Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ruang Parfum di Rumah



Ruang Parfum di Rumah

0"Anya, terima kasih sudah memberiku sebuah rumah untuk pulang," Aiden memegang tangan Anya dengan lembut dan mencium keningnya.     

"Rumah kita," balas Anya sambil tersenyum.     

"Ya. Rumah kita," senyuman itu seolah menular dan membuat Aiden membalasnya dengan senyuman yang sama.     

Setelah menghabiskan makan malamnya, Anya bersandar dengan malas di pelukan Aiden. "Aku benar-benar senang hari ini."     

"Nyonya Atmajaya, apakah kamu mau memberikan pengobatan untuk Tuan Atmajaya? Tuan Atmajaya akan sangat senang," goda Aiden sambil mengecup pipi Anya.     

Saat mendengar apa yang Aiden katakan, wajah Anya langsung memerah. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Aiden agar Aiden tidak bisa melihatnya. "Tidak mau. Aku tidak senang yang itu."     

"Tetapi itu yang membuatku senang," Aiden tertawa sehingga dadanya terguncang.     

Anya hanya menggerutu pelan. Kemudian ia mengalihkan pembicaraan. "Mulai besok, aku mendapatkan akses untuk masuk ke ruang parfum. Aku bisa menciptakan parfumku sendiri," kata Anya.     

"Hmm … Kali ini peluncuran produkmu sangat sukses. Kamu harus berusaha keras untuk membuat parfum yang lebih baik dari sebelumnya. Aku akan memberi nama untuk parfummu yang berikutnya." Kata Aiden.     

"Baiklah. Bagaimana dengan parfum baru yang aku buatkan untukmu? Yang kamu gunakan sekarang?" Anya mengelus-elus dahinya dan berkata, "Aromanya enak kan?"     

"Hmm … Aku menyukainya," kata Aiden sambil mencium puncak kepala Anya. "Ayo pulang. Sudah malam."     

Di perjalanan pulang, Anya bersandar di lengan Aiden sambil berbincang-bincang dengannya. "Apakah besok kamu akan beristirahat di rumah?"     

"Ayahku menyuruhku untuk membawamu ke rumah," kata Aiden dengan suara pelan.     

Anya langsung terkejut dan menatap Aiden kebingungan. "Besok? Mendadak sekali? Aku belum siap," kata Anya dengan panik.     

"Ada aku. Kamu tidak perlu mempersiapkan apa pun. Tetaplah berada di sampingku," kata Aiden dengan tenang.     

Apa lagi yang bisa Anya katakan? Lagi pula, cepat atau lambat ia harus bertemu dengan anggota keluarga Aiden di pesta ulang tahun ayah Aiden. Akan lebih baik jika ia bisa bertemu dan berkenalan dengan keluarganya terlebih dahulu agar ia tidak terlalu gugup.     

"Ada siapa saja di keluargamu? Apakah mereka ramah?" tanya Anya.     

"Kamu sudah bertemu dengan ayahku. Kamu tahu ia seperti apa. Abaikan saja dia. Ibuku sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu dan kakakku meninggal tahun lalu. Sekarang, kakak iparku yang bertanggung jawab atas seluruh urusan Keluarga Atmajaya. Kakak iparku sangat ramah dan terbuka. Kamu pasti bisa dekat dengannya," kata Aiden.     

"Bagaimana dengan kakakmu yang satunya? Apakah ia tidak tinggal di rumah" Anya pernah dengar bahwa Nico memiliki Paman yang lain. Itu artinya Aiden memiliki kakak lagi.     

Mata Aiden terlihat sedikit muram. Nico pernah mengatakan padanya bahwa Anya, Raka dan Ivan tumbuh bersama-sama.     

Dulunya, Diana dan Imel adalah teman dekat. Amore adalah ciptaan Diana. Setelah itu, Imel bergabung dan bekerja sama dengannya. Mereka dikenal sebagai dua wanita yang menguasai dunia parfum di Indonesia.     

Karena kedekatan kedua ibunya, Anya dan Ivan pasti sering bertemu dan bermain bersama.     

Namun, sepuluh tahun yang lalu, setelah kerja sama antara Diana dan Imel berakhir, hubungan Anya dan Ivan pun harus berakhir.     

Sampai saat ini, seharusnya Anya tidak tahu bahwa Ivan, teman masa kecilnya, adalah Ivan yang sama dengan Ivan Atmajaya. Seharusnya Anya tidak tahu bahwa orang yang mendukung Imel adalah Bima Atmajaya yang merupakan suaminya saat ini.     

Sekarang, tiba-tiba saja Anya menanyakan soal Ivan. Apakah Anya sudah mengetahuinya? Atau ia hanya iseng bertanya?     

Aiden mempertimbangkannya dan akhirnya berkata dengan tenang. "Ia bertanggung jawab atas perusahaan cabang luar negeri sehingga ia tidak berada di rumah."     

Mendengar hal itu, Anya merasa lega. "Jadi, ketika kita pergi ke rumah keluargamu besok, hanya ada ayah dan kakak iparmu, kan?"     

"Hmm … Aku akan menyuruh Nico datang," kata Aiden.     

"Kalau tidak terlalu banyak orang, mungkin aku tidak akan merasa gugup. Aku akan meminta ijin pada Bu Esther besok." Sejak bekerja di Rose Scent, Anya tidak pernah sekali pun meminta ijin atau pun cuti. Ia selalu bekerja setiap hari dan bahkan menghabiskan waktunya untuk lembur.     

