau Imel adalah rekan kerja ibumu, yang menemukan Amore."     

"Aku tahu," Anya mengangguk.     

"Imel bukan wanita yang menyenangkan, tetapi putranya, Ivan, sangat sopan dan baik hati sehingga ayahku menyukainya."     

Maria mengajak Anya untuk duduk di sofa dekat jendela. "Di keluarga ini, Aiden lah yang paling menderita. Sebagai cucu satu-satunya, Nico sangat disayangi oleh ayah dan bisa membujuknya dengan mudah. Ivan memiliki karakter yang baik sehingga semua orang menyukainya. Hanya Aiden yang memiliki sifat dingin. Jadi, kamu sebagai istri Aiden juga akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan."     

Setelah mendengar hal ini, Anya merasa kasihan pada Aiden.     

Ayahnya tidak memedulikannya dan ibunya tidak mencintainya. Tentu saja ia tumbuh menjadi pria yang dingin.     

"Ia hanya kelihatan dingin dari luarnya saja. Sebenarnya, ia hanya takut kehilangan orang-orang terdekatnya. Ia sangat peduli pada Kakak dan Nico. Ia juga peduli terhadap pendapat ayahnya mengenai dirinya, tetapi tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Ia menutup diri karena berusaha untuk melindungi dirinya sendiri. Ia hanya tidak mau melukai siapa pun," kata Anya. Begitulah Aiden di mata Anya.     

"Benarkah? Aku rasa ia tidak sebaik itu. Ia cenderung merendahkan orang lain dan terlalu malas untuk berurusan dengan orang lain," kata Maria dengan sengaja.     

"Tidak seperti itu. Ia hanya tidak tahu bagaimana caranya bersosialisasi dengan orang lain. Untuk menghindari masalah dan kesalahpahaman yang tidak perlu, ia menjauhkan diri dari orang-orang di sekitarnya. Ia hanya berhubungan dengan orang-orang yang ia pedulikan atau orang-orang yang ia rasa nyaman untuknya. Ia tidak berteman dengan orang baru, bukan berarti karena ia merendahkan orang itu. Tetapi karena ia merasa itu bukan suatu kebutuhan."     

Ketika Anya mengatakan hal ini, Maria merasa sangat terkejut. Anya tidak tahu saat ini ponsel Maria sedang terhubung dengan Aiden sehingga Aiden bisa mendengar semua kata-kata Anya.     

Bagaimana perasaan Aiden saat mendengar kata-kata istrinya?     

Ketika memasuki kamar Anya, diam-diam, Maria menelepon Aiden. aiden bisa mendengar semua pembicaraan antara dirinya dan Anya.     

Di ruang kantornya, Aiden sedang duduk diam di mejanya. Ia mendengar istrinya berusaha untuk melindunginya saat Maria sengaja memancingnya. Hal itu membuatnya tersenyum.     

Istri kecilnya sangat mengenali dirinya.     

"Aiden seperti anak kecil yang canggung, tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan."     

Maria berkata sambil tersenyum, "Contohnya saja proyek pembangunan fase dua dari Atmajaya Group. Ayah Nico tiba-tiba saja meninggal sehingga Aiden harus mengambil alih posisinya. Ia baru saja bergabung, sehingga tidak akan ada orang yang menyalahkan meski proyeknya itu gagal. Tetapi ia memaksa untuk bertemu dengan ibumu, berusaha membujuknya agar mau menjual tamannya. Untuk menunjukkan ketulusannya, ia pergi ke tempat janjian sendirian dan pada akhirnya ia harus diculik."     

"Aiden diculik saat mau bertemu dengan ibuku?" Anya menatap Maria dengan terkejut.     

Maria segera menjelaskan, "Kami tidak menyalahkan ibumu. Keluarga Atmajaya memiliki banyak uang. Ada banyak musuh yang selalu ingin memanfaatkan kesempatan untuk memeras keluarga kami. Kecelakaan Aiden bukanlah sesuatu yang siapa pun inginkan, ini sudah takdir. Pada awalnya, ia ingin menggusur taman milik ibumu, tetapi sekarang, satu-satunya orang yang mempertahankan taman itu untukmu adalah Aiden. Karena hal itu juga, kakek Nico mendatangi kantornya dan memukulnya dengan tongkat.     

Anya menatap Maria dengan terkejut. Ia mencari kebohongan di mata Maria tetapi sepertinya Maria mengatakan yang sejujurnya. Hal itu membuat kepalanya terasa berdengung.     

Aiden dipukul ayahnya karena dirinya?     

"Kamu tidak tahu?" Maria memiringkan kepalanya sambil menatap Anya. "Hal ini terjadi saat ia mau pergi ke luar negeri untuk mengobati matanya. Ia terluka pada saat itu. Aku pikir kamu sudah tahu."     

Pada saat itu, Anya berada di kantor Aiden. Tetapi mereka tidak melakukan apa pun dan Aiden tidak menunjukkan bahwa ia terluka, sehingga Anya tidak tahu.     

Ternyata, Aiden benar-benar mempertahankan taman ibunya untuk Anya.     

Karena ia mengubah gambar perencanaan tanpa ijin, Bima bahkan datang untuk memukulinya. Tetapi Aiden tetap tidak menceritakan semua itu kepada Anya.     

"Kakek Nico memang pemarah. Ketika aku sedang hamil, ayah Nico membicarakan masalah perusahan, bahwa ia kehilangan klien besar. Setelah itu, kakek Nico memukulinya di hadapanmu. Aku bergegas untuk menahan tongkat itu dan melindunginya. Aku tidak akan memperbolehkan siapa pun memukuli suamiku. Setelah itu, ia tidak pernah memukuli Ardan lagi. Bukankah aku sangat pemberani?" Maria tersenyum malu-malu.     

"Kamu sangat hebat, Kak," mata Anya memerah. "Duduklah terlebih dahulu. Aku … Aku akan pergi menelepon sebentar."     

Ketika mendengar hal ini, Aiden langsung menutup teleponnya dengan Maria. Ia menatap ke arah ponselnya lekat-lekat.     

Tidak sampai satu menit, layar itu menyala. 'Istri Kecilku' muncul di layar ponsel Aiden.     

Nada dering yang dipilihkan oleh Anya terdengar dengan merdu.     

Aku ingin bertambah tua bersamamu, terus berada di pelukanmu …     

Aku ingin bertambah tua bersamamu, menatap matamu hingga tidur lelap menyelimutiku …     

Aku ingin bersama denganmu, berbagi segalanya denganmu …     

Selamanya bersamamu …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.