Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Disengat



Disengat

0"Lalu sekarang, bagaimana cara kita mengambil Dendrobium itu?" tanya Nico sambil menatap Aiden.     

Mereka tidak tahu bagaimana harus turun dan mengambilnya, tetapi mereka juga tidak bisa membiarkan para wanita untuk turun.     

"Aku yang paling ringan. Jadi aku akan turun untuk mengambilnya!" kata Anya.     

"Tidak!" wajah Aiden langsung berubah saat mendengar kata-kata Anya. Ia tidak akan memperbolehkan Anya turun ke tempat yang berbahaya seperti itu.     

Aiden tidak akan membiarkan Anya yang melakukannya. Sama halnya, Nico juga tidak akan membiarkan Tara melakukan hal yang berbahaya. Jadi, hanya Aiden atau Nico saja yang bisa mengambil Dendrobium itu."     

"Ayo," kata Aiden sambil menghela napas panjang.     

Karena tubuh Nico lebih kecil, Nico yang akan turun ke bawah dan Aiden akan memegang tali untuk membantu mengangkatnya ke atas.     

"Nico, kalau kamu turun berhati-hati lah. Pertama-tama pastikan kamu aman. Kedua, Dendrobium ini sangat berharga sehingga kamu tidak boleh mencabut seluruh akarnya. Kamu harus meninggalkan akarnya agar bunga ini bisa tumbuh lagi nanti." Kata Tara.     

"Baiklah. Aku akan berhati-hati," kata Nico.     

Saat mereka sedang berbincang-bincang, Anya berjalan menuju ke arah hutan dan mengambil beberapa tanaman. Aiden sama sekali tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Anya, memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi kepadanya.     

Setelah itu, Anya memberikan tanaman yang diambilnya pada Nico. "Bawalah ini. Siapa tahu kamu membutuhkannya."     

"Buat apa ini?" Nico tidak memahaminya tetapi tetap menerima tanaman yang diberikan oleh Anya dan memasukkan tanaman itu di sakunya.     

"Membawa tanaman ini mendatangkan keberuntungan dan bisa menjagamu." Tara langsung mengenali tanaman itu, tetapi ia tidak berani mengatakan bahwa tanaman itu digunakan untuk mengusir ular.     

Bagaimana kalau tiba-tiba saja Nico mundur dan tidak mau turun?     

Setelah itu, Nico mengikatkan tali pada tubuhnya. Ia mengikuti saran Tara dan Anya untuk berdoa terlebih dahulu. ���Tuhan, aku akan mengambil tanaman untuk penyembuhan Pamanku. Lindungi aku karena aku ingin berbakti kepadanya."     

Doa itu membuat Tara dan Anya tertawa kecil. Nico benar-benar polos seperti anak kecil yang mudah percaya dengan semua cerita yang mereka lontarkan.     

Setelah selesai, Nico segera melompat ke bawah. Nico juga seorang pria yang aktif dan suka berolahraga. Salah satu olahraga yang disukainya adalah panjat tebing sehingga tebing seperti ini seperti permainan untuknya.     

Ia berhenti tepat di mana Dendrobium tumbuh. Namun, ia tidak hanya melihat Dendrobium tetapi juga menemukan sarang lebah!     

"Apakah ada yang ingin madu?" tanya Nico dengan keras.     

Tara sedang berdiri di ujung tebing dan melihat ke bawah. "Cepat ambil Dendrobium-nya. Jangan ganggu lebah-lebah itu. Kami tidak akan bisa menyelamatkanmu jika kamu dikepung oleh lebah!"     

"Aku bisa mengambil madunya untukmu, tetapi aku rasa aku tidak bisa mengambil Dendrobium. Ada ular di sana," Nico hanya berani memandangnya tanpa mendekatinya sedikit pun.     

"Ular jenis apa?" tanya Tara.     

"Punggungnya berwarna cokelat tua, kedua sisinya memiliki bintik-bintik bulat. Bagian atas kepalanya berwarna cokelat keabu-abuan dengan garis hitam di belakang mata hingga ke sudut mulut. Sedangkan bagian perutnya berwarna putih abu-abu. Jenis apa ular ini? Apakah beracun? Apakah aku akan mati jika di gigit?" tanya Nico dengan hati-hati.     

Mendengar penjelasan Nico, Anya langsung menyahut. "Jangan mendekat. Ular itu sangat beracun."     

"Cepat keluarkan tanaman yang Anya berikan kepadamu. Tanaman itu bisa mengusir ular," kata Tara.     

Aiden mengamati situasi di bawah tebing sambil memegang tali Nico. "Kalau kamu juga mau mengambil madunya, lakukan dua hal. Kamu bisa menggunakan kayu kecil dan korek api untuk membakar lubang sarang lebah itu dan lebahnya akan pergi setelah asap muncul. Kemudian lemparkan tanaman pengusir ular itu agar ularnya pergi. Aku akan segera menarikmu."     

