Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rumah



Rumah

0"Seingatku aku lah yang menggunakan banyak energi. Kamu hanya berbaring dan menikmati apa yang kulakukan padamu," kata Aiden sambil mencium pipi Anya. Istrinya ini benar-benar menggemaskan.     

Anya memukul bahu Aiden dengan pelan. Ia sudah tidak punya tenaga untuk memukul Aiden, tetapi ia sangat kesal.     

"Siapa bilang! Aku juga bekerja sama denganmu. Aku juga menghabiskan banyak energi. Atau mungkin menghabiskan tenaga dalamku?" Anya juga merasa bingung. Mengapa Aiden yang bekerja keras, tetapi ia yang kelelahan? Aiden terlihat baik-baik saja. Dan kalau saja ia tidak kelelahan seperti ini, mungkin saja Aiden akan lanjut ke ronde berikutnya.     

Entah sudah ronde ke berapa, Anya tidak bisa mengingatnya …     

Aiden hanya tertawa mendengarnya. "Apa kamu memiliki tenaga dalam?"     

"Pokoknya, aku tidak hanya diam saja. Kalau tidak, bagaimana bisa aku kehabisan energi dan kelelahan seperti ini?" kata Anya dengan kesal.     

Aiden hanya tersenyum saat mendengarnya. Ia menyukai sifat manja Anya yang satu ini. Ia mengingat bagaimana Anya selalu bersikap takut di hadapannya. Anya juga selalu berusaha untuk bersikap baik di hadapannya.     

Namun, setelah hubungan mereka semakin dekat. Ia bisa melihat banyak sisi Anya yang lainnya. Anya yang galak, Anya yang manja, Anya yang penyayang …     

Aiden membaringkan tubuh Anya di tempat tidur menata bantal empuk di belakangnya agar ia bisa bersandar. Kemudian, Ia menggunakan salah satu tangannya untuk mengusap air yang menetes dari rambutnya. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk menunduk dan mengulum leher Anya.     

Tanpa sadar, Anya mengangkat kepalanya, memberi akses bagi Aiden untuk menghujani ciuman padanya. Salah satu tangannya mencengkeram lengan Aiden.     

Napasnya menjadi pendek-pendek dan seluruh sarafnya seolah melompat dengan penuh semangat.     

Aiden menghentikan ciumannya. Istrinya terlalu kelelahan hari ini dan ia tidak boleh melakukan apa pun lagi. Ia tidak mau kalau sampai Anya terluka.     

Masih ada banyak waktu untuk menjelajahi kenikmatan mereka. Ia masih punya waktu seumur hidup untuk bersama dengan Anya.     

Tangan Anya masih mencengkeram Aiden. Otaknya serasa kosong dan jiwanya melayang keluar dari tubuhnya. Sampai akhirnya Aiden melepaskannya, baru lah ia perlahan kembali sadar.     

Ia mengedipkan matanya dengan sedikit linglung. "Apa yang sudah kamu lakukan kepadaku? Mengapa aku … aku merasa seperti ini?" katanya sambil merengek.     

Aiden tertawa. "Aku tidak bisa menahan diri. Aku tidak akan melakukan apa pun kepadamu, tetapi bukan berarti aku tidak boleh menciummu." Aiden membawa sebuah baju baru untuk Anya.     

Baju itu berwarna putih, bermodel terusan tetapi terlihat santai. Bahannya pun terlihat nyaman saat digunakan. Anya menerima baju itu dari Aiden dan mengenakannya sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.     

Mengapa saat Aiden menciumnya, ia sama sekali tidak bisa menolak? Bahkan ia merasa seperti tenggelam semakin dalam dan menikmatinya?     

Jika Aiden ingin bercinta lagi dengannya, Anya tahu ia tidak akan bisa menolak. Mungkin mulutnya mengatakan tidak, tetapi otak dan tubuhnya berkata lain. Hatinya pun juga sama …     

Ia akan berserah pada Aiden, membiarkan suaminya itu melakukan apa pun kepadanya.     

Wajah Anya memerah saat membayangkannya. Ia benar-benar tidak siap untuk semua ini. Ia merasa tidak siap untuk menyerahkan seluruhnya pada Aiden, tetapi sepertinya ia sudah terlanjur jatuh terlalu dalam. Mungkin, ia sudah mulai mencintai Aiden …     

Untung saja, Aiden sangat pengertian padanya. Melihat ia kelelahan seperti ini, Aiden tidak memaksanya untuk melakukan apa pun. Aiden selalu menghargai dan menghormatinya …     

Kalau saja Aiden bukan pria yang bisa menahan diri, mungkin ia akan lebih kelelahan dari ini. Atau mungkin ia benar-benar jatuh pingsan!     

Suaminya itu selalu memperlakukannya dengan lembut dan bahkan mau membantunya untuk mandi. Sayang sekali ia masih merasa malu untuk memperlihatkan tubuhnya pada Aiden.     

