Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kesalahpahaman yang Semakin Rumit



Kesalahpahaman yang Semakin Rumit

0"Saat kamu menikah dengan Aiden, apakah kamu sama sekali tidak tahu mengenai Keluarga Atmajaya?" tanya Tara dengan penasaran.     

Anya terdiam saat mendengar pertanyaan itu. Aiden mengetahui segalanya tentang dirinya, tetapi apa yang ia ketahui tentang Aiden?     

"Ketika kami menikah, ia mengetahui segalanya tentang aku. Aku baru bisa mempelajari tentang dirinya setelah pernikahan dan aku tidak tahu banyak mengenai keluarganya," kata anya.     

"Aku tahu kamu tidak menikah dengan Aiden karena kemauanmu. Tetapi bagaimana bisa kamu mau menikah dengan Aiden yang memiliki sifat seperti itu? Aiden sangat dingin dan menakutkan. Setiap kali aku merawatnya, aku takut ia akan melemparkanku keluar dari jendela karena suasana hatinya yang sedang tidak baik. Semua pria memang berengsek!"     

Tara memang setuju untuk menemui Anya. Tetapi apakah Anya mau memaafkan Aiden atau tidak bukanlah keputusannya.     

"Ayo kita bersulang dan minum saja," Tara mengangkat gelasnya dan menyentuhkannya ke gelas Anya. Anya langsung menegak gelasnya dan menghabiskannya sekaligus.     

"Mari kita minum sepuasnya. Aku tidak akan kembali ke tempat itu lagi!" Anya mengisi gelasnya yang kosong dengan bir dan memejamkan matanya.     

Perutnya terasa panas karena bir itu, tetapi hatinya terasa jauh lebih sakit.     

Ia mengambil makanan di meja dan menyerahkannya pada Tara. "Makanlah, aku yang mentraktirmu hari ini."     

Tara mengambil pemberian Anya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kondisi temannya saat ini.     

Dari belakang, tiba-tiba saja Nico datang menghampiri mereka. Tanpa berkata apa-apa, ia mengundang dirinya sendiri untuk duduk bersama dengan Anya dan Tara, dan langsung mengambil makanan mereka.     

Anya tidak memedulikan kedatangan Nico. Ia terus menegak minumannya dan mengisinya kembali.     

Setelah tiga gelas, ia merasa kepalanya sedikit pusing. Perutnya juga terasa tidak enak. Namun, saat melihat Nico yang merupakan anggota Keluarga Atmajaya, hatinya terasa sakit lagi.     

Ia membanting gelasnya ke meja dan berteriak pada Nico. "Siapa yang menyuruhmu duduk di sini?"     

Nico terkejut mendengar teriakan Anya. Wanita di hadapannya saat ini tidak terlihat seperti Anya yang biasanya.     

Biasanya, Anya selalu bersikap ramah kepadanya. Anya juga sangat hangat dan ceria sehingga sering menggoda Nico. Tidak pernah sekali pun Anya bersikap seperti ini kepadanya.     

"Bibi, kamu sedang bertengkar dengan Paman, bukan denganku. Apa salahku?" Nico menatap Anya dengan wajah polos. "Ketika kamu membutuhkan bantuanku untuk mendaftarkan parfummu, aku sendiri yang turun tangan. Aku juga membantumu untuk menjual bungamu di perusahaan. Mengapa kamu begitu kejam padaku?"     

"Kamu juga bekerja sama dengan Aiden. Ia menginginkan taman bunga milik ibuku. Apakah kamu tahu?" Any tidak bodoh. Ia tahu Nico pasti juga mengetahui hal ini. Bagaimana pun juga, Nico juga merupakan anggota Atmajaya Group dan kedudukannya di perusahaan cukup tinggi. Sehingga ia pasti mengetahui semua proyek yang dikerjakan oleh perusahaannya.     

"Bibi, sebelumnya proyek pembangunan itu memang tidak bisa berjalan karena Atmajaya Group tidak bisa mendapatkan taman milik ibumu. Tetapi setelah itu Pamanku mengambil alih proyeknya. Aku tidak tahu bagaimana ia mengatasi masalah itu. Ia bahkan sempat diculik karena mengurus masalah penggusuran tersebut. Setelah itu, karena kecelakaan yang menimpa Paman, proyek itu diberhentikan sementara dan sekarang baru dimulai kembali," kata Nico.     

"Proyek itu kembali berjalan karena Aiden sudah mendapatkan taman ibuku sebagai jaminan! Selama aku tidak bisa membayar semua hutangku, aku tidak akan bisa mendapatkan taman itu kembali. Ia akan meratakan taman milik ibuku!" Anya berteriak dengan marah. "Apakah kamu berani bilang bahwa kamu tidak tahu?"     

"Bibi, apakah kamu pikir Paman benar-benar akan melakukannya? Menyakiti hatimu hanya untuk proyek perusahaan?" Nico tidak menjawab pertanyaan Anya dan malah membalasnya dengan pertanyaan lain.     

"Apa yang tidak bisa Aiden lakukan? Untuk mendapatkan tanah perusahaan Atmajaya Group, Aiden mau bertunangan dengan Natali. Begitu berhasil, ia langsung membatalkan pertunangannya begitu saja. Sama halnya dengan pernikahanku sekarang. Dan kamu, bukankah kamu juga dipaksa untuk bertunangan dengan Natali demi kepentingan perusahaan keluarga kalian?" kata Anya dengan penuh emosi.     

