Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Akan Bertemu Lagi



Tidak Akan Bertemu Lagi

0"Kalau memang kamu bersikeras ingin bercerai, aku menyetujuinya."     

"Apa katamu?" Anya menatap Aiden dengan terkejut. Ia tidak bisa percaya apa yang baru saja ia dengar.     

Anya pikir akan sangat sulit untuk bercerai dengan Aiden. Bukan berarti setelah ia mengembalikan seluruh hutangnya, Aiden akan langsung melepaskannya begitu saja.     

Tetapi nyatanya, Aiden setuju. Apakah semua ini karena Anya meminta bantuan dari Raka? Sehingga pada akhirnya itu membuat Aiden sedih dan setuju untuk menceraikannya?     

"Aku bilang aku menghormati keputusanmu. Aku setuju untuk bercerai," kata Aiden. "Apakah kamu senang?"     

"Aku … Aku hanya sedikit terkejut. Apakah kamu benar-benar serius?" tanya Anya dengan pandangan bingung.     

Senang?     

Apakah menceraikan Aiden membuatnya merasa senang?     

Mengapa ia merasa sakit hati ketika mendengar Aiden setuju untuk menceraikannya?     

Mata Aiden terlihat sedikit meredup saat ia berkata dengan tenang. "Hmm … Kamu sudah bebas dariku."     

"Apakah kita harus mengurusnya sekarang?" tanya Anya. "Hari ini hari Jumat. Kita harus bergegas. Kalau kita tidak sempat mengurusnya hari ini, kita harus menunggu hingga senin."     

Aiden merasa frustasi ketika melihat wajah Anya yang terlihat senang karena ia menyetujui perceraian mereka.     

Istri kecilnya, yang mengatakan bahwa akan memikirkan kembali permintaannya untuk bercerai, ternyata tidak berniat untuk kembali padanya. Ia hanya mengatakannya agar Aiden tidak marah.     

Begitu mendengar bahwa Aiden setuju untuk bercerai, ia langsung mendesaknya untuk mengurusnya saat ini juga.     

Apakah ini benar-benar yang kamu mau? Bercerai saat ini juga?     

"Apakah kamu sebegitu tidak sabarnya?" suara Aiden terdengar dingin.     

"Aku hanya takut kamu berubah pikiran." Anya menatap Aiden dengan cemas, "Kamu tidak akan membatalkan kata-katamu?"     

"Lihat suasana hatiku nanti," karena kesal, Aiden bangkit berdiri dan pergi ke taman.     

"Aiden, kamu adalah presiden direktur Atmajaya Group. Kamu tidak boleh sembarangan melempar janji." Anya merasa gugup. Ia takut Aiden menyesali keputusannya dan menarik kembali janjinya.     

Aiden hanya mencibir. Ia mengabaikannya dan tetap berjalan menuju ke taman. Ia duduk di ayunan yang ia buat untuk Anya. "Dorong aku."     

"Aku tidak mau mendorongmu," kata Anya sambil menatapnya dengan marah.     

Apakah Aiden mempermainkannya?     

Tadi Aiden bilang akan menghormati keputusannya dan memberinya kebebasan. Namun, pada akhirnya ia mengatakan bahwa semuanya bergantung pada suasana hatinya.     

"Kantor Pengadilan Negeri sudah tutup," kata Aiden dengan tenang.     

"Ketika kita pergi untuk mendaftarkan pernikahan, bukankah kantor catatan sipilnya juga sudah tutup? Kamu bisa menyelesaikannya dengan telepon," kata Anya dengan penuh semangat.     

Namun kali ini hati Aiden sudah tidak luluh lagi hanya karena istrinya terlihat manis. Saat ini, Anya sedang meminta cerai dengannya.     

"Ketika Kantor Pengadilan Negeri buka di hari senin, kita akan ke sana," kata Aiden.     

"Aku hanya bisa berpegang pada janjimu," Anya merasa cemas. Hari ini masih hari Jumat dan senin masih terasa jauh. Aiden bisa berubah pikiran kapan pun.     

"Tetapi dua hari terakhir ini, kamu tidak boleh meninggalkan rumah," kata Aiden dengan suara pelan.     

Anya menggigit bibirnya dan merasa sangat bimbang. "Aku bisa tinggal di sini, tetapi kamu tidak boleh menyentuhku sama sekali."     

"Kita belum bercerai dan kamu masih istriku. Mengapa aku tidak boleh menyentuhmu?" kata Aiden.     

Anya melotot ke arahnya dengan kesal. "Karena kita akan bercerai. Bukankah aneh kalau kita masih berhubungan?"     

"Aku tidak cukup tidur dan kamu tidak bisa memuaskan aku. Aku tidak akan bisa melakukan apa pun dengan benar," kata Aiden dengan ekspresi sedih.     

"Aiden, di luar sana ada banyak wanita yang jauh lebih cantik daripada aku. Apa yang sebenarnya kamu sukai dariku?" tanya Anya dengan tidak berdaya.     

Alis Aiden terangkat dan ia berkata dengan sangat santai, "Aku suka caramu menangis dan memohon saat di bawah tubuhku."     

