Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Dendrobium



Dendrobium

0"Aku … Aku bukannya tidak mau mengobatimu. Aku hanya tidak mampu jika kamu melakukannya terlalu sering!" kata Anya dengan suara pelan. Ia takut Aiden salah paham kalau ia tidak menjelaskannya.     

"Aku tahu, dasar gadis bodoh!" Aiden menyentil kening Anya dengan lembut dan memeluknya. Ia hanya ingin memeluk Anya, tidak berniat melakukan apa pun pada istrinya yang sudah kelelahan.     

Ketika kotak pandora terbuka, ketika Aiden sudah mencicipi bagaimana rasanya menyatu dengan Anya, ia seolah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.     

Ia memang pria dengan stamina yang luar biasa. Dulu, untuk bisa bangkit berdiri lagi, ia terus melakukan latihan yang ekstrem.     

Namun, kali ini ia bersalah karena tidak memedulikan perasaan istrinya.     

Anya masih sangat muda. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan kehidupan pernikahan. Ia butuh waktu untuk mendekatkan diri pada Aiden dan membiasakan diri dalam kehidupan pernikahan mereka.     

Di pagi hari, mereka sudah bercinta di rumah. Tetapi di atas puncak gunung yang indah dan menenangkan ini, Aiden menginginkan istrinya lagi.     

Cintanya pada Anya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia benar-benar ingin menunjukkan betapa besar rasa cintanya pada Anya sehingga tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Pada akhirnya, ia malah melukai Anya.     

Istri kecilnya itu ingin menolak tetapi takut Aiden salah paham, mengira bahwa Anya tidak mau membantu menyembuhkannya. Akhirnya, Anya hanya bisa menahan rasa sakit dari lukanya.     

Anya begitu baik hati dan lembut sehingga membuat Aiden terus jatuh cinta berulang kali padanya. Apa yang akan Anya lakukan nanti jika ia mengetahui bahwa Aiden hanya berpura-pura buta?     

Apakah Anya akan marah?     

"Aiden, jangan salahkan dirimu sendiri. Aku baik-baik saja. Aku akan sembuh dalam beberapa hari," kata Anya sambil mengelus tangan Aiden. "Aku … Aku sudah mencari tahu dari internet bahwa pria ingin bercinta dengan wanita karena rasa cintanya. Aku bersedia melakukannya, karena kamu sangat menyukaiku, ya kan?" tanya Anya sambil menatap Aiden dengan seksama.     

"Hmm …" Aiden mengangguk.     

Setelah itu, Anya bertanya dengan suara pelan dan wajah sedikit merona. "Di internet, orang-orang berkata bahwa jika seorang pria menyukai seorang wanita, ia hanya ingin bercinta dengannya sekali saja. Namun, jika seorang pria mencintai seorang wanita itu, ia ingin bercinta dengannya untuk seumur hidupnya. Berapa lama kamu ingin bercinta denganku?" Anya mengangkat kepalanya dan menatap Aiden dengan penuh harap.     

"Selamanya," Aiden memeluknya dan mencium bibir Anya dengan penuh kehangatan.     

Wajah Anya langsung berbinar dengan kegembiraan. Aiden menjawab selamanya. Apakah itu artinya Aiden mencintainya?     

Aiden mencintainya! Pengakuan itu saja sudah cukup untuk membuatnya sangat gembira!     

"Apakah kamu senang?" kata Aiden sambil mengusap ujung hidung Anya dengan gemas. Bagaimana bisa istrinya ini begitu bebal sehingga tidak menyadari seberapa besar rasa cintanya.     

"Hmm … Aku sangat senang. Kamu bercinta denganku bukan karena ingin memulihkan matamu, tetapi karena kamu mencintaiku." Kata Anya sambil tersenyum manis.     

Kata-kata Anya itu membuat Aiden senang sekaligus khawatir.     

Bagaimana kalau Anya tahu bahwa tidak ada masalah pada mata Aiden? Bagaimana kalau ia tahu bahwa Aiden hanya mencari alasan untuk bisa bercinta dengannya?     

Aiden hanya ingin memiliki Anya seutuhnya. Ia benar-benar mencintai Anya. Ia tidak ingin kehilangan Anya …     

"Dasar gadis bodoh. Aku melakukannya karena aku benar-benar menginginkanmu. Pengobatan itu bukanlah hal yang penting dalam hubungan kita. Apakah kamu mengerti?" Aiden menatap Anya sambil tertawa kecil.     

"Sekarang aku tahu. Dan aku sangat senang," Anya menegakkan tubuhnya dan duduk di pangkuan Aiden. Ia melingkarkan tangannya di belakang leher Aiden, kemudian ia berkata sambil tersenyum. "Aiden, aku rasa, aku jatuh cinta padamu."     

"Aku suka mendengarnya. Aku suka mendengar bahwa kamu mencintaiku," Aiden memegang wajah Anya dengan kedua tangannya dan mencium bibirnya dengan lembut. Ciuman itu mendapatkan balasan yang sama dari Anya.     

Mereka tidak melepaskan satu sama lain hingga ponsel Anya berbunyi.     

