Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Membawa Istrimu



Membawa Istrimu

0Anya benar-benar menyesal!     

Mungkin kemarin ia membenturkan kepalanya ke meja terlalu keras sehingga ia menjadi bodoh!     

"Aiden, aku tidak akan membicarakan masa lalu lagi. Aku salah. Bisakah kamu memaafkan aku?" tanyanya dengan memelas.     

Ia berjongkok di samping Aiden, meletakkan kepalanya di paha suaminya dan tangannya memegang ujung baju Aiden. "Aku benar-benar bersalah," katanya dengan penuh penyesalan.     

Aiden menunduk melihat penampilan istrinya yang manja. Anya terlihat seperti kucing kecil yang manja, mengusap-usap kepala pada majikannya seolah sedang mencari perhatian.     

Senyum muncul di bibir Aiden sekilas, sangat sebentar sehingga Anya sama sekali tidak menyadarinya.     

"Aiden, aku tahu aku seharusnya tidak membicarakan mengenai masa lalu. Seharusnya aku membicarakan mengenai masa depan dan membangun kenangan baru bersama denganmu. Aku akan berhati-hati lain kali. Maafkan aku kali ini, ya?" mata Anya memerah dan bibirnya sedikit mengerucut. Ia terlihat akan menangis.     

Hati Aiden terasa hangat. Ia mengulurkan tangannya dan mengelus wajah Anya, kemudian menghela napas panjang. "Anya, aku sudah tidak muda. Aku tidak bisa memberikanmu cinta yang luar biasa seperti anak-anak muda pada umumnya. Tetapi aku mau hidup dengan damai bersamamu. Jika kamu ingin berkencan, aku akan mengikutimu. Tetapi aku tidak mau kamu membandingkan aku dengan Raka. Apakah kamu mengerti?"     

"Aku tidak berniat membandingkanmu. Kamu adalah kamu," kata Anya sambil memandang Aiden.     

Aiden menarik tubuh Anya dan membawanya ke pangkuannya. Melihat Aiden sudah mau menerimanya, Anya mengulurkan tangannya dengan senang dan memeluk leher Aiden erat-erat.     

"Kamu memang punya pengalaman berkencan, tetapi pengalaman itu bukan bersamaku. Aku hanya bisa memberimu pengalaman lain ..." Aiden berbisik di telinganya.     

Anya bisa memahami arti di balik kalimat Aiden. Ia langsung menguburkan kepalanya di bahu Aiden. Tangannya membentuk kepalan dan memukul dada Aiden pelan. "Dasar cabul. Aku tidak peduli lagi padamu!"     

Aiden memeluk pinggang Anya dan tertawa melihat istrinya yang malu.     

Hana yang mengkhawatirkan Anya dan Aiden hendak naik ke lantai dua dan melihat keadaan mereka. Saat ia berada di tengah-tengah tangga, ia bisa mendengar suara tawa Aiden dari lantai atas. Suara tawa itu terdengar hangat di telinganya, membuat ia juga ikut tertawa. Ia tidak jadi mendatangi mereka berdua karena tahu bahwa masalah mereka sudah selesai dan segera kembali ke dapur.     

Hari itu, Harris sedang libur karena Aiden akan menghabiskan waktu seharian bersama dengan Anya. Baru kali ini ia bangun siang. Ia baru saja keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mencari sarapan. Pada saat itulah, ia mendengar suara tawa Aiden dari lantai dua.     

Harris langsung bertanya pada ibunya. "Ibu, apakah aku salah dengar? Tuan Aiden tertawa?" tanyanya dengan tidak percaya.     

"Bukankah itu luar biasa?" kata Hana sambil tersenyum lebar. "Ini adalah keajaiban cinta! Kamu juga. Ini sudah waktunya bagimu untuk menjadi pasangan."     

"Aku tidak terburu-buru," Harris masuk ke dalam dapur dan duduk di sebuah kursi kecil. "Tuan akan pergi dengan Nyonya ke rumah Keluarga Atmajaya hari ini. Setelah itu mereka akan pergi berkencan. Hari ini, aku akan menemanimu belanja."     

"Kalau kamu memang ingin membuatku senang, carikan aku menantu. Aku lebih baik pergi belanja dengan menantuku daripada denganmu." Kata Hana sambil memutar bola matanya.     

Wajah Harris terlihat sedikit muram. Setelah berpikir sejenak, ia berkata, "Aku tidak punya waktu untuk mencari kekasih. Keara sudah kembali."     

"Keara belum meninggal?" tanya Hana dengan terkejut. "Apakah Aiden tahu?"     

"Ya. Nyonya juga sudah tahu," jawab Harris.     

"Apakah Anya sudah tahu apa yang terjadi pada Aiden dan Keara dulu?" tanya Hana.     

Harris mengangguk.     