Aiden menunggu Anya selesai berganti baju. Setelah itu, ia menggandeng Anya ke kantornya dan berjalan menuju ke area sofa. Ia tidak melepaskan tangannya dari Anya, takut istrinya tiba-tiba saja pusing lagi. Ia tidak mau Anya sampai pingsan.     

Di meja sofa tersebut, makanan-makanan lezat sudah tertata dengan rapi. Anya bisa melihat bahwa itu adalah masakan yang biasanya dibuat oleh Hana. Masakan ini berasal dari rumahnya.     

"Masakan rumah!" mata Anya berbinar saat melihat makanan di hadapannya. Ia bertepuk tangan kecil menunjukkan bahwa ia benar-benar bahagia melihatnya.     

Makanan itu bukanlah makanan mewah dari hotel bintang lima. Juga bukan makanan masa kini dari kafe-kafe yang sedang populer. Makanan itu hanyalah makanan dari rumah, tetapi sudah cukup untuk membuat Anya merasa sangat gembira.     

Hati Aiden terasa hangat mendengar kata 'rumah' dari mulut Anya. Setelah sekian lama, akhirnya ia menganggap rumah Aiden sebagai rumahnya. Akhirnya Anya juga merasa memiliki rumah tersebut.     

Aiden tahu selama ini Anya selalu bersikap berhati-hati di rumahnya. Ia tidak berani menyentuh barang secara sembarangan, ia tidak berani melakukan apa pun sembarangan, karena Anya merasa ia hanya menumpang di rumah itu. Rasanya baru pertama kali ini Aiden mendengar Anya menyebut rumah mereka sebagai rumahnya juga.     

Bagi Aiden, 'rumah' adalah kata yang sangat mahal.     

Ia memang memiliki keluarga yang besar. Keluarga Atmajaya. Siapa yang tidak mengenal keluarga mereka? Keluarga yang sangat kaya dan menguasai kota ini.     

Namun, keluarga mereka hanya terlihat indah di permukaannya saja. Di dalamnya, ada terlalu banyak lubang hingga sulit untuk ditutupi.     

Ayahnya, Bima Atmajaya, adalah seorang pria pecinta wanita. Meski ia sangat mengagumi Imel, ia juga memiliki banyak wanita simpanan lainnya.     

Ketika Aiden masih sangat muda, berita di koran dipenuhi dengan berita mengenai wanita teman kencan Bima. Ia selalu berpindah dari wanita satu ke wanita lainnya. Dari model, pengusaha, pengacara, dokter, artis, pelayan, babysitter, hingga wanita panggilan sekali pun … Asalkan mereka wanita dan memiliki paras yang cantik, Bima akan menyukai mereka, tidak peduli bagaimana latar belakang mereka.     

Ibu Aiden berusaha keras untuk melahirkan dan merawat Aiden seorang diri. Ia takut jika skandal Bima akan mempengaruhi perkembangan putranya sehingga ia mengirimkan Aiden ke luar negeri sejak muda. Setelah itu, ia menjauhkan diri dari Bima dan tidak memedulikan mengenai pria itu lagi.     

Namun, sayangnya hal itu juga membuatnya menjadi jauh dari Aiden.     

Hal yang sama juga dilakukan pada Nico. Ardan, kakak Aiden, tidak ingin Nico menjadi pria yang tidak bertanggung jawab seperti Bima sehingga mereka juga mengirim Nico ke luar negeri. Untungnya saja ayah dan ibu Nico bukan orang yang tidak bertanggung jawab.     

Hubungan Aiden dengan orang tuanya bisa dibilang sangat tidak dekat. Mereka seperti dua orang yang saling tidak mengenal. Tidak ada kehangatan di antara mereka. Bahkan untuk berbasa-basi pun rasanya sulit.     

Sebaliknya, Aiden sangat dekat dengan kakak iparnya, istri dari Ardan, Maria. Setiap kali Maria pergi ke luar negeri untuk mengunjungi Nico, ia selalu membawakan oleh-oleh untuk Aiden.     

Walaupun Maria hanyalah kakak iparnya yang tidak memiliki hubungan darah dengannya, ia selalu memperlakukan Nico dan Aiden dengan sikap yang sama. Ia menganggap Aiden sebagai putranya sendiri.     

Bahkan Nico sering kali protes karena ibunya memperlakukan Pamannya itu dengan lebih baik dari pada dirinya.     

Kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah Aiden dapatkan sejak ia kecil, didapatkannya dari sosok Maria dan Hana.     

Aiden benar-benar merindukan rumahnya sendiri. Sebuah tempat yang bisa ia jadikan sebagai tempat perlindungan, tempat ia kembali. Tetapi ia tidak punya kepercayaan diri untuk membangun rumah itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki rumah untuk pulang.     

Sampai Anya muncul. Anya seperti bunga matahari di pagi hari yang membuat taman menjadi lebih cerah dengan kelopak kuningnya. Seperti matahari kecil yang bersinar. Meski ukurannya kecil sekali pun, sinarnya tetap menghangatkan.     

Ketika ia melihat Anya untuk pertama kalinya, Aiden langsung mengenali rumahnya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.