Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mabuk lagi



Mabuk lagi

0"Suruh seseorang pergi ke sana dan memperingati orang-orang di meja sebelah Anya. Suruh mereka untuk mengalihkan pandangan dan jangan melihat ke arah kaki istriku," kata Aiden dengan dingin.     

Harris tertegun mendengar perintah itu. "Tuan, kalau kita menyuruh seseorang untuk ke sana sekarang, Nyonya pasti akan mengetahui keberadaan kita." kata Harris.     

Aiden melihat kaki Anya yang mulus dilihat oleh pria lain. Ia benar-benar ingin mencongkel mata pria-pria itu.     

"Tuan, Anda harus tenang. Sekarang, Nyonya menyalahkan dirinya sendiri karena menyebabkan Nyonya Diana koma lagi. Ia pikir ia akan merasa lebih baik setelah menyakiti Anda. Hal yang penting sekarang adalah menstabilkan kondisi Nyonya Diana," kata Harris.     

"Kita akan memanggil dokter dari luar negeri lagi," Aiden tidak menyangka Diana yang baru saja bangun, tiba-tiba saja koma lagi.     

…     

Nico kembali ke meja mereka sambil membawa piringnya. "Apa yang kalian bicarakan barusan?"     

"Nico bukankah kakekmu membawa kembali anak haram dari luar beberapa tahun lalu? Apakah itu Aiden? Atau pamanmu yang lain?" tanya Tara dengan suara pelan.     

Keluarga Tara sudah menjadi dokter pribadi Keluarga Atmajaya sejak lama sehingga Tara mengetahui semua rahasia Keluarga Atmajaya.     

"Paman Aidan dan ayahku adalah putra dari nenekku. Paman keduaku kembali ke rumah setelah nenekku meninggal. Apa hubungannya dengan masalah ini?" tanya Nico.     

Mata Anya terbelalak lebar. "Apa katamu?"     

Tara menatap Anya dengan tenang dan bertanya. "Apakah ibu dari Paman keduamu itu adalah Imel Tahir?"     

"Benar. Berhati-hatilah jika kalian melihat wanita dengan nama belakang Tahir di kemudian hari. Wanita itu sungguh menyeramkan!" Nico melihat sekelilingnya dengan waspada. Saat melihat pengawal Aiden tidak jauh dari tempatnya, ia merasa lega,     

Kemudian ia berbisik, "Bibi, apakah kamu ingat bahwa dokter yang merawat Paman tiba-tiba saja mati? Paman bahkan harus pulang lebih awal dan mencari dokter baru. Pada saat itu, bahkan ada orang yang menyabotase obatnya dan ingin membuat Paman buta seumur hidup. Setelah diselidiki, katanya Imel Tahir lah yang membunuh dokter itu tersebut. Ia juga yang membayar apoteker agar meracik bahan berbahaya di obat paman. Setelah rencananya gagal, ia bahkan membunuh orang itu!"     

"Maksudmu, Imel mau menyakiti Aiden?" otak Anya terasa berputar.     

Ibunya mengatakan bahwa Aiden adalah putra Imel. Lalu mengapa Nico berkata bahwa putra Imel adalah pamannya yang lain?     

"Setelah ayahku meninggal, semua orang di perusahaan tidak ada yang menerimaku karena usiaku yang masih muda. Jika sesuatu terjadi pada Paman, perusahaan akan jatuh ke Pamanku yang lain. Agar putranya bisa mendapatkan perusahaan Atmajaya, Imel berusaha untuk menyakiti Paman. Walaupun sampai saat ini buktinya masih belum cukup, aku yakin penculikan Paman, yang membuatnya sampai seperti saat ini, ada hubungannya dengan Imel Tahir!"     

Kemudian Nico berkata dengan misterius, "Imel ingin menikah dan menjadi bagian dari Keluarga Atmajaya. Ayahku lah yang berusaha menghentikannya dan sekarang Paman yang menghentikannya. Ia benar-benar membenci Paman."     

"Wanita seperti itu benar-benar licik. Ia hanya bisa bermimpi untuk menjadi wanita yang berkuasa," kata Tara dengan marah.     

"Apakah kamu punya bukti bahwa putra Imel bukan pamanmu?" Anya masih tidak bisa mempercayainya.     

"Aku akan menunjukkan foto makan malam tahun baru." Nico mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto di ruang makan Keluarga Atmajaya.     

Di foto tersebut, Imel dan seorang pemuda duduk di sebelah kiri Bima. Sementara itu, Aiden, Maria dan Nico duduk di sebelah kanan Bima.     

"Ini adalah Paman Ivan dan ibunya, Imel Tahir."     

Ivan! Anya ingat bahwa Nico pernah menyebutkan nama Pamannya yang lain, tetapi ia tidak tahu bahwa nama Pamannya itu adalah Ivan.     

Hubungan Nico dan Ivan tidak sedekat dengan Aiden sehingga ia tidak sering menyebut namanya.     