"Aku akan mencobanya. Tetapi aku akan disengat jika lebah-lebah itu keluar. Paman, kamu harus segera menarikku secepat mungkin. Jangan sampai aku disengat lebah!" Nico juga merasa sedikit ketakutan saat melihat lebah-lebah yang berputar di depannya.     

Bagaimana kalau wajah tampannya bengkak karena lebah?     

"Jangan khawatir ..." kata Aiden dengan tenang. Ia menyuruh Anya dan Tara untuk pergi ke mobil terlebih dahulu agar tidak terjadi apa pun pada mereka.     

Setelah kedua wanita itu berada di dalam mobil dan aman, Nico dan Aiden segera melaksanakan rencananya.     

Nico melemparkan tanaman yang diberikan Anya di dekat Dendrobium untuk mengusir ular tersebut dan menggunakan korek api miliknya yang ia bawa untuk membakar sebuah kayu kecil. Kemudian, ia memasukkan kayu yang sudah terbakar itu ke dalam lubang sarang lebah.     

Begitu Nico selesai melakukannya, Aiden pun bergerak dengan cepat, menarik Nico hanya dengan dua atau tiga kali tarikan sebelum ia tiba di atas tebing.     

Mereka segera berbalik dan berlari menuju ke tempat parkir mobil mereka. Namun, sebelum Nico bisa masuk ke dalam mobil, dahinya disengat oleh lebah.     

Sengatan itu membuat Nico berteriak kesakitan sementara sengat lebah tersebut masih tertinggal keningnya.     

Setelah masuk ke dalam mobil, beberapa lebah masih mengitari mobil mereka.     

Nico langsung berteriak dengan kesal saat ia duduk di mobil, "Paman, bukankah kamu bilang aku tidak perlu khawatir? Mengapa aku masih disengat?"     

"Aku belum menyelesaikan kalimatku tadi. Maksudku, jangan khawatir. Tidak mungkin membakar sarang lebah tanpa disengat," kata Aiden dengan tenang.     

Mendengar kata-kata Aiden, Nico hanya bisa melongo. Ia baru sadar kalau Pamannya itu kembali membohonginya.     

"Paman, kamu menipuku lagi." Teriak Nico dengan kesal. "Bantu aku mengeluarkan sengat ini. Apakah aku akan mati?"     

Tara menghampiri Nico dan melihat kondisi keningnya. "Berisik sekali. Jangan bergerak." Begitu Tara berbicara, Nico langsung diam dan patuh. Ia tidak mengatakan apa pun dan bahkan tidak bergerak sama sekali.     

"Tara, berhati-hatilah. Ada racun di sengatnya. Jangan gunakan jarimu untuk mengeluarkan sengat itu. Gunakan kukumu untuk menggaruknya ke luar." Kata Anya.     

"Jangan khawatir, aku tahu caranya. Anya, apakah kamu bisa mencarikan lidah buaya untukku? Kalau tidak ada, bunga dandelion juga bisa." Kata Tara.     

"Sepertinya aku melihatnya di daerah hutan sana. Aku akan segera mengambilnya."     

Tara mengangguk sambil memandang dahi Nico. Ia berusaha untuk mengeluarkan sengatnya dengan sangat hati-hati.     

Anya segera keluar dari mobil untuk mengambil tanaman yang diminta Tara. Sementara itu, Aiden merasa tidak tenang meninggalkan Anya sendirian sehingga ia mengikutinya ke area hutan.     

Nico duduk diam di mobil sambil memandang wajah Tara yang berada di hadapannya. Ia melihat wanita di hadapannya itu begitu fokus pada sengat lebah sehingga tidak menyadari tatapan Nico.     

Ini pertama kalinya Nico melihat Tara dari jarak yang begitu dekat. Ia bisa melihat mata Tara yang berbinar cerah. Bulu matanya sangat panjang dan lentik, seperti dua kipas kecil.     

"Jika kamu disengat lebah, sengatnya akan tertinggal. Racunnya akan masuk ke dalam kulitmu ketika tersengat dan sisanya masih berada di dalam sengatnya. Ketika menarik sengat itu keluar, kamu tidak boleh menggunakan jari untuk melakukannya karena kamu hanya akan mengeluarkan racunnya. Jadi kamu harus mengeluarkannya dengan kuku, atau mengambilnya dengan jarum," jelas Tara.     

Nico sama sekali tidak mengerti kata-kata Tara sehingga ia hanya menyerahkan semuanya pada Tara. Ia tetap memandangi wajah Tara dengan seksama, seolah berusaha untuk mengingat wajah cantik Tara di benaknya. "Kamu adalah dokter, aku percayakan semuanya kepadamu."     

"Kamu tahu segalanya. Apakah kamu tahu apa yang Pamanku dan Anya lakukan di mobil sebelum kita tiba?" tanya Nico.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.