Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Cium Aku



Cium Aku

0"Kakek, mengapa kamu tidak bisa berbaikan dengan Paman? Ia sangat peduli terhadap istrinya, mengapa kamu tidak menyetujui hubungan mereka saja?" tanya Nico.     

"Anya tidak pantas untuk Pamanmu. Sama halnya, Tara juga tidak pantas untuk bersanding denganmu. Kamu harus melupakan wanita yang tidak berguna seperti itu dan mencari wanita yang lebih tepat untukmu," kata Bima dengan acuh tak acuh.     

Nico terlalu malas untuk membalas kata-kata Bima sehingga ia memutuskan untuk diam saja. Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu dapur yang menuju ke taman. Ia melihat Aiden meraih tangan Anya dan ingin membawanya pergi dari tempat tersebut.     

Anya berbalik dan menatap Aiden dengan tidak berdaya. "Tunggu aku sebentar saja. Aku akan segera membuatkan ikan ini."     

"Kak Maria, biarkan para pelayan yang membakar ikan untuk ayah. Aku tidak nyaman berada di sini," kata Aiden pada Maria dengan tenang.     

"Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?" Anya langsung meletakkan piring yang dibawanya dan menatap Aiden dengan khawatir.     

Alis Aiden terangkat saat mendengar kekhawatiran Anya. Sebenarnya, ia merasa tidak nyaman terhadap suasana di tempat tersebut, tetapi saat melihat Anya sangat khawatir kepadanya, ia berkata, "Mataku tidak enak."     

"Apakah gara-gara asap?" Anya memegang tangan Aiden dan berkata, "Apakah sakit sekali? Apakah kamu mau ke rumah sakit?"     

"Kak, tolong bilang pada ayah mataku tidak nyaman. Aku akan pulang terlebih dahulu." Setelah itu, Aiden meraih tangan Anya dan berjalan menuju ke gerbang, alih-alih kembali ke dalam rumah.     

"Bagaimana kalau kita berpamitan terlebih dahulu. Tidak enak jika kita langsung pulang seperti ini," Anya mengerutkan keningnya.     

"Ayo kita pulang saja. Aku benar-benar merasa tidak nyaman." Aiden memejamkan matanya dan tampak kesakitan.     

Anya terlihat panik dan juga bingung. Kemudian, ia menatap Maria dan berkata, "Kak, aku …"     

"Pergilah. Aku akan menjelaskannya pada ayah." Kata Maria sambil tersenyum.     

Maria menatap Anya dengan sedikit iri. Untuk melindungi Anya, Aiden tidak ragu untuk berpura-pura sakit agar Anya mau pulang bersamanya. Semua itu ia lakukan karena ia tidak mau Anya dipermalukan dan dihina.     

Aiden tidak pernah melakukan ini pada wanita mana pun. Hanya Anya yang berbeda di matanya.     

Anya tidak tahu Aiden sedang berpura-pura. Ketika ia mendengar mata Aiden terasa tidak nyaman, ia langsung pergi bersamanya. Bisa dilihat bahwa Anya sangat peduli terhadap Aiden.     

"Tara, masuklah bersama denganku. Biarkan para pelayan yang membakar ikannya." Maria memanggil Tara untuk masuk bersama dengannya.     

"Ibu, kemana Paman pergi?" Nico melihat Aiden dari kejauhan, tetapi ia tidak mencegahnya pergi. Begitu Maria masuk ke dalam rumah, ia langsung bertanya pada ibunya.     

"Ayah, mata Aiden tidak nyaman. Mungkin karena asap barbekyu. Anya menemaninya untuk pergi ke rumah sakit. Mereka ingin aku menyampaikannya kepadamu," kata Maria.     

"Aiden menggunakan kacamata hitam dan ia tidak mendekati tempat panggangan. Bagaimana mungkin ia bisa terkena asap? Kalau memang ia tidak mau makan denganku, bilang saja." Dengus Bima dengan dingin.     

"Ibu, Paman bilang tidak akan datang ke ulang tahun kakek," kata Nico dengan sedih. "Mereka selalu bertengkar setiap kali bertemu. Aku bahkan tidak bisa menenangkan mereka."     

"Ayahmu sudah tidak ada. Ivan masih tidak tahu apakah ia bisa kembali. Jika Aiden tidak datang, bagaimana dengan pesta kakekmu? Aku akan meminta Anya untuk berbicara padanya." Kata Maria.     

Bima terus makan dengan tenang seolah tidak mendengar percakapan mereka.     

Aiden mengatakan bahwa ia tidak akan menghadiri pesta ulang tahunnya, tetapi Bima sama sekali tidak khawatir. Dengan adanya Maria, menantunya itu bisa membuat pesta ulang tahunnya menjadi indah.     

"Ide yang bagus, Bu!" kata Nico sambil tertawa.     

"Aku tidak yakin bisa membujuk Pamanmu dengan sifatnya yang seperti itu," Maria tertawa dan mengambilkan makanan untuk Tara. "Tara, cobalah daging ini."     

