Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pengobatan Kesukaan



Pengobatan Kesukaan

0"Pengobatanmu tadi pagi masih belum selesai. Bagaimana kalau kita mengulanginya lagi?" kata Aiden sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Anya.     

"Eh?" Anya hanya bisa diam saat Aiden menciumnya. Ia tidak bisa berpikir dan hanya bisa memegang bahu Aiden dengan erat.     

Namun, saat menyadari bahwa mereka sedang berada di tempat umum, Anya berusaha untuk mendorong tubuh Aiden.     

"Kamu tidak mau mengobatiku?" Aiden menundukkan kepalanya dan menatap wajah mungil Anya. Ujung-ujung jarinya menyapi bibir Anya dengan lembut.     

"Tubuhku sudah tidak kuat. Apakah ada pengobatan lain?" tanya Anya.     

"Tidak ada. Pengobatan kesukaanku adalah …"     

Tanpa menunggu Aiden menyelesaikan kalimatnya, Anya langsung menggunakan salah satu tangannya untuk menutup mulut Aiden. "Jangan mengatakannya! Jangan! Bagaimana bisa kamu menganggap hal seperti itu sebagai pengobatan?"     

"Hanya itu yang bisa membuatku senang secara fisik dan mental," tubuh Aiden tinggi dan besar sehingga ruang di dalam mobil itu terlalu sempit untuknya.     

Walaupun bagian dalam mobil itu cukup besar, ia masih kesulitan untuk 'berolahraga' di dalam.     

Saat ini, Aiden seperti seekor macan tutul menawan yang sedang menunggu mangsanya. Anya benar-benar berada di bawah kendalinya.     

Wajah mungil Anya langsung memerah dan ia menggeram dengan suara rendah. "Aiden, ada banyak hal yang bisa membuatmu senang. Kita bisa memikirkannya perlahan."     

"Tetapi hanya ini yang aku sukai. Tidak perlu memikirkannya," Aiden menurunkan semua sandaran kursi di dalam mobil.     

Setelah itu, bagian dalam mobil menjadi sedikit lebih luas. Sangat cocok digunakan untuk melakukan hal-hal yang nakal!     

Anya ketakutan dan langsung berusaha untuk bersembunyi. Namun, seluruh tubuhnya seolah dikendalikan oleh Aiden.     

Ia mengedipkan matanya dan memohon pada Aiden. "Aiden, tenanglah. Tempat ini tidak aman. Seseorang akan melihat kita."     

"Tidak ada yang bisa melihat kita dari luar," Aiden langsung menenangkan kekhawatirannya.     

Dalam hati, Anya mengomel habis-habisan. Meski orang-orang di luar tidak bisa melihat ke dalam, kalau mobilnya bergoyang, bukankah semua orang tahu apa yang sedang terjadi di dalam?     

Ia tidak mau melakukannya di tempat umum, di puncak gunung seperti ini. Apa lagi kalau ada yang melihat mereka!     

"Anya, apakah kamu tidak mau membantu pengobatanku?" Sekarang, wajah Aiden terlihat menegang. Ia langsung melepaskan baju yang dikenakan Anya dengan cepat. Tangannya memegang pergelangan tangan Anya dan menahannya di atas kepala agar istrinya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti seorang raja, ia menyerang sebuah kota dan meratakannya menjadi tanah, tidak peduli apa pun yang terjadi.     

Mobil mereka sebenarnya sangat stabil, tetapi tentu saja tidak cukup kuat untuk menahan aktivitas yang terlalu keras sehingga akhirnya mobil itu bergoyang.     

Sepasang kekasih melewati mobil mereka dan melihat mobil itu bergoyang. Mereka langsung menutupi mulutnya dan tertawa.     

Pria muda itu merasa penasaran dan berusaha untuk mengintip ke dalam, tetapi ia tidak bisa melihat apa pun.     

Kekasihnya langsung menghampirinya dan menarik tangannya. "Ayo pergi. Jangan dilihat!"     

