Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pantas



Pantas

0"Jangan marah …" kata Anya sambil mengecup bibir Aiden dengan lembut.     

"Tentu saja aku marah. Aku ingin semua orang tahu bahwa kamu adalah milikku," kata Aiden sambil mengerutkan keningnya.     

"Aku tahu. Tetapi aku masih belum lulus. Dan aku masih ingin mencapai cita-citaku. Aku tidak mau dikenal sebagai istri Aiden Atmajaya. Aku ingin dikenal sebagai Anya," katanya.     

Aiden hanya bisa menghela napas panjang saat mendengar kata-kata Anya. Memang benar apa yang dikatakan Anya. Jika Aiden memperkenalkan Anya sebagai istrinya, semua orang pasti langsung mengingat Anya sebagai istri Aiden. Semua yang ia lakukan dan capai adalah hasil dari dukungan Aiden. Tanpa Aiden, Anya bukanlah apa-apa. Oleh karena itu, ia ingin membangun namanya sendiri. Menjadi orang sukses yang pantas untuk bersanding dengan pria hebat seperti Aiden.     

"Apakah kamu masih marah?" tanya Anya.     

"Aku tetap merasa kesal," Aiden cemberut saat mengatakannya. Namun, Anya tahu bahwa suaminya tidak benar-benar marah. Ia hanya sedang merajuk.     

Anya tertawa kecil saat melihatnya. Ia kembali mengecup bibir Aiden dengan lembut sambil tersenyum.     

Aiden ikut tersenyum melihat istrinya. Sepertinya Anya semakin pintar membujuknya. Ia bisa membuatnya luluh dengan mudah.     

"Bukankah kamu lelah? Apakah kamu tidak mau tidur?" tanya Anya. Ia bisa melihat wajah Aiden terlihat kelelahan karena tidak bisa tidur semalaman.     

Mendengar pertanyaan itu, Aiden bangkit berdiri sambil memegang tangan Anya.     

"Apakah kamu berniat mengusirku lagi?" Aiden menggandeng Anya menuju kamar di kantornya.     

Mereka berjalan bergandengan menuju ke arah kamar, membuat wajah Anya sedikit memerah. "Apa yang kamu inginkan?"     

"Menurutmu?" Aiden membuka pintu kamar tersebut dan mengajak Anya masuk ke dalam. Tanpa sadar, Anya melihat pakaiannya saat ini. Ia terlihat berantakan dan kusut karena keributan yang terjadi di tokonya. Tetapi Aiden tidak peduli.     

Ia meletakkan tangannya di pinggang Anya, menarik tubuh istrinya itu untuk semakin mendekat. Sebelum Anya bisa merespon, Aiden sudah menundukkan kepalanya dan mencium bibir Anya.     

"Aiden ..." Anya merasa ia sudah tidak bisa menolak Aiden lagi kali ini.     

Lihat saja Aiden sudah berubah menjadi seperti serigala. Mana mungkin ia sanggup menunggu lagi?     

"Anya, jangan takut," Aiden mencium setiap sudut wajah Anya dengan lembut, berusaha untuk menenangkan Anya.     

Anya sama sekali tidak bisa melawan. Di bawah ciuman-ciuman lembut itu, lama kelamaan ia akan menyerahkan dirinya pada Aiden, menyerahkan seluruh yang ia miliki.     

"Ada apa?" Aiden mundur sejenak dan menatap Anya dengan cemas.     

"Aiden, Ak- ... Aku merasa tidak enak padamu. Tolong jangan seperti ini," Anya menatap Aiden dengan tidak berdaya.     

"Aku juga sangat lelah. Aku benar-benar menderita karenamu, hingga hampir gila rasanya," bisik Aiden di telinga Anya.     

Tekad Anya semakin melemah dan melemah. Ia tahu bahwa ia sudah berlaku tidak adil pada suaminya. Tetapi ia takut.     

"Anya, aku setuju tidak mengumumkan hubungan kita di hadapan umum. Aku juga tidak akan mempermasalahkan hubunganmu dengan Raka lagi. Aku akan membantumu untuk mendapatkan kembali formula parfum ibumu. Tolong jangan hukum aku. Aku benar-benar menginginkanmu."     

Aiden tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ia adalah pria yang bisa mengendalikan dirinya dengan mudah. Tetapi Anya membuatnya lepas kendali.     

"Aku ... Aku masih belum ingin punya anak ..." kata Anya dengan malu-malu.     

Ternyata selama ini itu yang Anya takutkan. Anya masih kuliah. Ia masih terlalu muda dan belum ingin punya anak. Ia masih memiliki mimpi yang ingin ia capai.     

Aiden tersenyum saat mendengarnya. Ia membuka laci nakas di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah kotak kecil.     

Wajah Anya langsung memerah melihat apa yang Aiden keluarkan. Jantungnya berdegup begitu kencang hingga ia sulit untuk mendengar.     

