Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Dia yang Ada di Hatiku



Dia yang Ada di Hatiku

0"Anya, aku dengar kamu baru saja meluncurkan parfummu dan terjual habis. Selamat!" Raka mengatakannya dengan tulus.     

Mereka sedang berdiri di depan pintu Rumah Aiden. Lampu di depan rumah Aiden membuat bayangan tubuhnya terlihat panjang.     

Waktu seolah kembali ke tiga tahun yang lalu. Di saat musim panas, mereka saling bergandengan tangan sambil menyusuri danau. Mereka kejar-kejaran di tengah taman bunga dan berciuman di bawah pohon bergamot.     

Tetapi waktu sudah tidak bisa kembali. Masa depan akan terus berjalan. Mereka memiliki kehidupan mereka masing-masing dan beberapa hal harus mulai dilupakan, termasuk masa lalu mereka.     

"Raka, aku sangat senang bisa berbagi kegembiraan ini bersamamu. Parfum buatanku laku keras dan respon pembeli sangat bagus," kata Anya sambil tersenyum. "Aku selangkah lebih dekat menuju ke mimpiku."     

"Aku tahu. Kamu bekerja begitu keras. Aku tahu kamu pasti akan berhasil." Senyum di wajah Raka tiba-tiba membeku saat melihat luka di dahi Anya. "Apakah kamu terluka?"     

Raka mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Anya.     

Di jendela lantai dua, Aiden menyaksikan semua kejadian ini. Ia benar-benar ingin lari ke bawah dan memelintir tangan Raka. Melihat tangan Raka yang hendak menyentuh kepala Anya, Aiden tidak bisa menahan dirinya dan mengepalkan tangannya dengan erat.     

Anya langsung melangkah mundur dan menghindari uluran tangan Raka. Ia tertawa dengan ringan dan berkata, "Aku baik-baik saja!"     

Tangan Raka terhenti di udara dengan canggung. Ia sedikit gemetaran, kemudian menarik kembali tangannya. "Bagaimana kepalamu bisa terluka?"     

"Seseorang datang dan membuat keributan di toko hari ini. Aku tidak sengaja terkena lemparan botol parfum. Dahiku hanya sedikit bengkak. Itu bukan masalah besar," kata Anya sambil tersenyum tipis. "Aiden ada di rumah. Aku tidak akan mengundangmu untuk masuk. Bagaimana kalau kita mengobrol di taman sebentar?"     

"Baiklah," Raka juga merasa berdiri di depan rumah bukanlah keputusan yang tepat. Jika ada seseorang yang mengambil gambar mereka saat mereka sedang berdiri berduaan, akan muncul gosip aneh-aneh yang merusak reputasi Anya.     

Raka sendiri adalah seorang pria lajang. Tidak akan ada orang yang menghinanya. Tetapi berbeda dengan Anya. Anya adalah istri seseorang. Atau lebih tepatnya, semua orang mengenalnya sebagai kekasih Aiden. Kalau sampai ia terlihat berduaan dengan pria lain …     

Anya berjalan terlebih dahulu di hadapan Raka dan Raka mengikutinya dari belakang.     

Dari kejauhan, Anya melihat sebuah ayunan berwarna emas. Ayunan dari Aiden untuknya.     

Ia duduk di ayunan tersebut dan memegang tiangnya dengan senyum di wajahnya. "Aiden yang membuatkan ayunan ini untukku," katanya.     

Raka berjalan ke belakang ayunan dan mendorong tubuh Anya pelan. Mereka seolah kembali ke masa kecil mereka, saat mereka adalah dua sahabat dekat.     

"Apakah ia baik padamu?" tanya Raka.     

"Aiden menghormatiku, mendukungku dan membebaskanku untuk melakukan apa pun yang aku inginkan. Ia tidak mengekangku. Ia bahkan tidak malu saat mengetahui aku kerja paruh waktu. Aiden adalah pria yang baik," kata Anya dengan senyum senang di wajahnya.     

"Anya, pernikahan dengan keluarga kaya tidaklah sesederhana yang kamu pikirkan. Aiden pasti menginginkan sesuatu darimu sehingga ia mau menikah denganmu. Walaupun aku masih belum tahu, aku akan terus berusaha mencarinya," kata Raka dengan suara serius.     

Anya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Cerita antara aku dan Aiden sedikit rumit, tetapi aku tahu ia tulus padaku. Aku hanyalah mahasiswi miskin dan ibuku memiliki hutang. Apa yang bisa ia dapatkan dariku?"     

"Aku tidak memiliki bukti sekarang sehingga kamu tidak akan mempercayaiku. Tetapi jangan terlalu cepat percaya padanya. Walaupun kita tidak bisa bersama, aku tetap mengharapkan yang terbaik untukmu. Aku ingin kamu bahagia," kata Raka.     

"Kita tumbuh bersama. Ketika masih kecil, kamu menjagaku seperti saudaramu sendiri. Kamu yang melindungiku saat ayahku memukulku. Masa muda kita memang indah, tetapi situasinya sudah berbeda sekarang. Saat di rumah sakit, Raisa menjebakku. Tetapi kamu tidak membelaku dan berusaha untuk meluruskannya seperti seorang saudara. Kamu malah menantang Aiden dan menyudutkannya agar ia menceraikan aku. Aku benar-benar marah padamu."     