Hana hanya bisa menghela napas panjang. "Aku khawatir akan ada sesuatu yang terjadi setelah Keara kembali kali ini. Walaupun ia bertunangan dengan Ivan, wanita itu masih mencintai Aiden. Ditambah lagi, wajah Keara dan Anya terlihat mirip. Ia pasti akan merasa bahwa Aiden mencari penggantinya setelah kepergiannya."     

"Benar. Aku khawatir Keara akan membuat keributan," Harris juga mengkhawatirkan hal ini.     

...     

Anya juga tahu bahwa Keara akan kembali, tetapi saat ini ia tidak punya waktu untuk memikirkannya. Saat ini, ia hanya ingin meninggalkan kesan yang baik pada Keluarga Atmajaya.     

Sebelum pergi, Anya pergi ke taman bunganya dan memetik beberapa bunga untuk kakak ipar Aiden, wanita yang bertanggung jawab atas semua urusan rumah tangga Keluarga Atmajaya. Bisa dibilang, kedudukannya di Keluarga Atmajaya cukup tinggi.     

Ia membawakan sebuah buket bunga mawar dan parfum buatannya untuk Maria, kakak ipar Aiden. Bahkan ia memetik bunga dengan kualitas terbaik yang seharusnya bisa dijual dengan harga mahal. Untuk ayah Aiden, Bima, Anya membawakan ubi bakar dan juga kue buatannya sendiri.     

Hari ini adalah kunjungan pertamanya ke rumah Keluarga Atmajaya sehingga ia merasa sangat gugup dan gelisah.     

Selama perjalanan, Anya memandang ke arah Aiden dengan gugup. "Aiden, bagaimana jika ayahmu dan kakak iparmu tidak menyukaiku? Apa yang harus aku lakukan?"     

"Tidak. Kakak iparku sangat hangat. Ia pasti menyukai orang yang aku sukai," kata Aiden, berusaha untuk menenangkan Anya.     

"Bukankah hadiah yang aku siapkan terlalu sederhana?" tanya Anya dengan gelisah.     

Aiden merangkul bahu Anya dan mendekatkan tubuh istrinya itu padanya. Ia mengecup pipirnya dengan lembut. "Bukan seberapa mahalnya hadiah yang penting untuk dilihat, tetapi ketulusan hatinya."     

"Aku ... Aku benar-benar gugup. Apakah Tara sudah tiba di sana?" Anya segera mengeluarkan ponselnya dan melihat media sosial Nico. Nico baru saja membagikan sebuah foto saat ia sedang menata barbekyu di taman rumah Keluarga Atmajaya dengan bantuan dari Tara.     

Itu artinya, Nico dan Tara sudah tiba di sana.     

Awalnya Nico berencana untuk mengadakan pesta barbekyu di rumah Aiden, tetapi sepertinya ia berubah pikiran dan mengadakannya di rumah kakeknya.     

Aiden melirik ke arah layar ponsel Anya. "Keinginanmu untuk makan barbekyu terwujud," katanya.     

"Aku tidak menginginkannya. Aku hanya ingin membantu Nico," kata Anya sambil menghela napas panjang. "Bagaimana jika ayahmu mengusirku? Terakhir kali ia ke rumah, ia memaksamu untuk menceraikan aku."     

"Tetapi ia juga bilang bahwa jika kamu bisa merawatku dan membuat mataku pulih, ia akan mengakuimu sebagai menantunya," kata Aiden.     

"Benarkah? Aku menyembuhkan matamu kan?" Anya senang saat mengetahuinya.     

"Iya, iya. Kamu adalah penyembuhku," kata Aiden sambil memandangnya dengan menggoda.     

Wajah Anya sedikit memerah dan mendorong tubuh Aiden menjauh. "Kamu ... Kamu bercanda. Aku sangat gugup, tetapi kamu malah menggodaku."     

"Tidak perlu khawatir. Ada aku." Aiden menggenggam tangan Anya dan mengaitkan jari-jari mereka. Tangan mereka menyatu, membuat Anya merasakan kehangatan dan kekuatan untuk bertahan.     

Ketika mobil mereka tiba di depan rumah Keluarga Atmajaya, ia tidak lagi gugup.     

Anya memegang buket bunga dan parfum buatannya, mengikuti Aiden ke dalam rumah tersebut.     

Para pelayan sudah berjejer di depan rumah, menanti kedatangan mereka. Melihat sosok Aiden dan Anya, mereka langsung masuk untuk memberi laporan pada tuan rumah mereka.     

"Nyonya, Tuan Aiden sudah datang," kata salah satu pelayan.     

Anya berjalan memasuki taman dan melihat Tara sedang berbincang-bincang dengan seorang wanita.     

Wanita itu menoleh setelah mendengar kata-kata pelayannya dan melihat ke arah pintu. Ketika melihat wajah Anya, Maria langsung membeku.     

"Dia adalah Anya," kata Tara.     

Maria menenangkan dirinya dan berjalan menghampiri Aiden sambil tersenyum. "Aiden, akhirnya kamu mau membawa istrimu ke rumah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.