Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Penantian Panjang Berakhir



Penantian Panjang Berakhir

0Aiden melihat Anya memandangnya dengan tatapan sendu. Tangannya melingkupi tangan Anya yang sedang memegang wajahnya, menggenggam tangan itu dengan erat. "Ada apa?" tanyanya.     

Anya hanya menggelengkan kepalanya.     

"Tidak perlu takut. Ada aku di sini," Meski Aiden tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Anya, kata-kata itu membuat Anya merasa sedikit tenang. Ia tidak perlu takut karena Aiden akan selalu ada di sampingnya.     

Anya memejamkan matanya dan kembali membukanya. Begitu matanya terbuka kembali, keraguan yang terpancar sudah menghilang.     

Aiden tersenyum melihatnya. Ia mengecup bibir Anya dengan lembut sekilas, membuat wanita itu ikut tersenyum malu.     

Ciuman itu dimulai dengan perlahan dan lama-lama menjadi semakin bergairah. Anya membuka mulutnya dan lidah mereka saling menari-nari di tengah ruangan yang panas.     

Anya merasa ketegangan di tubuhnya semakin menghilang. Ia menyandarkan tubuhnya sepenuhnya di tempat tidurnya, membiarkan seluruh tubuhnya meleleh di bawah ciuman Aiden. Ia melepaskan semua perlindungan dirinya.     

Aiden sedikit mundur, membiarkan Anya bernapas sejenak. Ia sudah hampir kehilangan kendali atas dirinya. "Aku benar-benar menginginkanmu," bisiknya sambil berusaha untuk menahan diri.     

Setelah bibir Aiden lepas dari bibirnya, entah mengapa Anya merasa ada yang hilang. Ia tahu Aiden berusaha untuk menahan dirinya agar tidak menyakitinya.     

Tetapi Anya sudah menguatkan tekadnya. Ia tidak akan lari lagi. Ia tahu Aiden tidak akan menyakitinya. Ia akan selalu aman bersama dengan Aiden. "Aku ... Aku sudah siap."     

Aiden tersentak dan memandang wajah Anya, mencari setitik keraguan di dalam matanya. Tetapi ia tidak menemukannya. Anya melingkarkan tangannya di leher Aiden, berusaha untuk menariknya.     

"Apakah kamu benar-benar siap?" tanya Aiden dengan suara menggeram.     

Anya menjawabnya dengan anggukkan kepala malu-malu. "Hmm ... Buatlah aku jadi milikmu seutuhnya."     

Mata cokelat Aiden menggelap, benar-benar terlihat hitam, seperti binatang buas yang baru saja dilepaskan dari kandangnya dan siap menerkam.     

Setelah mendapatkan persetujuan, ia mencium bibir Anya dengan lembut. Tidak terburu-buru seperti sebelumnya, sekarang ia merasa memiliki waktu yang sangat panjang untuk menikmati cinta mereka.     

Sementara itu, Anya menggeram pelan. Ia menginginkan lebih. Ia sudah memberi persetujuannya pada Aiden, tetapi mengapa Aiden terus menggodanya. Tangannya yang melingkar di leher Aiden semakin turun, memegang bahunya dan kemudian dadanya.     

Geraman rendah terdengar dari tenggorokan Aiden. Tangannya mengikuti gerak tangan Anya, semakin turun dan turun ke bawah. Ia mermas pinggang Anya, membuat wanita itu sedikit tersentak. Bibirnya terbuka karena terkejut. Pada saat itu, Aiden memasukkan lidahnya ke mulut Anya.     

Anya merintih saat lidah Aiden menginvasi mulutnya dan merasakan sensasi saat lidah mereka beradu. Tangan Anya kembali bergerak, kali ini ke punggung Aiden dan menariknya agar lebih dekat.     

Saat Aiden sedikit mundur untuk membiarkan Anya bernapas, Anya malah mengerang dengan tidak suka. Ia tidak Aiden menjauh darinya. Erangan itu membuat gairah di dada Aiden semakin memuncak.     

Tangannya melepaskan kancing baju Anya satu persatu, menurunkan resleting roknya dengan cepat. Aiden kembali menundukkan tubuhnya dan meninggalkan jejak ciuman di semua area sensitif Anya. Anya hanya bisa menggeliat dan mendesah saat Aiden menggigit bagian tubuhnya tanpa peringatan.     

Ciuman Aiden semakin turun dan semakin turun hingga ke dadanya. Ia melepaskan branya secara perlahan, menunggu protes dari Anya. Namun, Anya membiarkannya melakukannya.     

Setelah itu, ia juga melepaskan dasinya dan kemejanya. Anya hanya bisa memperhatikannya dengan terpana. Entah mengapa, Aiden terlihat sangat menggoda saat melakukannya!     

Anya hanya bisa menelan ludah saat memandang ke arah perut kotak-kotak Aiden.     

Aiden terkekeh saat melihat arah pandang Anya. Sepertinya, bukan hanya dirinya saja yang sudah tidak sabar untuk menyatu dengan Anya. Istrinya yang pemalu ini juga merasakan hal yang sama.     