"Mengapa-... Mengapa ada benda itu di kamar tidurmu?" Anya melotot ke arah Aiden. Mengapa Aiden memiliki pengaman di kantornya. Apakah ...     

"Pada saat kamu datang ke kantorku terakhir kali, aku pikir kita akan membutuhkannya suatu saat nanti. Jadi aku langsung menyiapkannya, siapa tahu kamu kembali lagi. Dan hari ini kamu kembali ..." Kata Aiden. Suaranya terdengar serak dan dalam, dengan jejak menggoda.     

Anya hanya bisa menutup matanya dengan malu. Ia tidak berani melihatnya.     

Aiden terkekeh saat melihat Anya. Istrinya itu sungguh pemalu. Pemandangan yang menggemaskan itu membuat hatinya bergejolak.     

Ia memengang tangan Anya dengan lembut dan menjauhkannya dari matanya. Kemudian ia mencium bibirnya dengan lembut dan hangat. Ketika ia mulai tenggelam dalam ciuman mereka, Aiden mulai membimbingnya selangkah demi selangkah.     

Anya serasa melayang. Ia tidak lagi bisa berpikir. Ciuman-ciuman Aiden hampir membuatnya kehabisan napas, membuat napasnya terengah-engah.     

Saat Aiden melepaskannya, ia menarik napas dalam-dalam. Namun sebelum ia bisa menenangkan jantungnya, Aiden sudah menciumnya lagi.     

Anya serasa tenggelam. Tangannya memegang belakang leher Aiden. Tanpa sadar, meninggalkan bekas merah di sana.     

"Anya ..." panggil Aiden dengan suara dalam. Mata cokelatnya terlihat semakin gelap, hampir berwarna hitam. Napas keduanya saling beradu, terikat satu sama lain.     

Anya benar-benar sadar kali ini. Ia bisa merasakan kesabaran Aiden saat menunggunya untuk tenang dan menikmati apa yang mereka lakukan. Ia tahu Aiden begitu memanjakannya. Apakah Aiden benar-benar mencintainya?     

Aiden bisa sangat mendominasi seperti seorang raja, sekejam serigala, atau selembut air padanya. Namun kali ini, setiap sentuhannya terasa seperti bulu lembut yang menggelitik Anya, membuatnya tenggelam dalam gairah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

"Anya, berjanji lah padaku. Berjanji lah kamu tidak akan pernah meninggalkan aku," bisik Aiden di telinganya.     

"Aku tidak akan meninggalkanmu," Anya tersenyum saat mengatakannya. Senyumnya terlihat tulus dan polos seperti anak-anak, senyum yang murni. "Aku juga tidak mau kamu meninggalkanku."     

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Kata Aiden sambil memandang Anya dengan serius. "Selamanya kita akan bersama." Aiden memeluk tubuh Anya dengan erat.     

Anya menyandarkan kepalanya di dada Aiden. Telinganya bisa mendengar suara detak jantung Aiden yang kencang. Sepertinya bukan hanya dia saja yang merasa gugup. Aiden juga merasakan hal yang sama dengannya.     

Kali ini, ia mengambil inisiatif untuk memegang wajah Aiden. Ia sedikit berjinjit sambil menarik wajah Aiden untuk mendekat padanya. Ia mencium bibir Aiden dengan lembut.     

Entah mengapa ciuman itu terasa lebih manis bagi Aiden. Mungkin karena Anya yang berinisiatif menciumnya terlebih dahulu. Atau mungkin karena ia terlalu mencintai Anya ...     

Ia membalas ciuman itu dengan lembut, menarik tubuh Anya untuk mendekat padanya.     

Tidak ada jarak yang memisahkan mereka. Mereka akan bersatu untuk selamanya, hingga maut memisahkan mereka.     

Ciuman mereka tidak terlepaskan saat Aiden menuntun Anya ke atas tempat tidur. Salah satu tangannya menahan kepala Anya saat ia membaringkan istrinya di atas tempat tidurnya, sementara tangannya yang lain menahan berat tubuhnya.     

Anya tidak menyadari bahwa mereka sudah berpinda tempat. Entah mengapa, tiba-tiba saja ia sudah berada di tempat tidur dan Aiden berada di atasnya.     

Aiden melepaskan ciumannya, memandang Anya dengan lembut. Anya balas memandang Aiden, melihat mata cokelatnya yang indah, memandang wajahnya yang tampan. Tangannya terulur, memegang salah satu sisi wajah Aiden dan mengelusnya dengan lembut.     

Sebelumnya, Anya merasa ketakutan. Selain karena ia masih muda dan tidak ingin punya anak, ia juga takut terjebak dalam perasaannya. Ia takut tenggelam dalam perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia takut akan semakin mencintai Aiden dan tidak bisa lepas darinya.     

Apakah aku boleh mencintainya?     

Bagaimana jika suatu hari nanti Aiden tidak menginginkannya lagi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.