Pemuda itu memeluk pinggang kekasihnya dan langsung menciumnya, menahan tubuh kekasihnya di pintu mobil.     

Anya merasa akan gila melihat kejadian ini. Aiden benar-benar seperti pecandu yang tidak bisa menahan diri untuk tidak memakannya, meski saat ini mereka sedang berada di luar.     

Dan yang lebih gila lagi, ada sepasang kekasih di luar mobil mereka, sedang berciuman seolah tidak ada siapa pun yang melihat mereka.     

"Mengapa kamu malah memikirkan hal yang lain?" geraman rendah Aiden dan gerakan Aiden yang mendadak membuat Anya kembali sadar. Ia tidak bisa menahan teriakan yang keluar dari mulutnya.     

Mendengar teriakan dan desahan itu, Aiden tersenyum. Ia mendapatkan kembali perhatian istrinya!     

"Apakah mereka berdua sudah pergi?" tanya Anya.     

"Hmm … Mereka pergi menuju ke hutan. Kamu tahu apa yang akan mereka lakukan," kata Aiden dengan senyum nakal.     

"Kita membuat seseorang melakukan kejahatan. Mengapa kita malah mengajari hal-hal yang tidak benar pada anak-anak. Pasangan itu masih sangat muda!" gumam Anya.     

"Bukankah bercinta adalah sesuatu yang indah bagi seorang pria dan wanita? Jangan anggap hal ini sebagai hal yang buruk," Aiden mengecup bibir Anya dengan lembut, "Apakah kamu menyukainya?"     

Wajah Anya langsung memerah saat mendengar pertanyaan itu. Ia menutup bibirnya rapat-rapat, terlalu malu untuk menjawabnya, tetapi tubuhnya merespon dengan sangat jujur seolah berteriak dengan keras kalau ia sangat menyukainya!     

Ia menyukai apa yang suaminya lakukan!     

Orang-orang mengatakan bahwa wanita terbuat dari tulang rusuk seorang pria. Aiden yakin bahwa Anya adalah tulang rusuknya yang hilang.     

Kalau tidak, bagaimana mungkin ia bisa kehilangan akal seperti ini? Dulu, ia tidak masalah hidup tanpa cinta, tanpa wanita. Namun, setelah bertemu dengan Anya, ia seperti pecandu yang tidak bisa lepas dari candunya.     

Anya tidak melakukan apa pun padanya. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara menggoda pria, tetapi Aiden tetap tidak bisa menahan dirinya.     

Aiden ingin memeluk Anya, menciumnya, mencintainya, dan memilikinya. Ia berharap bisa bersatu dengan Anya dan memberi kehangatan untuk Anya selamanya.     

Setelah itu, ia membiarkan tubuhnya tergeletak di atas Anya, menekan tubuh istrinya, sambil terengah-engah. Meski demikian, ia masih menggunakan salah satu lengannya untuk menahan bobot tubuhnya agar tidak melukai Anya.     

Ia hanya ingin berada di dekat Anya, tanpa jarak sedikit pun di antara mereka.     

Akhirnya Anya kembali sadar dari kabut gairah yang menyelimuti benaknya. Seluruh tubuhnya terasa lelah. Ia merasa seperti tidak punya tulang. Tubuhnya bukan lagi miliknya.     

Merasakan suhu tubuh Aiden yang panas, ia membuka mulutnya dengan marah dan menggigit bahu Aiden, meninggalkan sebuah bekas.     

Aiden mengerutkan keningnya karena rasa sakit dari gigitan tersebut, tetapi membiarkan Anya melakukannya. Matanya masih setengah terbuka saat melihat Anya. "Seekor kucing liar kecil baru saja menggigitku," kata Aiden dengan suaranya yang masih serak dan menggoda.     

"Kalau aku kucing liar, kamu adalah serigala. Kamu benar-benar tidak bisa mengendalikan dirimu. Kamu …"     

Aiden langsung menghentikan Anya dengan menciumnya dalam-dalam. Setelah melepaskannya, ia berkata, "Aku adalah serigala dan aku hanya ingin memakan kucing kecil yang liar sepertimu."     