Nico tidak senang mendengarnya. "Bibi, sepertinya ada kesalahpahaman. Tanah perusahaan Atmajaya Group saat ini memang milik Deny. Pada saat Deny terpuruk, banyak orang berusaha untuk mengambil kesempatan dan ingin membeli tanah itu dengan harga murah. Kakekku menghargai hubungan antara Keluarga Atmajaya dan Keluarga Tedjasukmana sehingga ia membeli tanah itu dengan harga yang tidak terlalu rendah agar Deny bisa bangkit dari keterpurukannya. Kami bahkan sama sekali tidak mengambil untung!"     

"Apakah kamu pikir aku akan percaya?" Anya mendengus dan sekali lagi menuangkan bir ke gelasnya.     

"Bibi boleh tidak percaya, tetapi semua yang kuucapkan adalah kebenaran. Kamu bisa memeriksanya kalau kamu mau. Masalah mengapa Pamanku membatalkan pertunangannya dengan Natali, bukankah Bibi mengetahui semuanya? Sementara itu, jika Pamanku benar-benar menginginkan taman Bibi, ia sudah akan menggunakannya sejak lama. Mengapa harus menunggu hingga saat ini?" Nico terus mengoceh sambil makan.     

Tanpa sadar, tangannya terus bergerak untuk mengambil makanan di hadapannya. Ia membutuhkan banyak energi untuk menjelaskan kesalahpahaman yang semakin rumit ini.     

Tara berusaha untuk menghentikannya. "Berhenti makan! Ini mahal. Aku juga mau makan!"     

"Bos, berikan aku beberapa porsi lagi!" kata Nico. Bagaimana bisa ia berhenti makan? Ia bisa kehabisan energi kalau tidak makan.     

Ia berdiri meninggalkan meja untuk mengambil makanan yang baru saja ia pesan, membiarkan Anya dan Tara berbicara berdua.     

Anya memikirkan kata-kata Nico sambil makan dengan tenang. "Apakah kamu memiliki gambar proyek pembangunan itu?"     

"Aku memilikinya. Harris mengirimkannya padaku," Tara memberikan ponselnya pada Anya.     

Anya menggelengkan kepalanya yang terasa pusing. Ia baru minum beberapa botol, tetapi mengapa ia sudah mabuk?     

Ia segera membesarkan gambar di ponsel Tara dan mengamatinya dengan seksama. Ia menemukan bahwa taman milik ibunya memang tidak berada di dalam gambar tersebut.     

"Anya, meskipun Aiden memiliki niat yang tidak tulus saat menikahimu, bukankah ia tidak pernah melakukan apa pun untuk menyakitimu? Ia membantu agar ibumu bisa sembuh. Ia membantumu untuk mencapai cita-citamu. Ia bahkan mengubah desain proyek ini hanya untuk dirimu. Ia tidak menginginkan taman itu. Bukankah itu artinya, Aiden peduli padamu?" kata Tara.     

"Meskipun ia tidak menyakitiku, tetap saja ia sudah membohongiku. Bukankah itu sama saja dengan menyakiti hatiku?" kata Anya dengan pahit. "Sepuluh tahun lalu, ibuku dijebak oleh rekan kerjanya. Ia terluka, cacat dan bahkan kehilangan indera penciumannya. Ia tidak bisa lagi bekerja menjadi parfumeur seperti cita-citanya. Aiden adalah putra dari orang tersebut. Ia adalah musuh ibuku."     

"Aku tidak mengerti. Bukankah rekan ibumu adalah Imel?" tanya Tara dengan bingung.     

"Aiden adalah putra Imel. Ia adalah Ivan. Ia mengubah namanya, membohongiku dan menikahiku. Ia tidak hanya menginginkan taman ibuku, tetapi juga menginginkan formula parfum ciptaan ibuku sepuluh tahun lalu," kata Anya dengan marah. Ia mengangkat gelasnya dan menegaknya sekaligus hingga terbatuk.     

Air mata mengalir dari matanya, tidak tahu air mata itu mengalir karena apa, tenggorokannya yang sakit karena tersedak atau karena hatinya yang sakit karena pria yang dicintainya.     

…     

Aiden mengamati Anya dari kejauhan. Ia tidak berani meninggalkan Anya sendirian sehingga ia mengikutinya. Aiden tidak bisa merasa tenang saat Anya tidak berada di sisinya ketika emosinya sedang tidak stabil seperti ini.     

Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya jika ada sesuatu yang terjadi pada Anya …     

"Tuan, Nyonya sangat marah. Jangan menghampirinya terlebih dahulu. Biarkan Tuan Nico dan Dokter Tara yang menenangkannya. Dokter Tara juga berusaha untuk membujuknya," kata Harris.     

"Suruh seseorang pergi ke sana dan memperingati orang-orang di meja sebelah Anya. Suruh mereka untuk mengalihkan pandangan dan jangan melihat ke arah kaki istriku," kata Aiden dengan dingin.     

Di saat-saat seperti ini pun, ia merasa tidak rela ada pria lain yang memandang wanita yang dicintainya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.