Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Magnet Masalah



Magnet Masalah

0"Pulang? Apakah kamu tidak mau mengambil uang hasil jualan bungamu di kantor?" tanya Aiden.     
0

Mata Anya langsung berbinar saat mendengarnya. "Aku mau mengambilnya. Aku akan mampir ke kantormu terlebih dahulu."     

Aiden mengacak-acak rambut Anya. "Dasar," katanya dengan gemas sambil menggandengnya ke mobil.     

"Aiden, apakah kamu benar-benar tidak bisa melihat?" Anya sekali lagi merasa curiga.     

"Aku terlalu panik dan ingin cepat-cepat menemuimu. Aku bisa melihatmu dengan jelas, tetapi sekelilingmu hanya terlihat samar," jawab Aiden.     

"Bukankah itu luar biasa? Kamu hanya bisa melihatku?" Anya menatapnya dengan penuh curiga.     

"Dokter mengatakan bahwa jika Tuan benar-benar ingin melihat sesuatu dengan jelas, ia bisa melihatnya. Suasana hati yang baik juga akan membantu pemulihannya lebih cepat," kata Harris. "Beberapa hari lalu, saat kalian bertengkar, mata Tuan benar-benar buta dan tidak ada cahaya sedikit pun."     

Anya teringat saat ia menuduh Aiden melukai Raka. Pada saat ia bertengkar dengannya di kamar, Aiden bersusah payah ke kamar mandi hingga tersandung dan hampir terjatuh.     

Memikirkan hal itu, Anya merasakan penyesalan dalam hatinya. Ia memegang tangan Aiden dengan lembut. "Aiden, kita tidak boleh bertengkar lagi. Kita akan hidup dengan damai selamanya agar kamu bisa cepat pulih.     

Hati Aiden terasa hangat. Ia menarik tubuh Anya ke pelukannya. "Mulai hari ini, ingatlah bahwa kamu hanyalah milikku. Kamu harus memperhatikanku dan percaya kepadaku. Kalau aku senang, kamu juga harus senang. Kalau aku tidak senang, kamu harus menghiburku agar kembali senang. Hanya aku yang boleh ada di hatimu, apakah kamu mengerti?"     

"Aku merasa pernah mendengar kata-kata itu. Bukankah itu seharusnya dikatakan oleh seorang wanita?" tanya Anya sambil berpikir.     

"Itu adalah kata-kata dari sebuah film. Tuan menggunakannya," jawab Harris.     

"Bagaimana menurutmu?" tanya Aiden sambil memandang Harris.     

Harris bisa merasa belakang kepalanya seperti ditusuk-tusuk dengan jarum. Ia menjawab dengan suara yang datar, "Sangat bagus. Tuan sangat puitis."     

Anya tertawa melihatnya. "Mana mungkin Harris mengatakan bahwa itu tidak bagus?"     

"Kenapa? Apakah kamu memiliki pendapat yang berbeda?" dengus Aiden.     

Anya tersenyum melihat Aiden yang mulai merajuk. Ia mengelus-ngelus tangannya untuk menenangkan pria itu.     

Aiden menyandarkan tubuhnya di kursi mobil dan memejamkan matanya. "Aku tidak bisa tidur semalam. Nanti temani aku tidur siang terlebih dahulu. Setelah bangun, kamu bisa mengambil uangmu."     

"Kalau aku tidak mau menemanimu, kamu tidak akan memberikan uang itu kepadaku?" tanya Anya dengan kesal.     

"Benar sekali." Aiden berkata pada Harris, "Kamu bisa menggunakan uang itu untuk bonusmu bulan ini, Harris."     

"Terima kasih, Tuan," jawab Harris.     

"Mengapa kamu menggunakan uangku untuk bonus Harris?" tanya Anya sambil mengerutkan keningnya.     

"Kamu adalah milikku. Uangmu adalah uangku," kata Aiden dengan acuh tak acuh.     

"Uangku adalah uangmu. Bagaimana dengan uangmu? Apakah itu semua milikku?" tanya Anya dengan marah.     

"Iya!" jawab Aiden.     

Anya mengedip sekali, dua kali. Apa maksudnya iya?     

"Aiden, apakah kamu melantur? Apakah kamu sudah tidur? Kamu tidak mendengarkan pertanyaanku!" Anya merasa diabaikan.     

Aiden masih memejamkan matanya, sama sekali tidak melihat ke arah Anya seolah sesuatu yang ia bicarakan ini adalah hal kecil. "Uangku adalah uangmu juga."     

"Nyonya, sejak Anda menikah dengan Tuan, setiap uang yang didapatkan oleh Tuan Aiden setengahnya adalah milik Anda," kata Harris.     

Mata Anya terbelalak lebar, "Benarkah? Berapa banyak uang yang aku dapatkan sebulan?"     

"Saat ini, gaji dasar Tuan di perusahaan adalah 60 juta per bulan dan hasil pendapatan setelah menikah adalah milik kalian bersama. Gaji bulanan Tuan adalah 60 juta per bulan dan 30 jutanya adalah milik Anda. Sementara itu, gaji Anda sebesar 6 juta rupiah per bulan, 3 jutanya adalah milik Tuan," Harris memberi penjelasan singkat.     