"Aiden, kita tidak bisa melakukan ini …" Meski ini adalah pengobatan, ia tidak bisa melakukannya terlalu sering.     

Bagaimana jika Aiden tidak bisa melihat di pagi hari, kemudian di siang hari dan di malam hari?     

Apakah Aiden akan menguncinya di kamar dan tidak membiarkannya pergi dari tempat tidur?     

"Mengapa tidak bisa?" tanya Aiden, membuat Anya kebingungan. "Bukankah ada obat yang harus diminum tiga kali sehari? Pagi, siang dan malam. Kita bisa melanjutkan pengobatannya di malam hari."     

Anya memutar bola matanya. Ia sudah tahu bahwa ini akan terjadi.     

Aiden juga ingin melakukannya di malam hari. Tiga kali sehari, apakah ia masih bisa hidup? Apakah ia bisa bangun tepat waktu besok?     

Itu sebabnya Anya ingin membuatkan Aiden ramuan dari Dendrobium. Ada banyak macam pengobatan lain, tetapi Aiden malah memilih pengobatan yang ini!     

"Apakah aku obat atau dokter?" Anya bersandar di atas kursi dengan lemah. Tubuhnya terasa seperti jeli.     

"Kamu adalah dokter dan satu-satunya obatku," jawab Aiden.     

"Dokter juga butuh istirahat dan obat bisa kehabisan. Malam ini, aku akan tidur di kamar tamu," Anya mendorong tubuh Aiden. "Aku tahu pria seusiamu memiliki stamina dan gairah yang luar biasa, tetapi aku masih terlalu kecil dan tidak sanggup untuk memuaskanmu."     

"Itu tidak kecil. Itu besar," mata Aiden tertuju pada payudara Anya.     

"Dasar mesum! Apa yang kamu lihat? Aku bukan membicarakan mengenai itu. Maksudku aku masih muda! Aku butuh berlatih dan beristirahat." Kata Anya sambil memukul dada Aiden. Berapa kali kamu memaksaku untuk melakukannya? Kamu sungguh egois. Kamu hanya peduli pada dirimu sendiri. Aku tahu kamu ingin segera pulih, tetapi bisakah kamu memikirkan aku juga. Aku … Aku tidak suka sakit …"     

Anya menatap Aiden dengan memelas. Ia merasa tidak berdaya dan benar-benar lemas.     

Hati Aiden langsung luluh. Ia mengulurkan tangannya untuk memijat tangan dan kaki Anya. "Di mana yang sakit? Aku akan memijatmu."     

"Kakiku," Anya merasa sedikit malu setelah mengeluarkan semua unek-uneknya. Ia mengambil kaus Aiden yang tergeletak untuk menutupi wajahnya.     

Aiden merasa sedikit bersalah dan segera memegang kaki Anya. Ia bisa melihat kaki Anya gemetaran dan kaku. Ada sebuah luka kecil di kakinya, luka yang masih baru.     

Rasa bersalah di hatinya langsung meningkat. Ia memeluk tubuh Anya dengan lembut. "Mengapa kamu tidak mengatakannya tadi?"     

"Aku … Aku merasa tidak enak mengatakannya di saat kamu membutuhkan pengobatan." Anya menguburkan kepalanya di pelukan Aiden, mendengarkan detak jantung Aiden yang stabil. Hal itu membuatnya merasa lega.     

"Kita adalah suami istri. Jika ada yang tidak nyaman, kamu harus mengatakannya padaku. Tidak perlu memedulikan mataku. Saat ini, kita sudah menemukan cara untuk memulihkanku, meski hanya sementara. Kita bisa mencari jalan lain perlahan." Aiden menundukkan kepalnya dan mencium kening Anya dengan lembut.     

"Aku … Aku bukannya tidak mau mengobatimu. Aku hanya tidak mampu jika kamu melakukannya terlalu sering!" kata Anya, berusaha menjelaskan agar Aiden tidak salah paham.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.