"Anya, kamu di mana? Aku mendapatkan banyak tanaman herbal! Aku bahkan mendapatkan ginseng liar! Sayang sekali aku tidak bisa menemukan Dendrobium," kata Tara.     

"Aku menemukan Dendrobium, tetapi letaknya ada di celah tebing. Aku tidak membawa tali dan tidak bisa mengambilnya." Kata Anya. "Apakah kamu membawa peralatan?"     

"Apakah kamu punya tali?" tanya Tara pada Nico.     

"Ada. Ayo kita pergi ke tempat mereka sekarang," kata Nico.     

"Anya, kirimkan lokasimu pada kami. Kamu akan menyusulmu. Nico membawa berbagai peralatan di mobilnya. Ia juga punya tali. Ini luar biasa!" kata Tara dengan penuh semangat.     

"Keponakanku memang suka bermain-main sehingga ia membawa begitu banyak permainan! Cepat datanglah kemari, aku akan segera mengirimkan lokasinya." Anya menutup telepon dan langsung mengirimkan pesan tersebut.     

Walaupun Aiden tidak ingin kencan mereka diganggu, Anya tidak bisa meninggalkan Dendrobium itu begitu saja. Kalau ia pulang tanpa membawa Dendrobium, mungkin ia akan menyesalinya seumur hidup! Kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali …     

"Kenakan bajumu dan ayo keluar dari mobil." Aiden mengambil kausnya dan segera memakainya. Kemudian, ia menurunkan jendela mobil dan membiarkan udara segar memasuki mobil mereka untuk menghilangkan suasana yang ambigu dari dalam mobil.     

Aiden membiarkan angin segar menghapus jejak bercinta mereka.     

Anya merapikan bajunya dan ingin keluar dari mobil, tetapi kakinya terlalu lemas untuk bergerak.     

"Beristirahatlah dulu di mobil. Aku akan memberitahumu saat mereka tiba," kata Aiden dengan lembut sambil mengecup kening Anya. Lain kali, sepertinya ia harus mengingatkan dirinya agar menjaga Anya dengan baik. Ia tidak boleh kehilangan kendali lagi …     

"Hmm …" Anya menyandarkan tubuhnya kembali di tempat duduknya dan memejamkan matanya. Sepertinya, aktivitas mereka yang ekstrem membuatnya merasa kelelahan.     

Dua puluh menit kemudian, Nico dan Tara akhirnya tiba di tempat mereka.     

Anya segera turun dari mobil dan memeriksa seluruh tubuhnya, memastikan tidak ada yang aneh. Setelah itu, ia menghela napas lega.     

"Aku berhati-hati agar tidak meninggalkan jejak," Aiden berdiri di sampingnya dan memelankan suaranya.     

Kata-kata itu membuat wajah Anya memerah. Ia menatap Aiden dan melihat bahwa kaus Aiden terlihat kusut dan berantakan.     

Siapa pun tidak akan percaya bahwa mereka tidak melakukan apa-apa!     

Karena hari ini adalah hari libur, Anya memilihkan baju yang santai untuk Aiden. Ia memilih sebuah kaus berwarna putih yang terlihat lembut. Tetapi ia tidak mempertimbangkan bahwa kaus itu sangat mudah kusut. Apa lagi warnanya yang terang membuat kekusutannya menjadi semakin terlihat.     

"Paman, apakah kamu tidak lelah menunggu di sini sejak tadi?" tanya Nico. "Lihat, aku menggali ginseng liar!"     

Di belakangnya, Tara mengomel sambil melotot. "Dia terlalu bersemangat sehingga merusak ginseng itu!"     

Nico hanya bisa menggaruk-garukkan kepalanya dan berkata, "Aku memang terlalu bersemangat. Tetapi kamu juga melakukan hal bodoh. Sebelum mengambil tanaman, kamu berdoa terlebih dahulu!"     

Anya tertawa saat mendengarnya. "Tentu saja kamu harus berdoa sebelum memetik tanamannya. Bagaimana kalau tanaman itu tidak tumbuh lagi karena terlalu sering dipetik? Setidaknya kita harus berterima kasih dan bersyukur karena gunung ini selalu dipenuhi dengan berbagai tanaman." Kata Anya. "Hari ini sebenarnya aku hanya ingin bermain-main dan menikmati pemandangan. Tetapi aku tidak menyangka akan melihat Dendrobium."     

"Aku mencarinya dari tadi! Tetapi sama sekali tidak melihatnya." Kata Tara dengan penuh semangat. "Ini adalah hari keberuntungan kita."     

"Paman, apakah kamu mengerti apa yang mereka katakan?" Nico berjalan menghampiri Aiden dan bertanya dengan suara pelan.     

"Hanya kamu yang tidak mengerti. Itu karena kamu bodoh!" kata Aiden sambil memutar bola matanya.     

Ia senang menggoda keponakannya ini karena Nico selalu memberikan reaksi yang luar biasa. Terkadang, ini menjadi hiburan bagi Aiden. Meskipun Nico juga sering kali bertingkah menyebalkan.     

"Lalu sekarang, bagaimana cara kita mengambil Dendrobium itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.