"Terima kasih," Tara berterima kasih dengan sopan. Pada saat ini, ia hanya ingin segera makan dan pergi dari tempat ini secepat mungkin.     

Setelah kematian ayahnya, kakeknya mengambil alih seluruh pekerjaan keluarganya, termasuk pekerjaan menjadi dokter keluarga Atmajaya. Selain itu, ia juga mempersiapkan Tara untuk menjadi penerusnya.     

Oleh karena itu, sesekali Tara akan menggantikan kakeknya untuk memeriksa kondisi Bima.     

Namun, setelah memiliki banyak pengalaman, Tara malah membuka klinik gigi. Ia mengatakan pada Anya bahwa tujuannya membuka klinik itu adalah untuk mendapatkan banyak keuntungan.     

Tetapi sebenarnya, uang hanyalah salah satu alasannya. Alasan utamanya adalah karena ia tidak ingin menjadi dokter Keluarga Atmajaya.     

Pagi ini, tiba-tiba saja rumah Keluarga Atmajaya meneleponnya dan memintanya untuk memeriksa Bima. Ia tidak tahu bahwa situasinya akan menjadi seperti ini.     

"Tara, kakekku bilang Anya tidak pantas untuk Pamanku. Bagaimana menurutmu?" tanya Nico dengan sengaja.     

Tara sedang mengunyah makanannya ketika mendengar pertanyaan Nico yang tiba-tiba. Ia benar-benar ingin mengangkat piring di hadapannya dan melemparkannya ke kepala Nico. Dasar anak yang satu ini! Mengapa ia harus menanyakan pertanyaan ini di hadapan Bima?     

"Ketika dua orang dengan status yang berbeda menjalin hubungan, situasinya akan sangat sulit bagi pasangan yang berstatus rendah. Aku menyarankan perpisahan untuk kebaikan Anya. Mata Pamanmu semakin pulih. Ia akan semakin dan semakin berkembang, sementara Anya tidak akan pernah bisa menyusul Aiden, tidak peduli seberapa keras ia berusaha. Meski Pamanmu menyukainya sekarang, bagaimana dengan nanti?" ketika mengatakannya, pandangan Bima tertuju pada Tara.     

Tara tertegun melihat tatapan itu dan kemudian ia menundukkan kepalanya tanpa berkata apa pun. Karena ia tahu bahwa Bima mengatakan hal yang sebenarnya.     

Sekarang, Aiden memiliki cacat dan membutuhkan seseorang untuk menemani dan merawatnya.     

Anya masih muda dan cantik. Aiden yang buta sangat beruntung bisa mendapatkan Anya. Oleh karena itu ia membiarkan Anya berada di sisinya.     

Tetapi begitu Anya tertinggal di belakang setelah Aiden pulih, mungkin Aiden akan mulai membencinya.     

Mata Tara tanpa sadar beralih pada Nico yang melihat dirinya.     

"Pamanku bukan orang yang seperti itu. ia mendukung bibi untuk melakukan apa pun yang ia sukai. Ia tidak mengurungnya di rumah dan membunuh talenta bibi. Selama bibi terus bekerja keras dan saling mencintai, mereka pasti akan berkembang bersama-sama. Kehidupan pernikahan mereka akan bahagia selamanya."     

Nico menatap Tara dengan mata yang membara, "Jika aku bisa bersama dengan Tara, aku akan mendukungnya kalau ia ingin membuka rumah sakit atau pun klinik kecil."     

"Tara tidak menyukaimu. Jangan memaksanya," Bima menatap Nico dan kemudian berkata pada Tara. "Tara, kamu tidak perlu khawatir mengenai pernikahan. Aku akan memilihkan pasangan dengan latar belakang keluarga yang baik untukmu."     

"Terima kasih atas kebaikan Anda, tetapi saya masih belum memikirkan pernikahan," Tara berdiri dan mengucapkan rasa terima kasihnya.     

Nico menatap Tara sambil tersenyum. "Aku juga belum mau memikirkan pernikahan. Aku masih memiliki seseorang yang aku sukai di hatiku."     

"Aku juga memiliki seseorang yang aku sukai. Ia adalah murid kedokteran yang sedang kuliah di luar negeri." Kata Tara dengan suara pelan.     

"Bagus, bagus. Bidang kalian sama. Kalian bisa saling belajar satu sama lain." Kata Bima dengan senang.     

Ekspresi di wajah Nico menggelap. Matanya menatap Tara dengan tatapan rumit, membuat Tara tidak bisa memahami arti tatapan itu.     

Nico mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Anya. "Bibi, apakah Tara menyukai seseorang?"     

Sementara itu, Anya yang menerima pesan itu langsung terkejut saat membaca isinya. Ia tidak pernah mendengar Tara membicarakan mengenai pria.     

"Aiden, apakah Tara menyukai seseorang?" Anya menoleh dan menanyakan pertanyaan itu pada suaminya.     

Aiden menatapnya sambil tersenyum. "Cium aku dulu. Setelah itu aku akan memberitahumu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.