Anya langsung melongo saat mendengarnya, "Dasar tidak tahu malu!"     

Dengan kata lain, jika Anya ingin bebas dari pernikahan ini, ia tidak boleh pergi meninggalkan rumah selama dua hari.     

Begitu Aiden dalam suasana hati yang tidak baik atau tidak puas dengannya, Aiden mungkin akan membatalkan janjinya untuk menceraikannya di hari Senin.     

Memang tidak mudah untuk berpisah dari Aiden. Tetapi Anya tidak menyangka bahwa kondisi yang Aiden berikan padanya seperti ini.     

Untuk memuaskannya …     

"Hanya dua hari. Apakah kamu benar-benar tidak mau?" Aiden menatapnya dengan pandangan yang rumit. "Setelah bercerai, mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi."     

Hati Anya seolah tenggelam sangat dalam saat mendengarnya. Apakah ia tidak bisa bertemu dengan Aiden lagi setelah ini.     

Masalah di Keluarga Atmajaya sangat rumit. Anya tidak ingin terlibat dalam perseteruan antara Aiden dan Ivan.     

Bima juga tidak menyukainya dan pria itu juga tidak menyukai latar belakang keluarganya.     

Anya tidak ingin hidup dalam situasi seperti itu. Ia hanya ingin hidup bersama dengan ibunya, dalam kehidupan yang sederhana dan tanpa beban, mencapai cita-citanya untuk membuat parfum.     

Ia ingin kebebasan, melarikan diri dari kehidupan Aiden yang rumit. Tetapi entah mengapa, hatinya terasa sakit saat berpikir bahwa ia tidak akan bertemu dengan Aiden lagi setelah mereka bercerai.     

"Apakah kita tidak bisa berteman?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Kalau kamu bukan milikku, berarti kamu adalah orang asing bagiku. Aku bukan Raka. Aku tidak berniat untuk berteman dengan mantanku," kata Aiden dengan dingin.     

Anya berjalan ke belakang Aiden dan mendorong ayunan itu kuat-kuat sehingga ayunan itu mulai goyah.     

Setelah bercerai, ia dan Aiden tidak akan pernah bertemu lagi. Meski mereka berpapasan sekali pun, mereka hanyalah dua orang asing yang saling tidak mengenal.     

Hal itu membuat Anya merasa tidak nyaman …     

"Aiden, apakah kamu harus sekejam itu?" Anya menatap Aiden dengan tatapan sedih.     

"Kamu jauh lebih kejam dariku," Aiden melirik Anya dari sudut matanya. "Di mana letak kesalahanku padamu? Aku bisa memberikan apa pun yang kamu inginkan. Aku bisa memuaskanmu di tempat tidur dan bahkan di seluruh kehidupanmu. Tetapi kamu malah ingin bercerai dariku."     

"Aku tahu kamu baik padaku, tetapi aku hanya …"     

"Hanya apa?" Aiden menatap ke arah Anya.     

"Aku ingin hidup sederhana. Tetapi kamu melibatkanku dalam pertempuran yang besar. Awalnya, aku pikir setelah menikah denganmu, aku akan berusaha menjadi istri yang baik dan mendapatkan persetujuan ayahmu. Tetapi ketika aku tahu bahwa Ivan adalah kakakmu, aku merasa ragu. Dua hari ini, aku benar-benar akan mempertimbangkan apakah aku ingin bercerai atau tidak." Anya tidak menyangka ia akan menjadi orang yang kejam seperti ini.     

"Aku tidak akan pernah menjadikanmu korban dalam perseteruan kami. Aku tidak pernah berniat memanfaatkanmu untuk melawan Ivan. Kamu adalah kamu, dan kamu adalah istri Aiden Atmajaya. Aku akan selalu melindungimu dan tidak akan pernah membiarkan satu orang pun melukaimu. Kalau kamu memaksa untuk bercerai karena takut terlibat dalam masalah keluargaku, aku akan membantumu untuk pergi dari tempat ini. aku melakukan semua ini untukmu," kata Aiden.     

Anya baru menyadari bahwa Aiden benar. Ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Aiden setelah bercerai dengannya. Kehidupannya akan kembali normal seperti semula.     

"Aiden, apakah aku egois?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Kamu hanya merasa tidak aman," kata Aiden dengan tatapan lembut. "Apakah aku tidak dapat diandalkan?"     

"Kamu sangat baik padaku. Tetapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di tengah situasi seperti ini. Hubungan antara ibuku dan Imel terlalu rumit …" Anya menundukkan kepalanya.     

Aiden menatap istrinya yang seperti anak kecil ketakutan. Kemudian ia mengulurkan tangannya.     

Anya tertegun sejenak. Pada akhirnya, ia meletakkan tangannya di tangan Aiden. Setelah itu, Aiden menarik tubuhnya sehingga ia mendarat di pangkuan Aiden.     

"Ayunan ini tidak kuat untuk dua orang." Kata Anya.     

"Kalau kamu pergi, ayunan ini sudah tidak akan ada lagi. Aku juga akan membuang semua bunga iris di taman," bisik Aiden di telinga Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.