Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pertunangan



Pertunangan

0"Aiden, apakah kamu bisa melihat?" tanya Maria dengan terkejut. Bagaimana bisa Aiden mengetahui bahwa Nico memanggang dua ikan? Apakah mata Aiden sudah pulih? Apakah ia sudah bisa melihat lagi?     

Mata Maria terlihat penuh harap saat menanyakannya.     

"Aku bisa mencium baunya," kata Aiden dengan santai.     

Wajah Maria langsung memucat saat mendengar jawaban Aiden. Harapan di matanya langsung meredup dan ia berkata dengan sedih. "Aku pikir matamu sudah pulih."     

"Aku sudah terbiasa seperti ini." Aiden mengambil garpunya dan menusuk ikan di piringnya. Ia sengaja menusuk piringnya hingga hampir terjatuh ke tanah untuk meyakinkan Maria bahwa ia benar-benar belum pulih.     

Anya menyadari bahwa Aiden sedang berpura-pura di hadapan kakak iparnya karena ia tidak ingin memberi harapan palsu. Penglihatan Aiden bisa saja kembali memburuk kapan pun sehingga lebih baik mereka menyembunyikan hal ini terlebih dahulu.     

Ia langsung mengambil garpu di tangan Aiden. "Aku sudah susah payah memasaknya. Kamu harus menghabiskannya. Biarkan aku yang menyuapimu."     

"Hmm …" Aiden menerimanya dengan senang hati.     

Mata Maria terlihat memerah dan tenggorokannya serasa tercekat. Setelah itu, ia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. "Setelah makan ikan ini, masuklah ke dalam, kita akan makan siang."     

Anya tertegun sejenak mendengar kata-kata Maria, "Bukankah saat ini kita sedang makan barbekyu di taman?"     

"Pelayan dapur sudah menyiapkan daging domba panggang dan berbagai menu lainnya. Nico hanya ingin bersenang-senang dan mengadakan barbekyu di taman agar ia bisa membakar daging dan sate," jawab Maria.     

Anya mengedipkan matanya berulang kali. Ia pikir, Keluarga Atmajaya sungguh sederhana dan hangat seperti keluarga pada umumnya sehingga mereka bisa mengadakan pesta barbekyu dan menyiapkan makanan mereka sendiri.     

Tetapi ternyata, pesta barbekyu ini hanyalah sebuah permainan untuk Nico. Para pelayan di dapur sudah menyiapkan makanan lain yang jauh lebih mewah. Mereka akan makan di dalam rumah yang dingin karena AC dan menyantap daging domba mereka sambil minum anggur. Keluarga Atmajaya memang salah satu keluarga yang berkuasa di kota ini!     

Nico hanya mengadakan barbekyu untuk menyenangkan hati Tara yang mencintai makanan.     

Hanya Anya yang benar-benar mengira bahwa mereka akan makan siang dengan barbekyu di taman ini.     

"Kak, kembalilah dulu. Setelah selesai menghabiskan ikan ini, kami akan masuk ke dalam," kata Anya sambil tersenyum.     

Maria mengangguk dan berbalik ke arah Nico. "Nico, ayo kita makan siang."     

"Setelah dua ikan ini selesai aku akan masuk!" Nico langsung melihat ke arah Tara dan menyadari bahwa wajah Tara memerah karena kepanasan. Tara berdiri di samping panggangan sambil memegang kipas. Tangannya terus bergoyang, tetapi keringat tetap mengalir di dahinya. "Tara, masuklah dulu. Lihatlah wajahmu sudah merah karena panas. Aku akan membawakan ikannya setelah matang."     

"Aku akan menunggumu di sini. Aku harus memastikan kamu membuat ikannya benar-benar masak dan membumbuinya dengan benar!" Tara tidak mau masuk ke dalam rumah itu sendirian dan menjadikan ikan tersebut sebagai alasannya. Lebih baik di berada di luar bersama dengan Nico meskipun harus kepanasan, daripada masuk ke dalam. Di dalam rumah itu hanya ada Bima. Suasananya pasti sangat canggung!     

Maria hanya tertawa saat mendengarnya. "Baiklah, baiklah." Katanya sambil berjalan masuk terlebih dahulu.     

Setelah Maria masuk ke dalam rumah, Anya menggunakan sarung tangan plastik agar ia bisa menyuapi Aiden lebih cepat. Sesekali, ia juga akan ikut menikmati ikan buatannya.     

Setelah ikannya habis, ia menggandeng tangan Aiden dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.     

Nico juga sudah selesai memanggang dua ikannya dan meletakkan ikan-ikan itu di atas piring. Ia dan Tara berjalan di depan Aiden dan Anya, menuju ke arah rumah.     

"Itu ikanku! Berikan kepadaku!" kata Tara sambil berusaha merebut piring yang dibawa oleh Nico.     