"Anya, kamu salah paham pada Aiden. Aiden tidak akan pernah membantu Imel untuk melukaimu. Nico juga tidak akan pernah menyakitimu." Kata Tara.     

Anya memegang kepalanya dengan menggunakan kedua tangannya. Ia benar-benar bingung.     

Sebenarnya apa yang terjadi?     

Apakah ibunya salah paham?     

Atau Nico dan Tara bekerja sama untuk membohonginya?     

Tara bukan pembohong. Tidak ada untungnya bagi Tara untuk membohonginya.     

Apakah benar ibunya yang salah?     

Jika Aiden dan Ivan adalah saingan, bukankah tujuan Aiden menikahinya menjadi semakin mencurigakan?     

Anya menampar wajahnya dengan keras, berusaha untuk menyadarkan dirinya. Otaknya terasa kacau dan ia benar-benar ingin membuka isi kepalanya.     

"Apa yang kamu lakukan? Kepalamu tidak bersalah," Aiden muncul di belakang Anya dan memegang tangannya.     

"Aiden, kamu … kamu mengikutiku!" seru Anya dengan keras dan hampir terjatuh ke belakang.     

Aiden langsung memeluk pinggang Anya dan menahannya agar tidak terjatuh. "Duduklah dengan benar."     

"Apakah kamu datang untuk membawaku kembali? Aku tidak mau kembali bersamamu. Aku akan berteriak jika kamu memaksa!" Anya melihat ke sekelilingnya dengan cemas. "Semua orang di sini mengenalku. Kamu tidak bisa membawaku pergi."     

"Jika aku ingin membawa istriku pulang, tidak ada yang bisa menghentikan aku," Aiden duduk di samping Anya.     

"Aiden, meskipun aku salah paham, tujuanmu menikahiku memang tidak benar sejak awal. Jangan mengelak!" kata Anya dengan marah dan setengah mabuk.     

"Apa tujuanku? Kamu tidak punya uang dan terlilit hutang. Kamu juga tidak cantik, biasa-biasa saja. Lalu untuk apa aku menikahimu?" tanya Aiden sambil memandang Anya. Meski ia mengatakan hal itu, pandangannya tidak lepas dari wajah cantik istrinya.     

Anya merasa marah saat mendengarnya. Ia mengambil botol bir dan hendak menuangkannya lagi ke gelasnya, namun ia baru sadar kalau gelasnya menghilang.     

"Di mana gelasku?" Ia tidak bisa menemukan gelasnya di atas meja sehingga ia mencarinya di bawah.     

"Anya, kamu sudah mabuk. Jangan minum lagi. Ayo makan ini," Tara memberikan satu tusuk sate daging pada Anya. "Ini enak!"     

Anya mengambilnya dengan patuh dan memakannya. Kemudian ia mengambil satu tusuk lagi dan memberikannya pada Aiden. "Kamu saja yang makan! Lebih baik kamu makan daripada kamu berbicara!"     

Aiden mengambil tusuk sate itu dan memberikannya pada Harris. Nico melihat Aiden, tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Aiden adalah orang yang sangat menjaga kebersihan sehingga ia tidak pernah makan makanan dari kios pinggir jalan atau dari tempat yang tidak diketahui asal usulnya.     

Saat Aiden hendak memberikan sate itu pada Harris, Anya berkata, "Aiden, apakah kamu benar-benar pria sejati? Kamu berani menipuku, tetapi kamu tidak berani makan makanan pinggir jalan!" Anya meracau sambil menatap Aiden dengan pandangan kabur.     

"Anya, kamu sudah mabuk. Ayo pulang dan beristirahat." Aiden melihat Anya menghabiskan beberapa gelas bir dari kejauhan. Saat ini, ia merasa gelisah dan ingin membawa Anya pulang.     

"Nico, kamu saja yang makan!" kata Anya.     

Melihat Pamannya berada di hadapannya, nafsu makan Nico langsung turun. Ia takut sesuatu akan terjadi. "Aku sudah kenyang, Bibi," katanya sambil mendorong piring di hadapannya.     

Anya menatap Nico sambil mendecakkan lidahnya. "Semua pria di Keluarga Atmajaya memang pengecut. Mereka hanya bisa membodohi wanita, membohongi istrinya dan menyakiti perasaan pasangannya. Kalian semua berengsek!"     

Tara melihat wajah Aiden yang semakin muran dan berusaha untuk menghentikan Anya. "Anya, kamu sudah mabuk. Jangan bicara lagi!"     

"Aku tidak bersalah. Mengapa kamu tidak membiarkan aku berbicara? Aku akan mengatakannya." Anya berbalik menatap Aiden dan berkata dengan marah. "Kamu bersaing dengan Ivan karena masalah perusahaan. Kalau kamu mampu, mengapa kamu tidak melawannya? Mengapa kamu menyeretku dalam masalah ini? Apakah kamu menikahiku karena Ivan menyukaiku? Apakah kamu ingin membalas dendam padanya dengan menggunakan aku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.