"Kamu masih mengunjungiku saat aku sakit, padahal kamu tahu Aiden akan marah padamu. Aku merasa tersentuh saat itu. Aku mengira itu adalah satu-satunya kesempatan untuk membantumu mendapatkan kebebasanmu kembali. Itu sebabnya aku memprovokasi Aiden. Aku minta maaf," Raka menundukkan kepalanya dengan malu.     

Hati Anya terasa sangat tenang. Ia tahu Raka tidak akan pernah mencelakainya. Apa pun yang Raka lakukan, ia melakukannya utnuk Anya.     

Tetapi ia mengabaikan satu hal. Ia mengabaikan keinginan Anya. Tidak pernah sekali pun Raka menanyakan apa yang Anya inginkan. Ia langsung memutuskan sendiri bahwa ia harus membebaskan Anya dari Aiden.     

"Raka, hidupku sangat bahagia sekarang. Aku juga berharap kamu menemukan kebahagiaanmu," kata Anya dengan suara pelan.     

Ayunan yang didudukinya saat ini adalah bentuk kompromi dari Aiden.     

Suaminya itu bahkan memberi kelonggaran baginya untuk bertemu dengan Raka berduaan sementara ia menunggu di kamarnya.     

Aiden berusaha untuk berubah, demi Anya. Ia tidak ingin membebani Anya. Ia ingin melindunginya, membuat Anya merasa aman dan memberikan apa pun yang Anya inginkan.     

Pria seperti itu … Anya tidak akan pernah menemukan pria lain seperti itu bahkan di kehidupan selanjutnya.     

"Apakah kamu mencintainya?" tanya Raka.     

Alih-alih menjawab, Anya berkata, "Raka, aku tidak pernah marah padamu atas apa yang terjadi. Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu. Sekarang kita telah berpisah. Lebih baik kita mendoakan yang terbaik untuk satu sama lain."     

"Anya, aku tidak bisa melupakanmu. Tanpamu, aku tidak akan pernah bisa bahagia. Apakah kamu takut hatimu akan goyah jika menerimaku, atau Aiden mengancammu menggunakan aku?" tanya Raka.     

"Raka, ayunan ini dulunya adalah sebuah kurungan. Kata Aiden, jika aku berhubungan lagi denganmu, ia akan mengurungmu di tempat ini dan menenggelamkanmu di danau. Sekarang, kurungan itu menjadi ayunan untukku."     

"Meski Raisa sengaja membuatku pingsan dan menaruhku di atas tempat tidurmu, Aiden memutuskan untuk percaya kepadaku. Aku tidak akan goyah dan memilihmu. Aiden juga tidak perlu mengancamku. Karena orang yang aku pedulikan saat ini adalah dirinya, bukan kamu."     

Anya tahu bahwa kata-katanya terdengar kejam. Tetapi kata-kata itu tulus dari hatinya. Saat ini, pria yang ada di hatinya adalah Aiden, suaminya.     

Hati Raka terasa sakit. Ia bisa merasakan perasaan tulus Anya pada Aiden.     

"Anya, tiga tahun sudah berlalu, tetapi aku tetap mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu. Aku tidak bisa melupakan hubungan kita. Mengapa kamu tidak pergi saja bersamaku? Kita lari dari tempat ini," kata Raka dengan sedih.     

"Raka, ini adalah rumahku. Aku tidak akan pernah meninggalkan Aiden. Aku benar-benar bahagia sekarang. Tolong jangan ganggu aku lagi."     

Namun, tidak peduli apa pun yang dikatakan Anya, Raka tetap bersikeras. "Aku tidak akan menyerah. Tunggu aku. Aku akan mencari tahu apa sebenarnya tujuan Aiden menikahimu. Pada saat itu, kamu akan bersedia untuk pergi bersamaku."     

"Raka, jangan bersikap egois. Apakah kamu pernah memikirkan apa yang aku inginkan? Aku sudah mengatakannya dengan jelas. Jika kamu terus menggangguku, aku tidak akan pernah menemuimu lagi," Anya langsung bangkit berdiri dan meninggalkan taman tanpa melihat ke belakang.     

Pada saat itu, ia hanya ingin segera bertemu dengan Aiden.     

Ia berlari ke kamarnya dan tidak menemukan Aiden. Ia berlari ke ruang kerja, tetapi suaminya juga tidak berada di sana.     

"Aiden, kamu di mana?" teriak Anya saat ia berdiri di tengah koridor.     

Aiden keluar dari salah satu ruang sambil menatapnya dengan senyuman. "Aku di ruang parfummu."     

Ketika Anya melihat Aiden, ia langsung berlari ke arahnya. Ia melemparkan tubuhnya ke pelukan Aiden dan melingkarkan tangannya di pinggang Aiden dengan erat.     

"Peluk aku!" katanya dengan manja.     

Aiden terkekeh saat mendengarnya. "Bagaimana pembicaraanmu dengan Raka?"     

"Aku sudah bilang bahwa orang yang aku pedulikan saat ini adalah kamu, bukan dia. Tetapi sepertinya ia menolak untuk menyerah. Ia ingin mencari tahu mengapa kamu menikahiku. Mungkin ia perlu waktu untuk berpikir. Aku tidak akan menemuinya lagi. Jangan undang dia saat pesta barbekyu. Aku tidak ingin bertemu dengannya. Ya?" Anya memeluk Aiden sambil menengadah memandang wajah tampan suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.