Ketika Esther mengetahui bahwa Anya akan pergi ke rumah keluarga Aiden besok, ia langsung menyampaikan pesan. "Aku memberimu tugas untuk menjadikan kakak ipar Aiden sebagai pelanggan tetap di toko kita."     

Mata Anya langsung terbelalak saat melihat tugas yang mendadak itu. Tugas itu benar-benar gila! Ia harus membujuk seseorang yang tidak dikenalnya untuk menjadi pelanggan Rose Scent? Ditambah lagi, orang itu adalah kakak ipar Aiden yang juga bertanggung jawab atas seluruh urusan rumah tangga Keluarga Atmajaya!     

Aiden melihat perubahan raut wajah Anya dan bertanya, "Apa yang Esther katakan?"     

"Bu Esther menyuruhku untuk mengajak kakak iparmu menjadi pelanggan tetap di Rose Scent. Ini adalah masalah besar untukku!" Anya mengerutkan keningnya dalam-dalam. Apa yang harus ia lakukan untuk menyelesaikan tugas ini?     

"Kamu bisa membuat parfum khusus untuknya. Jika kamu bisa membuatnya tertarik dengan parfum buatanmu, mungkin ia bersedia menjadi pelanggan tetap Rose Scent," saran Aiden sambil tersenyum.     

"Kakak iparku adalah seorang pelukis terkenal. Ia mencintai pemandangan, jadi kemungkinan ia tidak menyukai aroma-aroma yang terlalu kuat," Aiden memberi bocoran pada Anya.     

"Pelukis? Kalau begitu, seharusnya ia menyukai aroma yang alam yang menyegarkan dan elegan," timap Anya.     

"Hmm … Ngomong-ngomong, kakak iparku sangat menyukai bunga anggrek," kata Aiden.     

"Anggrek?" mata Anya berbinar saat mendengarnya. "Bisakah aku pergi ke taman bungaku sekarang?"     

Aiden langsung menebak apa yang ingin Anya lakukan. Selain taman bunga, di tempat tersebut juga ada tempat kerja kecil yang Anya gunakan untuk membuat parfum di kala senggang. "Aku sudah membuat ruang parfum untukmu di rumah. Aku meletakkan rempah-rempah dan seluruh bahan sama persis seperti di tempat kerjamu, di taman bunga. Aku takut kamu tidak bisa menemukannya ketika membutuhkannya."     

"Kamu benar-benar membuatkan ruang parfum untukku di rumah? Aku akan memberimu hadiah!" Anya langsung berteriak dengan gembira dan mencium bibir Aiden.     

Aiden tersenyum dan menatap Anya yang berada di pelukannya. Membuat Anya senang adalah tugas yang sangat mudah. Istrinya itu bukan tipe yang penuntut. Ia selalu menyukai semua pemberiannya.     

"Aiden, terima kasih banyak. Aku akan baik-baik padamu. Jika kamu tidak bisa melihat, aku … aku bisa menjadi obatmu," kata Anya dengan suara pelan.     

Ini lah yang Aiden inginkan. Ia ingin Anya berinisiatif untuk menjadi obatnya, menjadi pemulihnya. Ia ingin Anya bersedia untuk bercinta dengannya, bukan karena Aiden memaksanya.     

"Bagaimana?" pipi Anya merona dan ia sedikit menengadah menatap Aiden sambil malu-malu.     

Anya tersenyum dan menarik tubuh istrinya itu ke dalam pelukannya. Setelah itu, ia memegang wajah Anya dan menciumnya dengan lembut.     

Ketika mereka sedang berciuman, mobil mereka tiba di depan rumah. Abdi tidak ingin mengganggu mereka, tetapi ada tamu yang tidak diundang di depan rumah mereka. "Tuan, ada Tuan Raka."     

Senyum di wajah Aiden langsung menghilang. Tubuhnya menegang dan memancarkan aura dingin.     

Ia memang sudah berjanji untuk mempercayai Anya. Tetapi Raka lah yang tidak bisa ia percayai. Setiap kali melihat wajah pria itu, ia langsung merasa marah.     

"Aiden, percayalah padaku. Aku akan menjelaskan semuanya pada Raka. Ya?" Anya menggenggam tangan Aiden sebelum suaminya itu buka mulut.     

Aiden menatap ke arah sosok Raka yang kesepian di tengah malam, dan kemudian memandang Anya yang ada di pelukannya. Anya adalah istrinya. Ia tidak perlu khawatir lagi.     

"Aku akan menunggumu di kamar. Kamu bisa berbicara di taman sebentar," Akhirnya Aiden memberi Anya ijin.     

Sebelum keluar dari mobil, Anya mencium bibir Aiden sekilas. "Aku akan segera naik dan membawakan teh osmanthus untukmu."     

"Hmm …" gumam Aiden.     

Anya turun dari mobil tepat di depan pintu rumah, sementara Aiden tetap ikut bersama dengan Abdi hingga ke parkiran mobilnya agar ia tidak perlu bertemu dengan Raka. Ia ingin mempercayakan hal ini pada Anya. Ia belajar untuk memberi kepercayaan pada wanita yang dicintainya.     

Saat melihat Anya turun dari mobil, Raka langsung menghampirinya.     

"Anya, aku dengar kamu baru saja meluncurkan parfummu dan terjual habis. Selamat!" kata Raka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.