Tangannya bergerak ke arah payudara Anya dan meremasnya perlahan. Anya merintih pelan saat Aiden terus menambah kekuatannya. Setelah itu, bibirnya menuju ke arah payudara yang satunya dan mengulumnya dengan lembut.     

Desahan dari bibir Anya terdengar semakin keras. Ia melengkungkan punggungnya, semakin mendekatkan dirinya pada Aiden, saat lidah Aiden terus menggodanya. Tangannya memegang bahu Aiden, tanpa sadar menguburkan kukunya di kulit Aiden.     

"Ah!" Anya mendesah saat lidah Aiden melingkari payudaranya, gelombang kenikmatan seolah menghantamnya. "Ak-... Aku tidak bisa ..." rintihan-rintihan kecil keluar dari mulutnya. Ia mendorong dada Aiden untuk menjauh. Kenikmatan ini terlalu intens untuknya. Ia tidak bisa menahannya.     

Meski demikian, Aiden tidak berhenti. Semakin Anya mendesah, mulutnya bekerja semakin cepat. Anya merintih di bawah tubuhnya, memohon padanya untuk melanjutkan, tetapi juga berhenti pada saat yang bersamaan. Otaknya seolah tidak bisa memilih.     

"Aiden ..."     

Mulut Aiden berpindah ke sisi yang satunya, memberikan perhatian yang sama. Anya berpegangan erat pada Aiden. Kepalanya mendongak, matanya terpejam erat. "Mm ... Aku ..." Ia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi ketika Aiden menghisapnya, ia kehilangan semua kendali atas inderanya.     

Ia menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Aiden.     

Aiden mencium tubuh Anya semakin dan semakin ke bawah. Ia menikmati waktunya, meninggalkan ciuman-ciuman ringan di segala tempat.     

"Aiden, cepatlah ..." rintih Anya. Matanya masih terpejam erat.     

Awalnya Aiden ingin menahan diri dan menikmati dengan perlahan. Namun, saat mendengar permohonan Anya, ia langsung merobek celana dalam Anya dengan satu tarikan.     

Anya terkaget karena gerakan yang tiba-tiba. Ia ingin menutup kakinya dan bersembunyi dari Aiden. Namun sudah terlambat, Aiden sudah bergerak lebih cepat darinya, menempatkan dirinya di antara kaki Anya. Tubuh Anya kembali menegang melihat posisinya saat ini.     

Ketika tahu Anya merasa tegang, Aiden mengelus-ngelus kakinya dengan lembut, berusaha untuk menenangkannya. Ia mengecup pipi Anya dengan lembut. "Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu," bisiknya.     

"Aku tidak takut. Aku hanya … sedikit gugup," jawab Anya sambil menggigit bibir bawahnya. Aiden tertawa kecil mendengarnya kemudian mengecup pipinya dengan lembut sekali lagi.     

Setelah itu, ia melanjutkan apa yang ia ingin lakukan sebelumnya. Ia menyentuh seluruh tubuh Anya, memujanya, hingga bagian yang belum terjamah sekali pun. Sensasi ini mengantar Anya hingga melayang, ia seperti kehilangan pijakannya dari tanah.     

Tanpa sadar tangannya mencengkeram rambut Aiden erat-erat dan matanya terpejam rapat. Ia bisa merasakan semua yang Aiden lakukan padanya, membuatnya terengah-engah. Desahan dari tenggorokannya seolah tidak tertahankan. Ia menguburkan jari-jarinya rambut Aiden saat merasakan sensasi yang belum pernah ia alami selama hidupnya.     

Setelah itu, ia terkulai dengan lemas di tempat tidur. Matanya terlihat menerawang dan tubuhnya seolah meleleh. Namun, tidak hanya sampai di situ saja.     

Hari masih pagi bagi Aiden. Ini hanyalah sebuah permulaan. Ia masih punya banyak waktu untuk menunjukkan cintanya pada Anya. Ia akan memujanya sepenuh hati, agar Anya tahu bahwa Aiden tidak bisa hidup tanpanya.     

Aiden membimbingnya dengan sabar, selangkah demi selangkah, terus merasakan kenikmatan yang luar biasa. Gelombang demi gelombang berlalu, hingga akhirnya Anya tidak kuat untuk bertahan. Ia memejamkan matanya dan semuanya terasa gelap. Ia tenggelam dalam sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

Hari itu, Anya tidak hanya menyerahkan tubuhnya pada Aiden, tetapi juga seluruh hatinya.     

...     

Ketika membuka matanya, Anya bisa melihat langit di luar sudah gelap. Ia menemukan sedang berbaring di tempat tidur Aiden. Anya langsung bangkit berdiri dan duduk di atas tempat tidur sambil memandang ke luar jendela.     

Aiden yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat istrinya sudah terbangun, duduk di atas tempat tidur dengan tatapan linglung.     

"Sudah bangun?" tanya Aiden sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.