"Aku tahu! Tidak ada yang mau merebutnya darimu!" kata Nico sambil memutar bola matanya. Ia hanya ingin membantu membawakan piringnya supaya terlihat seperti pria romantis, tetapi sepertinya yang ada di otak Tara hanya makan dan makan.     

Anya tersenyum melihat tingkat mereka berdua. "Menurutmu, bukankah mereka sangat serasi?"     

Menurut Anya, Nico dan Tara adalah pasangan yang sangat cocok. Mereka bisa menikmati hidup mereka seperti anak kecil yang ceria, tetapi juga bisa dewasa di saat-saat yang dibutuhkan. Hidup mereka pasti akan penuh dengan kegembiraan dan canda tawa.     

"Karakter mereka memang sangat cocok, tetapi latar belakang keluarga mereka tidak. Ayahku tidak akan membiarkan Nico menikahi putri keluarga dokter," kata Aiden dengan suara pelan.     

"Keluarga dokter?" tanya Anya dengan bingung. Meski ia berteman dekat dengan Tara, hubungan mereka belum sedalam itu sehingga Anya sama sekali tidak tahu menahu mengenai masalah keluarganya.     

"Ayah Tara dulunya adalah dokter pribadi Keluarga Atmajaya. Sekarang ia bisa menjadi kepala dokter di sebuah rumah sakit karena rumah sakit itu dikuasai oleh Atmajaya Group. Di mata ayahku, Tara hanyalah putri dari keluarga dokter. Ia tidak pantas untuk Nico," Aiden berusaha menjelaskan.     

"Pernikahan Nico adalah urusan ayahku dan kakak iparku. Kita tidak perlu ikut campur," kata Aiden, mengingatkan Anya. Ia tahu kalau tidak diperingati seperti itu, Anya akan berusaha keras untuk menjodohkan Nico dan Tara.     

"Tetapi aku bisa melihat Nico mulai menyukai Tara. Mungkin, ia bisa kembali ke jalan yang benar," kata Anya. "Apakah ayahmu dan kakak iparmu tahu bahwa Nico menyukai pria?"     

"Anya, apa yang kamu katakan? Nico menyukai pria?" Anya tidak tahu sejak kapan Maria ada di belakangnya.     

Jantung Anya seolah berhenti saat mendengar suara itu. Tangannya yang memegang tangan Aiden langsung menggenggam jari-jari Aiden dengan lebih erat karena terkejut dengan kemunculan Maria yang tiba-tiba.     

Ia menatap Aiden dan meminta bantuan padanya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?     

Saat mendengar berita yang mengejutkan itu, Tara yang berada di depan mereka langsung menatap Nico dengan curiga. Kemudian, ia berbisik. "Pria mana yang kamu sukai? Aktor atau model?"     

Nico hanya bisa berbalik dan melihat tiga orang di belakangnya dengan tatapan heran. Mengapa kesalahpahamannya menjadi semakin rumit seperti ini? Sejak kapan ia menyukai pria?     

"Kak, kamu salah dengar," kata Aiden, berusaha untuk menyelamatkan Anya.     

Nico bisa merasakan pandangan tajam dari belakangnya. Begitu ia menoleh ke belakang, ia melihat Bima sudah menunggunya sambil memandangnya dengan tatapan setajam pisau.     

"Kakek, ikanmu sudah siap!" Nico langsung menawarkan ikannya sambil tersenyum, berpura-pura tidak ada yang terjadi.     

Wajah Bima terlihat muram. Ia berjalan menuju ke arah meja makan sambil menatap Anya dengan dingin. Kemudian, ia memandang ke arah Nico lagi, "Jangan terlalu dekat-dekat dengan Raka lain kali. Aku mendengar banyak berita mengenai kalian berdua akhir-akhir ini."     

Nico, Tara dan Maria segera menyusul di belakang Bima, menuju ke arah ruang makan. Sementara Anya dan Aiden berjalan dengan pelan. Mereka tidak mau ikut campur dalam masalah ini.     

"Kakek. Aku dan Raka berteman baik. Jangan dengarkan rumor yang tidak jelas!" Nico merasa tidak mampu meluruskan rumor yang sudah melenceng jauh dari kebenaran ini. Apa pun yang ia lakukan, sulit sekali untuk membersihkan namanya.     

"Nico, apakah kamu benar-benar menyukai Raka?" Maria menatap putranya dengan tidak percaya. Putranya yang playboy dan pecinta wanita ini ternyata menyukai pria. Apakah selama ini ia menggoda wanita hanya untuk kedok belaka?     

"Bu! Aku dan Raka hanya berteman. Kami berdua sama-sama lajang sehingga muncul rumor yang tidak mengenakan mengenai kami berdua. Jangan khawatir. Aku masih menyukai wanita. Aku akan memberimu cucu," hibur Nico.     

Tara melihat suasana di ruangan tersebut menjadi semakin tidak enak. Kemudian ia berkata dengan pelan. "Setengah jam lalu, Raka, putra sulung Keluarga Mahendra, telah mengumumkan pertunganannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.