Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Jarak



Jarak

0"Kamu menggunakan tanggal ulang tahunku sebagai kata sandi bank-mu? Apakah kamu tidak takut aku akan menghabiskan semua uangmu?" tanya Anya dengan setengah bercanda.     

Bibir Aiden menyapu pipi Anya dan berbisik di telinganya, "Aku menghasilkan uang untukmu."     

Anya merasa wajahnya panas karena Aiden. Ia meringkuk, berusaha untuk menjauh dari Aiden. Namun, Aiden semakin dan semakin mendekatinya. "Anya, apakah kamu tidak mau membantuku? Mataku terasa tidak nyaman."     

"Ah?" Anya tidak bisa menjawab sesaat.     

Aiden memanfaatkan kesempatan itu untuk memegang dagu Anya. Ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir merah Anya.     

Ciumannya sangat dalam dan penuh dengan gairah. Tangan Anya terangkat ke dada Aiden, ingin mendorong Aiden untuk menjauh darinya. Namun entah mengapa, seluruh tubuhnya terasa lemas sehingga ia hanya bisa menerima ciuman itu dengan pasrah.     

Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Mengapa ia tidak bisa menolak ciuman Aiden?     

Semakin panjang ciumannya, tubuh Anya terasa semakin meleleh sehingga tidak bisa berbuat apa-apa.     

Anya, kamu jatuh cinta terlalu cepat! Tidak bisakah kamu sedikit jual mahal?     

Dalam hati, ia mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak jatuh terlalu cepat. Namun, tubuhnya benar-benar jujur. Tangannya yang bersandar di dada Aiden bergerak untuk memeluk leher Aiden dan membalas ciumannya.     

Suhu di dalam mobil semakin meningkat. Rona di wajah Anya terlihat sangat jelas, membuat Aiden diam-diam tersenyum.     

Aiden tidak melepaskannya sampai mereka tiba di tujuan mereka. Begitu mobil mereka berhenti, Aiden melepaskan ciuman mereka dengan enggan. "Ayo kita makan."     

Anya menundukkan kepalanya dengan malu, mencoba menyembunyikan rona di pipinya.     

Senyum tipis mengembang di wajah Aiden saat ia mengelus kepala Anya, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Kemudian, ia juga merapikan baju Anya yang sedikit kusut. Setelah itu, ia menggenggam tangan Anya saat berjalan menuju ke dalam vila.     

Jam makan siang sudah lewat sehingga tidak banyak orang yang berada di tempat tersebut. Aiden tidak ingin waktunya berdua dengan Anya terganggu oleh kehadiran orang lain sehingga ia mengajak Anya menuju ke tempat yang lebih privat.     

Begitu mereka tiba, makanan langsung disajikan. Melihat makanan yang lezat di hadapannya, Anya mengeluarkan ponselnya dan memfoto makanan tersebut.     

"Aku akan mengirimkan foto ini pada Tara. Ia pecinta makanan pasti ia sangat iri padaku," kata Anya dengan nakal.     

"Kalau begitu, mengapa kamu tidak sekalian pamer saja pada Nico? Mereka berdua pasti masih terjebak di dalam rumah," Aiden menatap Anya sambil tersenyum. Saat itu, senyumannya terlihat seperti anak kecil yang nakal.     

"Itu ide yang bagus! Aku akan membuat grup chat untuk kita," Anya segera membuat grup chat yang terdiri atas ia, Aiden, Nico dan Tara.     

Tara sedang menderita di meja makan rumah keluarga Atmajaya. Ia benar-benar ingin segera pergi dari tempat itu. Makanan lezat yang ada di hadapannya terasa hambar. Tenggorokannya terasa sulit untuk menelan makanan.     

Pada saat itu pula, ia menerima pesan dari Anya. Pesan berupa foto makanan yang membuat air liurnya hendak menetes. Ia benar-benar ingin pulang!     

Nico juga merasakan getaran pada ponselnya sehingga ia mengintip layar ponselnya. Anya mengajaknya untuk bergabung dalam sebuah grup chat.     

Ketika melihat foto makanan yang dikirimkan oleh Anya, jiwa kekanakan Nico tidak mau kalah. Ia segera memfoto makanan yang ada di meja makanannya untuk membalas Anya.     

Namun, Tara sama sekali tidak peduli dengan makanan di hadapannya. Ia mengirimkan stiker dengan ekspresi meneteskan air liur.     

Tara : Semuanya makanan kesukaanku! Caesar salad, sup jamur, kentang goreng, salmon saus lemon, steak daging wagyu saus lada hitam … Lihat foto yang dikirimkan oleh Nico? Setelah makan selama setengah jam pun, makanan di meja masih belum habis juga.     

Tara bahkan bisa mengetahui semua menu yang dipesan Anya dengan sekali lihat. Seandainya ia bisa kabur …     

Anya : Makanan di vila ini sangat enak. Kami baru saja mau mulai makan.     

Nico memperbesar foto yang dikirimkan oleh Anya dan melihat logo Mid Valley Villa taplak makannya.     

Nico : Tara, mereka sedang berada di Mid Valley Villa. Ayo kita cari kesempatan untuk melarikan diri dari tempat ini dan pergi menyusul mereka!     

Tara : Anya, tolong telepon klinik gigiku. Suruh salah satu perawat meneleponku dan mengatakan bahwa ada operasi mendadak.     