"Aku kira kamu mendapatkan semua uang dari perusahaanmu. Tetapi ternyata masih menggunakan sistem gaji. Kalau begitu, kita harus mulai menabung untuk masa depan kita," kata Anya dengan serius. Ia memikirkan biaya rumah sakit ibunya yang sangat mahal. Belum lagi, Aiden harus membiayai keperluan rumah, uang makan, uang listrik, uang air. Beban Aiden sangat banyak.     

"Nyonya, pendapatan Tuan …"     

"Gaji bulanan Nico hanyalah 20 juta per bulan. kamu tidak perlu melakukan apa pun dan sudah mendapatkan uang lebih banyak darinya." kata Aiden dengan senyum santai.     

Anya mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku tidak ingin uangmu. Bagaimana kalau kita memisahkan harta kita?"     

Aiden melirik ke arah Anya sambil tersenyum. "Apakah kamu takut aku akan menghabiskan uangmu?"     

Anya tidak bisa berkata-kata. Ia menatap Aiden dengan terkejut. Bagaimana pria ini bisa menebak apa yang ia pikirkan?     

Ia tidak menginginkan uang Aiden dan ia harus berusaha mengumpulkan uang sendiri untuk membayar semua hutangnya pada Aiden. Apa gunanya membayar hutang dengan uang yang ia dapatkan dari Aiden?     

"Tuan tidak akan meminta uang Anda, nyonya. Jika Anda membutuhkan uang untuk belanja, Tuan bisa memberikan uangnya untukmu," kata Harris.     

"Tidak, aku punya uangku sendiri," Anya langsung menolak. "Aku bisa membiayai diriku sendiri. Aku tidak mau menghabiskan uangmu."     

Harris ingin mengatakan bahwa bukan hanya itu saja gaji yang Aiden dapatkan. Ia juga mendapatkan hasil dari para pemegang saham yang merupakan penghasilan utamanya. Tetapi Aiden menghentikannya. Aiden jelas tidak ingin Anya tahu berapa banyak uang yang dimilikinya.     

"Aku sangat tersentuh. Ternyata kamu memikirkan aku," kata Aiden dengan senang.     

"Kita ada suami istri!" Anya meringis malu-malu. "Aku tidak bisa membiarkanmu membayar semua biaya untuk keluarga kita. Aku akan berusaha keras untuk menghasilkan uang banyak dan membiayai biaya rumah sakit ibuku sendiri."     

"Biaya rumah sakit ibumu sangat mahal. Bagaimana jika kamu membayar uang listrik dan air di rumah?" saran Aiden.     

Harris tercengang mendnegarnya. Diam-diam, ia mengintip dari kaca spion tengah. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya direncanakan oleh Aiden. Ia merasa, Anya akan terjebak dalam permainan Aiden lagi.     

Sementara itu, Anya tidak menyadari bahwa ada jebakan di hadapannya. Ia merasa senang dan bertanya. "Apakah kamu akan sedikit lebih terbantu?"     

"Kalau kamu memperlakukanku dengan baik, kalau suasana hatiku baik, aku akan memiliki harapan yang lebih besar untuk pulih. Aku akan mendapatkan keuntungan besar," kata Aiden.     

Anya menggigit bibir bawahnya sambil memikirkannya dengan hati-hati. Membayar biaya listrik dan air dibandingkan dengan biaya rumah sakit, sepertinya itu adalah penawaran yang sangat menarik.     

"Baiklah kalau begitu. Kamu akan membayar biaya rumah sakit ibuku dan biaya sehari-hari. Dan aku akan bertanggung jawab atas biaya air dan listrik!" Anya menyetujuinya.     

Harris menatap Anya dengan kasihan. Anya tidak tahu berapa besar biaya listrik dan air di rumah Aiden setiap bulannya. Kalau saja ia tahu, ia tidak akan setuju dengan gembira seperti ini.     

Mobil mereka berhenti di depan perusahaan Atmajaya Group. Abdi langsung membukakan pintu untuk Aiden sementara Aiden menggandeng tangan Anya dan berjalan menuju ke lift khusus pemimpin perusahaan bersama dengan Harris.     

Dalam waktu singkat, berita bahwa Aiden membawa kekasihnya ke perusahaan telah menyebar di seluruh bangunan.     

"Tuan Aiden tiba-tiba saja meninggalkan rapat tadi pagi. Ia pasti pergi untuk menjemput kekasihnya."     

"Bahkan pria yang gila kerja seperti Tuan Aiden pun bisa bersikap seperti ini."     

"Sepertinya kekasih Tuan Aiden sedang mengalami masalah. Lihat kepalanya merah dan bengkak."     

"Gila ya! Siapa yang berani melukai kekasih Aiden Atmajaya? Apakah orang itu tidak takut mati?"     

Nico meminjam ponsel sekretarisnya dan melihat perbincangan grup para pegawai perusahaan Atmajaya Group.     

"Ah! Ternyata Paman pergi untuk menyelamatkan Bibi. Aku akan menemui Bibi Anya si magnet masalah. Apakah ia benar-benar terluka?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.