Anya segera melakukan perintah yang diberikan oleh Tara. Setelah itu, ia meletakkan ponselnya dan mulai makan.     

"Aku tidak ingin bertemu dengan mereka," kata Aiden. Ia hanya ingin berdua dengan Anya. Ini adalah kencan mereka!     

"Kalau begitu, ayo cepat habiskan makanannya dan pergi dulu!" kata Anya.     

Sepuluh menit kemudian. Tara kembali mengirimkan pesan di grup.     

Tara : Anya, terima kasih! Kami sudah berhasil kabur dan sekarang kami menuju ke tempatmu.     

Anya : Apakah kalian sudah kenyang? Apa kalian ingin pesan terlebih dahulu?     

Tara : Tidak. Tunggu aku. Ayo kita naik ke gunung bersama-sama.     

Anya tidak membalas dan langsung mengirimkan lokasinya saat ini. Tara langsung membalasnya dengan mengirimkan lokasinya.     

Begitu melihat lokasi Tara, Anya dan Aiden tahu di mana Tara dan Nico berada.     

"Aiden, mereka akan tiba dalam sepuluh menit. Ayo kita pergi!" Anya bergegas menghabiskan suapan terakhirnya dan kemudian menegak minumannya dengan cepat.     

Sementara itu, Aiden terlihat makan dengan santa. Ia tidak terlihat khawatir Nico dan Tara akan menyusul mereka. Ia sudah punya rencana sendiri!     

Setelah beberapa menit, ia meletakkan sendoknya dan siap untuk pergi.     

Ia kembali ke mobil sambil menggandeng Anya.     

"Abdi, kalau Nico datang, kamu bisa menyampaikan padanya bahwa aku melewati jalur ini untuk menuju gunung," kata Aiden.     

"Kalau Tuan Nico menyusul Anda, bukankah itu akan merusak kencan Anda dengan Nyonya?" tanya Abdi dengan bingung. "Mengapa Anda tidak memberitahu arah yang sebaliknya saja, Tuan?"     

"Beritahu Nico arah yang benar. Ia akan memilih arah yang sebaliknya," kata Aiden dengan wajah yang misterius.     

Abdi tidak memahami apa yang Aiden maksud, tetapi ia tetap mengangguk dan menuruti perintahnya.     

"Anya, katakan pada mereka bahwa kita akan menunggu di puncak gunung," kata Aiden.     

Anya segera mengirimkan pesan ke grup chat mereka.     

Anya : Kami akan berangkat terlebih dahulu. Kita bertemu di atas gunung.     

Tara langsung memukul bahu Nico dengan tergesa-gesa. "Cepat, cepat. Mereka sudah pergi!"     

"Tega sekali mereka meninggalkan kita!" Nico langsung menginjak gas mobilnya dalam-dalam dan melaju menuju ke Mid Valley Villa dengan kecepatan penuh.     

"Mid Valley sangat luas. Aku rasa kita tidak akan bisa menemukan mereka," Tara memandang ke arah jalan di hadapannya.     

"Tara … Apakah kamu takut dengan kata-kata kakekku hari ini?" kata Nico tiba-tiba. Ia menatap wajah Tara yang tenang.     

Orang tua Tara meninggal saat ia masih muda. Tara dibesarkan oleh kakeknya seorang diri.     

Ia tumbuh menjadi wanita yang sensitif dan penuh kecemasan. Ia akan berusaha melindungi dirinya sendiri, bagaimana pun caranya. Begitu ada situasi yang tidak menguntungkan untuknya, Tara akan langsung menghindarinya.     

Awalnya, ia memang ingin mendekati Aiden karena harta dan kekuasaannya.     

Ia ingin memanfaatkan kesempatan merawat Aiden agar hubungannya dengan Aiden bisa semakin dekat.     

Tetapi begitu melihat sifat Aiden yang dingin dan menyeramkan, Tara langsung mengurungkan niatnya. Ia lebih mencintai dirinya sendiri dibandingkan harta dan kekayaan. Bagaimana pun juga, ingin mendapatkan harta dan kekuasaan untuk melindungi dirinya sendiri.     

Hari ini, di hadapan semua orang, Bima mengatakan bahwa Anya tidak pantas untuk Aiden.     

Sama halnya dengan dirinya. Secara tidak langsung, Bima juga mengatakan bahwa Tara tidak pantas untuk Nico. Bagaimana mungkin ia tidak melarikan diri dari situasi ini?     

Namun, apa yang ia lakukan sekarang?     

Ia malah pergi ke Mid Valley bersama dengan Nico. Padahal, pilihan yang paling tepat adalah untuk kembali ke kliniknya dan menjauh dari Nico.     

"Kakekmu benar, Nico. Kita akan menjadi teman baik. Kita bermain bersama, pergi ke gunung bersama, mencuri bunga di taman kakekku bersama-sama, menangkap kunang-kunang bersama-sama. Aku senang melakukannya bersama denganmu, tetapi hubungan kita tidak bisa lebih dari teman. Apakah kamu mengerti?" kata Tara dengan tenang.     

"Apakah menurutmu tidak ada jarak yang besar antara Anya dan Pamanku? Pamanku tidak memedulikan jarak di antara mereka. Jarak itu tidak mempengaruhi hubungan mereka," kata Nico dengan serius.     

Kalau Aiden bisa, mengapa ia tidak bisa? Ia tidak peduli dengan 'jarak' di antara ia dan Tara …     

Ia tidak memedulikan pendapat kakeknya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.